Liputan6.com, Jakarta - Masa pandemi bukan berarti berhenti berinovasi, salah satu buktinya dilakukan Balai Taman Nasional Gunung Palung (TANAGUPA). Pihak balai berkolaborasi dengan Yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI) untuk mendorong pemberdayaan masyarakat di sekitar Kawasan TANAGUPA.
Mereka yang diberdayakan adalah Kelompok Kayek Melayet Besame yang berasal dari Desa Laman Satong, Kecamatan Matan Hilir Utara, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Pemberdayaan itu berwujud pembelian kerajinan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dalam bentuk ecopolybag sebanyak 15 ribu unit sampai akhir 2020.
Advertisement
Baca Juga
Kepala Balai TANAGUPA, M. Ari Wibawanto menjelaskan, ecopolybag yang dibuat oleh kelompok Kayek Melayet Besame ini adalah contoh inovasi yang luar biasa, dan patut diberikan apresiasi. Hal ini juga merupakan bentuk kemitraan konservasi yang digagas oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), dengan memberikan akses yang legal kepada masyarakat untuk dapat memanfaatkan hasil hutan bukan kayu (HHBK) dari dalam kawasan konservasi.
"Dengan adanya kerja sama ini semoga dapat membantu meningkatkan ekonomi kelompok masyarakat, terutama di tengah tantangan pandemi Covid-19 ini. Kami bersama para mitra akan terus mendorong pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan TANAGUPA," kata Ari dalam siaran pers yang diterima Liputan6.com, Rabu, 23 September 2020.
Kayek Melayet Besame adalah kelompok masyarakat yang memiliki izin pemanfaatan HHBK di zona tradisional melalui Kemitraan Konservasi. Kelompok ini terdiri dari 35 orang, di mana 25 orang anggotanya adalah perempuan.
"Kesanggupan kelompok memenuhi permintaan Yayasan ASRI untuk membuat ecopolybag merupakan salah satu kontribusi kelompok dalam upaya melestarikan kawasan TANAGUPA," ucap Ari.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Polybag dari Anyaman Bambu
Kayek Melayet Besame merupakan spesialis kelompok pengrajin anyaman berbahan dasar bambu, rotan dan resam yang dipungut dari dalam Kawasan TANAGUPA. Kepala Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Pangkal Tapang pada Balai TANAGUPA sekaligus fasilitator masyarakat di Desa Laman Satong, Ranto Sihotang mengatakan ecopolybag yang dibuat oleh kelompok ini berbahan dasar bambu yang aman dan tidak menimbulkan masalah bagi lingkungan.
"Ecopolybag ini dapat digunakan sebagai pengganti polybag plastik yang umumnya digunakan untuk pembibitan. Penggunaan polybag plastik kurang ramah lingkungan karena menimbulkan limbah plastik. Dengan adanya ecopolybag dari bambu ini, selain meningkatkan ekonomi kelompok masyarakat, juga mengurangi limbah plastik," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Yayasan ASRI Nur Febriani menyampaikan, pihaknya sangat gembira dengan kerja sama ini yang berfokus pada program penanaman hutan kembali. Pihaknya mengatakan sejak lama mencari alternatif polybag agar tidak meninggalkan tumpukan sampah plastik. ASRI menghubungi perusahaan-perusahaan biodegradable polybag, tapi polybag mereka tidak bisa bertahan lama.
"Kurang dari tiga bulan, polybag mereka akan terurai. Sementara, bibit-bibit pohon yang disemai ASRI membutuhkan polybag yang dapat terurai jauh lebih cepat dari plastik, namun cukup tahan hingga bibit pohon kuat untuk ditanam di tanah sekitar enam bulan hingga satu tahun," tuturnya.
Balai TANAGUPA memberikan jawaban atas kebutuhan ini. Kelompok binaan di Desa Laman Satong dikaryakan untuk membuat polybag dari anyaman bambu.
"Polybag ini terbuat dari bambu yang tadinya merupakan bahan sisa dari ibu-ibu yang membuat anyaman tampi beras. Ribuan polybag plastik akan digantikan dengan polybag anyaman bambu ini, yang tidak hanya ramah lingkungan karena akan terurai alami, tapi juga membantu perekonomian masyarakat yang tinggal di sekitar hutan," imbuh Nur Febriani.
Advertisement