Liputan6.com, Jakarta - Pemakanan mengalami penurunan tajam dalam beberapa dekade terakhir. Ada beberapa alasan utama mengapa banyak orang Jepang meninggalkan praktik pemakaman.
Menurut Hiromi Shimada, seorang ahli agama Jepang dan penulis buku laris berjudul Funeral Are Not N Need, menyebut beberapa alasan praktik pemakaman makin ditinggalkan. Hal itu dilansir dari laman SoraNews24, Senin, 14 September 2020.
Advertisement
Baca Juga
Praktik pemakaman tradisional Jepang berakar dalam ritual Buddha, dan pemakaman tradisional Jepang terdiri dari tiga langkah penting berikut: the wake (kumpul-kumpul keluarga), upacara, dan kremasi almarhum.
Pertama, terkait biaya. Jepang memiliki pemakaman termahal di dunia dengan biaya pemakaman rata-rata 2,31 juta yen atau Rp326 juta. Biaya ini setidaknya lima kali lipat dari rata-rata biaya pemakaman di Amerika Serikat, yang rata-rata 444 ribu yen atau Rp62 juta per pemakaman.
Dibandingkan dengan negara lain seperti Jerman dan Inggris, dengan rata-rata masing-masing sekitar 198.000 yen atau Rp28 juta dan 123.000 yen atau Rp17 juta, biaya pemakaman di Jepang tampak seperti perampokan bank. Biaya meningkat karena ketergantungan yang makin meningkat pada vendor pihak ketiga.
Secara tradisional, pemakaman adalah urusan berbasis komunitas. Setiap kali seseorang di suatu desa meninggal dunia, biasanya sebuah tim dibentuk dari anggota rumah tetangga untuk membantu keluarga yang berduka.
Saksikan video pilihan di bawah ini :
Pemakaman Lebih Pribadi
Ketika populasi bergeser dan lebih banyak individu keluar dari komunitas yang terjalin erat ini, kelompok seperti itu menjadi langka kecuali untuk daerah pedesaan yang lebih taat tradisi di Jepang. Sebagai ganti bantuan yang akan datang dari komunitas di masa lalu, orang sekarang harus bergantung pada agen pemakaman atau bisnis pihak ketiga.
Kedua, orang-orang sekarang memilih untuk mengadakan pemakaman yang lebih pribadi yang hanya mencakup keluarga atau teman dekat almarhum. Beberapa orang bahkan memilih gaya pemakaman yang disebut chokusou, di mana orang yang meninggal segera dikremasi, dan tidak diadakan upacara tertentu.
Pemakaman yang lebih kecil memastikan bahwa pengeluaran yang membengkak dapat dihindari, seperti menyewa aula pemakaman. Untuk orang yang meninggal pada usia delapan puluhan atau sembilan puluhan, tidak ada yang bisa datang berduka. Untuk orang yang sangat lanjut usia, lingkaran sosial utama mereka telah menghilang seiring waktu karena mayoritas kerabat dan teman terdekat mereka telah meninggal dunia.
Ketiga, penurunan pemakaman yang disponsori perusahaan juga berkontribusi pada penurunan keseluruhan pemakaman di Jepang. Sebelumnya, perusahaan banyak yang terlibat dalam urusan kehidupan pekerjanya dan seringkali perusahaan menyediakan tenaga dan dana yang diperlukan untuk melaksanakan upacara pemakaman.Â
Namun, saat ini semakin sedikit perusahaan yang mengambil bagian dalam praktik ini, dan menyerahkan biaya pemakaman kepada individu atau keluarga mereka.
Advertisement