Sukses

Thanaka, Sunscreen Alami Orang Myanmar Sejak 2.000 Tahun Lalu

Apakah bahan utama pembuat thanaka, sunscreen tradisional orang Myanmar?

Liputan6.com, Jakarta - Setiap negara seantero jagat memiliki beragam ciri khas, termasuk mengenai cara merawat kulit. Di Myanmar, terdapat pasta berwarna kuning pucat yang kerap dikenakan oleh warga setempat di wajah mereka.

Dilansir dari laman South China Morning Post, Kamis, 17 September 2020, selama berabad-abad, orang Myanmar mengoleskan thanaka, pasta bertekstur kental dan halus yang terbuat dari kulit pohon. Pasta ini dipakai di wajah untuk melindungi mereka dari matahari.

Thanaka dapat dibuat dari sederet spesies pohon tropis yang tumbuh di beberapa bagian Asia Tenggara. Namun, hanya di Myanmar kulit kayu dari pohon-pohon ini digunakan sebagai kosmetik.

Thanaka dikatakan telah digunakan di negara itu selama lebih dari 2.000 tahun, tetapi bukti tertulis pertama dari hal itu berasal dari puisi abad ke-14. Kini, thanaka dapat diperoleh di toko dalam beragam bentuk, mulai dari pasta, krim, dan bubuk.

Kendati demikian, kebanyakan orang di Myanmar lebih suka menggunakan cara kuno, yakni memakai kayu asli dari pohon dan menggilingnya di atas lempengan batu yang disebut kyauk pyin dan membuat pasta dengan air. Ketika mengering akan jadi kerak kuning.

Banyak negara di Asia memiliki tradisi pengobatan rumahan untuk perlindungan matahari. Perawatan ini telah ada selama ratusan tahun yang jadi tanda kemanjurannya. Baru pada 1930-an sunscreen komersial pertama dikembangkan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Dibuat dari Beberapa Kayu

Bahan pembuat pasta thanaka dapat menggunakan kayu dari beberapa pohon, seperti pohon Naringi crenulata dan Limonia acidissima jadi yang paling umum. Daerah pusat yang kering di Mandalay dan Bagan di Myanmar ideal untuk pohon-pohon yang tumbuh lambat ini, tempat sebagian besar pasta ini berharga berasal.

Sebuah pohon harus berumur minimal 35 tahun sebelum dapat diambil steknya. Secara tradisional, kayu thanaka dijual sebagai kayu gelondongan kecil atau dalam bundel untuk digiling oleh pembeli. Lalu dapat dibudidayakan melalui teknik pertanian berkelanjutan karena sifatnya yang regeneratif.

Thanaka mengandung dua bahan aktif, yakni coumarin dan marmesin. Coumarin menyumbang sifat antibakteri, anti-jamur, anti-penuaan dan antioksidan. Sedangkan, marmesin adalah komponen yang bertanggung jawab atas perlindungan matahari.

Â