Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Amerika Serikat (AS) memutuskan mengakhiri sistem pemeriksaan Covid-19 terhadap penumpang internasional di bandara. Hal itu dikarenakan maskapai penerbangan sedang mencari cara baru yang lebih efektif untuk mendeteksi virus.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengakhiri program yang mengarahkan semua penerbangan dari daerah berisiko tinggi ke 15 bandara setempat. Sistem itu dianggap tak efektif karena sebagian besar orang yang menularkan virus tak menunjukkan gejala, menurut pihak CDC dikutip dari Bloomberg, Jumat, 11 September 2020.
Pemerintah AS kini akan lebih fokus pada tindakan, seperti mengedukasi penumpang dan meminta kontak informasi secara elektronik. Sistem pemeriksaan kesehatan itu akan diakhiri pada Senin, 14 September 2020.
Advertisement
"Kami sekarang mendapat pemahaman lebih baik tentang penularan Covid-19. Screening berdasarkan gejala efektivitasnya terbatas," terang CDC.
Baca Juga
Pemeriksaan tersebut semula dilakukan pada penumpang dari luar negeri, seperti Cina dan Eropa, yang merupakan sumber transmisi utama di AS. Sebab, tercatat lebih dari enam juta orang terinfeksi, serta lebih dari 190 ribu meninggal akibat virus corona baru di Negeri Paman Sam.
Menurut Jeff Schlegelmilch, Direktur Pusat Nasional untuk Kesiapsiagaan Bencana di Universitas Columbia, sebagian besar praktik pemeriksaan bandara AS bertumpu pada pedoman yang digunakan dalam wabah penyakit menular sebelumnya, seperti SARS-1, di mana gejalanya dapat dengan mudah terdeteksi alat pemeriksa suhu.
Tapi, berbeda halnya dengan Covid-19 yang lebih mudah menyebar sebelum gejala terlihat.
Jeff mengatakan, apabila sistem pemeriksaan dihilangkan total tanpa memberlakukan karantina wajib bagi pendatang dari negara dengan tingkat penularan tinggi, tindakan ini dapat meningkatkan risiko impor kasus baru.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Mencari Alat Deteksi Virus Lebih Efektif
Sampai saat ini, industri penerbangan dan perjalanan di AS, juga Eropa sedang berupaya membuka kembali rute perjalanan internasional dengan memberlakukan beberapa jenis pendeteksian virus secara cepat, baik sebelum penumpang berangkat atau ketika tiba di bandara tujuan.
Airlines for America, perwakilan maskapai di AS, adalah salah satu lembaga yang sedang mencari sistem deteksi virus lebih efektif.
"Kami terus mendukung pengeluaran sumber daya pendeteksi yang langka, di mana mereka dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dan tak lagi percaya bahwa pemeriksaan di 15 bandara ini masuk akal, mengingat jumlah penumpang yang diidentifikasi CDC dan berpotensi memiliki masalah kesehatan sangat sedikit," ungkap pihak Airlines for America.
CDC dan organisasi kesehatan lain mengatakan, mayoritas penumpang yang terinfeksi tak pernah menunjukkan gejala. Inilah yang membatasi kemampuan alat pemeriksa kesehatan untuk menghentikan penyebaran virus.
Pandemi umumnya berdampak lebih pada rute internasional, terutama jalur yang menguntungkan industri penerbangan dan perjalanan, seperti Eropa dan sebagian wilayah Asia, dibanding rute penerbangan domestik AS.
Maskapai AS hingga saat ini telah kehilangan lebih dari 90 persen penumpang yang terbang melintasi Atlantik dan Pasifik tahun ini dibandingkan 2019. Levelnya pun hanya naik sedikit dalam beberapa bulan terakhir, menurut data Airlines for America.
Sebagai perbandingan, data Administrasi Keamanan Transportasi menunjukkan, penumpang domestik AS dalam seminggu terakhir rata-rata 63 persen di bawah tahun lalu. (Brigitta Valencia Bellion)
Advertisement