Sukses

Misi Mulia dari Museum Botol Kaca Karya Mantan Tentara di Malaysia

Museum Botol Kaca itu memajang koleksi limbah kaca yang dikumpulkan kakek mantan tentara Malaysia selama 15 tahun terakhir.

Liputan6.com, Jakarta - Tengku Mohamad Ali Mansor, kakek 74 tahun asal Penang, Malaysia, sejak lama membersihkan pantai-pantai di negara itu dari limbah pecahan botol kaca. Kini, koleksi itu dipajang di museum miliknya yang berada di tepi pantai.

Tengku Ali mengaku telah mengumpulkan botol-botol kaca yang terdampar di pesisir pantai Laut Cina Selatan, Malaysia, sejak 15 tahun lalu. Jika diakumulasikan, ada sekitar 9.000 botol kaca dimilikinya saat ini.

Tindakannya tersebut diakuinya berawal dari kekhawatiran terhadap limbah kaca yang bertebaran di pantai-pantai Negeri Jiran itu. "Saya melakukan ini pada awalnya untuk menjaga laut tetap bersih," katanya pada AFP, dilansir dari FMT, Kamis, 17 September 2020.

"Saya ingin mencegah orang terluka akibat pecahan kaca, dan menyelamatkan dunia dari kotornya limbah kaca," ucapnya lagi.

Obsesi Tengku Ali terhadap kaca berawal ketika melihat sejumlah anak meledakkan botol kosong dengan kembang api. Khawatir pecahannya akan melukai mereka dan orang lain, ia berkata akan membayar mereka untuk botol yang mereka temukan. Anak-anak itu ternyata kembali dengan membawa lebih dari 500 botol kaca.

Hingga kini, setiap pagi ia masih sering berpatroli di sekitar pantai untuk mencari botol-botol kaca bekas lainnya. Setiap kali menemukan botol kaca, ia mengaku selalu memuji keindahannya dan bersyukur kepada Tuhan atas temuannya.

Mantan tentara itu mengelap botol-botol itu sebelum memasukkannya ke dalam ransel hitam besar miliknya. "Dengan hati yang ceria, saya merasa sangat senang saat memunguti botol-botol di pantai ini," ujarnya dengan wajah berseri-seri. "Bagi saya, ini adalah tugas yang baik. Ini membuat hati saya gembira," katanya kepada AFP, lapor SCMP.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Surat dalam Botol

Dalam perjalanannya, banyak botol membawa cerita. Misalnya, temuannya atas dua botol kaca yang berisikan sebuah surat di dalamnya. Surat pertama disertai dengan gambar hati dan beberapa karakter Cina pudar, dan surat kedua sudah usang dang robek sehingga tidak lagi terbaca.

Galeri museumnya itu akhirnya menarik banyak pengunjung, saat Tengku membagikan kisahnya di halaman Facebook pribadi miliknya. Berbagai warna dan ukuran botol kaca koleksinya itu disimpannya di sebuah rumah papan dengan eksterior unik berwarna-warni di desa tempatnya tinggal, yaitu Kampung Penarik, Terengganu. Ia kemudian menyebutnya sebagai museum botol kaca.

Tengku Ali menganggap banyak manusia yang masih hidup dengan serakah dan tidak memiliki kedisiplinan akan hidup, sehingga mudah sekali bagi manusia untuk membuang sampah sembarangan. "Seolah-olah mereka tidak peduli dengan alam ini, tapi itulah manusia. Tidak mudah untuk mengajari mereka," imbuhnya.

"Kalau Anda membuang sampah (sembarangan), Anda melakukan tindakan yang betul-betul tidak baik. Untuk saya, bumi ini milik kita, kita harus menjaganya," ujarnya lagi.

Selama lockdown Covid-19, ia terus merekatkan pecahan kaca dengan lem untuk membuat karya seni berbentuk botol ala seni ‘kintsugi’ asal Jepang, di mana tembikar yang telah rusak diperbaiki dengan pernis yang dicampur dengan bubuk emas.

Tengku Ali bersumpah untuk melanjutkan pencariannya selama dia hidup. "Orang-orang mengira saya gila, tapi saya tidak peduli. Allah tahu apa yang saya lakukan. Saya melakukan ini karena saya mencintai dunia ini," katanya dengan kemantapan hati. (Brigitta Valencia Bellion)