Liputan6.com, Jakarta - Tak sedikit pasangan yang begitu gigih berupaya agar dikaruniai anak, begitu pula dengan pasangan asal Inggris, Jade dan Andrew. Kesabaran dan perjuangan mereka selama bertahun-tahun akhirnya berbuah manis.
Dilansir dari laman Metro, Kamis, 10 September 2020, Jade dan sang suami, Andrew, tak pernah menyerah berjuang selama 12 tahun terakhir. Banyak hal telah mereka lalui, seperti menguras kocek 30 ribu pound sterling atau setara Rp573 juta untuk In vitro fertilization (IVF) atau bayi tabung.
Setelah mencoba hamil selama dua tahun, pada 2010 Jade didiagnosa dengan polycystic ovary syndrome (PCOS). "Dokter berkata saya masih bisa hamil dengan itu (diagnosis) dan karena kita masih muda, kita harus terus berusaha," kata Jade.
Advertisement
Baca Juga
Saat satu tahun berlalu tanpa kehamilan, mereka dirujuk ke dokter kandungan di Basingstoke and North Hampshire Hospital. Tes kala itu mengungkap bahwa Jade tidak melepaskan sel telur.
Ia lantas diberi obat untuk merangsang ovulasi, namun gagal bekerja usai enam bulan, beberapa kista Jade diangkat dari ovariumnya. Masih gagal berovulasi pada akhir 2012, dokter menyarankannya untuk mencoba bayi tabung.
Namun, tidak ada pendanaan NHS di daerah mereka untuk pasangan di bawah usia 30 tahun untuk bayi tabung. Mereka memutuskan untuk terus mencoba memiliki anak secara alami hingga mengumpulkan cukup uang untuk satu putaran IVF.
Saat tabungan cukup, tepat setelah menikah pada Juni 2013, perubahan dalam kebijakan membuat IVF tersedia untuk pasangan berusia di atas 25 tahun di NHS. Pada Januari 2014, Jade memulai pengobatan dan berhasil mendapat 21 telur, enam di antaranya layak dan dua di antaranya dipindahkan.
Jade hamil, namun setelah tes positif kehamilan pertamanya, ia mengalami keguguran sebelum scan pertama. Pasangan ini begitu kecewa dan memilih beristirahat selama setahun. Keduanya pun mencoba lagi dengan embrio yang tersisa, namun sayang upaya punya anak kembali gagal.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dikaruniai Anak Kembar
Pada 2017, mereka memutuskan meminjam 12 ribu pound sterling dari teman dan keluarga untuk membayar tiga putaran IVF dengan perusahaan swasta yang menawarkan pengembalian dana penuh jika kehamilan tidak terjadi. Sekali lagi, Jade menerima tes kehamilan positif dan sangat gembira. Namun, pada usia kehamilan 17 minggu, ia melahirkan bayi Riley dalam kondisi meninggal.
Pasangan ini mengadakan pemakaman untuk Riley selama Natal. "Beratnya hanya 110 gram. Ia sangat kecil sehingga tidak punya kesempatan," jelas Jade.
Setelah kepergian Riley, penyelidikan medis mengungkap Jade memiliki serviks yang tidak kompeten, saat serviks terbuka pada trimester kedua, yang dapat menyebabkan keguguran dan lahir dalam kondisi meninggal. "Dengan sindrom ovarium polikistik dan serviks yang lemah, saya benar-benar tidak beruntung," tambahnya.
Kehilangan tak membuat Jade dan Andrew berhenti berjuang. Mereka kembali menjalani program bayi tabung dengan dua embrio yang tersisa pada Februari 2019. Ketika ini gagal, mereka tempuh upaya lain lewat tes genetika embrio untuk mencoba meminimalkan risiko keguguran.
Jade menghasilkan 38 telur, namun terlalu terstimulasi hingga berakhir di rumah sakit. Tujuh dari telur ini jadi embrio yang diuji dan semuanya baik-baik saja. Usai tiga kali pemindahan dan tidak ada kehamilan, pasangan itu kecewa.
Mereka pun mengumpulkan dana untuk IVF lebih lanjut, dan pada Januari 2020, mereka mencoba lagi, kali ini dengan Jade menghasilkan 53 telur dan dirawat di rumah sakit lagi karena stimulasi berlebihan. 24 embrio dibekukan dengan dua dipindahkan pada April, yang menghasilkan kehamilan dengan anak kembar.
Namun pada usia 20 minggu, salah satu ketubannya pecah dan Jade dibawa ke rumah sakit dan diberi antibiotik, memungkinkan dokter melepaskan jahitannya yang telah terinfeksi. Pada usia 22 minggu, persalinan dimulai dan si kembar lahir pada 15 Agustus, George pada pukul 1.01 pagi dan Amelia pada pukul 1.21 pagi.
Advertisement