Sukses

Cerita Akhir Pekan: Bercermin pada Pengelolaan Sungai di Luar Negeri di Hari Sungai Sedunia

Keberadaan sungai sering dilupakan dalam perancangan kota. Di Hari Sungai Sedunia ini kita diingatkan tentang pentingnya sungai.

Liputan6.com, Jakarta - Hari ini, Minggu (27/9/2020) diperingati sebagai Hari Sungai Sedunia.  Lewat Hari Sungai Sedunia tersebut, publik seperti diingatkan kembali tentang pentingnya sungai bagi kehidupan masyarakat. Hal yang juga sangat penting bahwa sungai bukan tempat pembuangan sampah.

Berbeda dengan Indonesia, keberadaan sungai di luar negeri menjadi elemen penting dalam perancangan kota. Sungai jadi drainase keberadaan sebuah kota.

"Di beberapa negara sungai sangat bagus. Sementara di Indonesia perancangan kota kurang memperhatikan keberadaan sungai, melainkan memperhatikan jalan sehingga kondisi sungai makin sempit karena dijadikan jalan," ujar Wijanarka, pengajar Universitas Palangka Raya, Kalimantan Tengah, kepada Liputan6.com, Kamis, 24 September 2020.

Ia menilai, pengaruh Revolusi Industri yang membuat munculnya kendaraan bermotor sehingga perancangan kota lebih mendahulukan pola-pola jalan. "Seharusnya perancangan kota mengikuti pola sungai. Dengan begitu, pembuatan pola jalan mengikuti pola sungai," imbuh lelaki yang pernah menjadi Ketua Jurusan Arsitektur dan Kepala Laboratorium Arsitektur Kota dan Kawasan Tepi Sungai Universitas Palangka Raya ini.

Wijanarka menyebut, pola jalan di Kyoto, Melbourne, Paris, London mengikuti pola sungai. Selain itu, di London dan Paris juga menerapkan konsep waterfront, sehingga membuat banjir terkendali karena air sungai meluap.

Selain mengenal konsep waterfront, sungai jadi salah satu bagian dari pemandangan kota. Contoh di Eropa, sungai jadi bagian dari desain kota, begitu juga sungai-sungai di Jepang dan China.

"Mereka merestorasi keberadaan sungai agar kondisinya seperti aslinya. Dengan begitu, sungai di sana menjadi bagian dari pemandangan sebuah kota," tutur penulis buku Desain Tepi Sungai: Belajar dari Kawasan Tepi Sungai Kahayan Palangka Raya.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Memerhatikan Musim

Sungai Yarra di Melbourne, Sungai Kamo di Jepang, Sungsi Han di Korea Selatan, merupakan beberapa sungai yang sempat direstorasi. "Sungai-sungai itu kembali seperti aslinya," imbuh Wijanarka.

Selain merestorasi agar kembali seperti aslinya, pengelolaan sungai di luar juga memerhatikan musim. Wijanarka menyebut pengelolaan Sungai Kamo di Jepang dan Sungai Yarra di Melbourne.

"Saat musim kemarau tiba, sungai-sungai itu dapat difungsikan sebagai ruang publik. Warganya bisa berkumpul di sana membuat berbagai kegiatan. Di Indonesia ada di Cikapundung, Bandung," kata Wijanarka.

Sementara itu, Co-Founder Hakikat Ciliwung, Suparno Jumar mencontohkan Sungai Tama. Ia mengungkapkan pinggir sungai tersebut sangat lebar dan tidak ada bangunan.

"Seperti di Indonesia, di sana ada orang-orang yang sedang memancing, ada yang camping, berkumpul bersama keluarga, bermain bola. Mereka juga mengadakan festival-festival di musim tertentu. Sungai jadi megastate, luar biasa keren," kata Suparno, kepada Liputan6.com, Sabtu, 26 September 2020.

3 dari 3 halaman

Pengelolaan Sungai

Perbedaan sungai di Indonesia dan di luar negeri, salah satunya terkait pengelolaannya. "Kalau di luar negeri antara stakeholder itu terintegrasi, sedangkan di Indonesia justru sebaliknya," ujar Suparno Jumar.

Suparno tetap optimistis keberadaan sungai di Indonesia bisa juga seperti di mancanegara. Ia mencontohkan Sungai Tamagawa di Jepang, yang kondisi awalnya seperti Sungai Ciliwung.

"Saya pernah ke sana pada November 2018. Masa lalu sungai itu sama dengan Sungai Ciliwung hari ini," tutur Suparno.

Saat ia ke sana, hulu sungai tersebut mirip seperti di Puncak, Bogor. Sungai tersebut tak jauh berbeda dengan sungai-sungai di Indonesia.

"Konturnya berbukit, gunung, lembah. Sungainya di hulu airnya jernih kondisi infrastrukturnya mendukung, kondisi sekitarnya juga baik. Di sana ada hotel, resto, dengan kondisi bersih," kata Suparno.

Selain itu, ada transportasi publik, seperti commuter line, dan bus. Di sana benar-benar tertata, antara pemukiman, dunia usaha, seperti hotel, resto. "Semuanya baik dan tidak ruwet, tidak seperti yang saya lihat di Indonesia," tuturnya.

Kondisi itu yang kemudian membuat banyak orang yang berwisata ke sungai. Selain kondisinya bersih, sehingga membuat nyaman dan aman. "Aman dan nyaman itu kunci agar masyarakat mau berwisata," kata Suparno.