Liputan6.com, Jakarta - Tinggal di daerah tropis dengan paparan sinar matahari yang tinggi nyatanya tak membuat mayoritas orang Indonesia ke luar rumah mengenakan sunscreen atau tabir surya. Kalau pun dipakai, caranya salah. Dalam sebuah studi yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) disebutkan hanya 20--25 persen orang Indonesia yang memakai sunscreen sesuai yang direkomendasikan.
Padahal, indeks UV di Indonesia kerap melebihi rata-rata. Bila rentang indeks UV dari 1 sampai 11+, mayoritas daerah di Indonesia berada di angka 11+, bisa 11, 12 atau bahkan 13. Anda bisa mengeceknya lewat aplikasi UV Index yang tersedia.
Lalu, apa artinya itu semua? Menurut dr. Arini Astasari Widodo, SpKK, tingginya indeks UV membuat kulit orang Indonesia rentan mengalami banyak masalah. Yang paling sering jadi pemicu adalah UVA dan UVB.
Advertisement
Baca Juga
Paparan UVA yang terlalu lama pada kulit bisa memicu hiperpigmentasi, kulit menjadi lebih gelap dan terdapat bercak-bercak hitam atau freckles. Bekas jerawat yang terpapar sinar UVA juga bisa makin menghitam. Belum lagi menyebabkan penuaan dini atau disebut pula sebagai photoaging.
"Di masa PSBB di mana semua orang di rumah aja, jangan dipikir aman dari sinar ultraviolet. Di hari mendung pun, bahkan bisa tembus. UVA dapat menembus jendela kaca," kata Arini dalam peluncuran perdana Anessa di Indonesia, Rabu, 23 September 2020.
Sementara, UVB menyebabkan sunburn atau kemerahan pada kulit karena paparan sinar matahari. Banyak orang menganggap hal itu biasa karena bisa segera mereda beberapa saat. Nyatanya, sambung Arini, kondisi tersebut bisa merusak sel kulit, menyebabkan radikal bebas, hingga memicu kanker kulit atau melanoma.
"Orang menganggap merahnya juga nanti ilang. Padahal kalau lima kali sunburn, risiko dapat melanomanya dobel," jelas Arini.
Solusi untuk mengatasinya adalah menggunakan sunscreen secara tepat. Arini mengatakan, seseorang wajib berinvestasi pada produk sunscreen yang berkualitas sebelum membeli beragam produk perawatan kulit lainnya, semisal serum dan esens.
"Saat seseorang invest on skincare, invest lah di sunscreen dulu. Kenapa? Semua skin care semahal apapun nggak ada artinya kalau kulitnya tidak dilindungi dulu," sahut dia.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Sunscreen yang Tepat
Arini mengingatkan untuk tak sembarang membeli sunscreen. Produk tabir surya yang direkomendasikannya adalah yang memiliki spektrum luas. Artinya, sunscreen tersebut bisa melindungi kulit dari UVA dan UVB sekaligus secara seimbang.
Proteksi terhadap UVB ditunjukkan lewat nilai SPF. Ia mengingatkan, merujuk pada rekomendasi Perdoski, minimal sunscreen yang dipakai ber-SPF 30 atau lebih. Sementara, proteksi terhadap UVA biasanya ditunjukkan lewat PA, dengan yang tertinggi adalah empat plus.
"Saya perlu ingatkan, kulit kita adalah barrier. Saat terpajan lingkungan luar, kulit adalah barrier yang sangat bagus dan organ yang paling luas. Kalau kulit tidak sehat akan pengaruhi kita secara keseluruhan," ucapnya.
Seiring perkembangan teknologi, sunscreen generasi baru kini tidak hanya mentransfer energi panas, tetapi juga merefleksikan atau memantulkan sinar UV. Hal itu membuatnya sangat stabil terhadap cahaya (photostable). Kestabilan penting terutama bagi orang yang tinggal di daerah tropis seperti Indonesia karena kemampuan sunscreen memproteksi kulit akan lebih optimal.
"Kalau sunscreen tidak stabil, sunscreen akan mudah degradasi. Jadi harus lebih sering dioles ulang," kata dia.
Mengingat kondisi cuaca di Indonesia cenderung panas dengan kelembapan tinggi kulit menjadi lebih mudah berjerawat. Maka, ia merekomendasikan agar sunscreen yang dipakai non-comedogenic. Lebih lanjut, sunscreen juga sebaiknya tahan air karena kita cenderung lebih sering berkeringat.
"Sunscreen itu harus senang pakainya karena harus diulang-ulang. Sekitar dua jam sekali. Bagaimana cara aplikasikan sunscreen yang benar? Aplikasikan ke seluruh bagian yang terpajan matahari. Tangan, kuping, atas kaki, kalau rambut sudah menipis, perlu juga dipakaikan ke kulit kepala. Jumlahnya harus cukup, jangan dihemat-hemat. Kalau dipakai di seluruh tubuh sekitar dua sendok makan," tuturnya.
Advertisement
Macam-Macam Formula
Seiring waktu, sunscreen pun hadir dalam beragam formula, mulai dari losion, krim, hingga berbentuk spray. Arini mengingatkan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Sunscreen berbentuk losion paling mudah diaplikasikan dan cocok hampir untuk semua jenis kulit. Tetapi bagi Anda pemilik kulit kering, ia lebih merekomendasikan formula krim karena lebih melembapkan. Sementara, formula spray cocok untuk pemakaian ulang.
"Yang terpenting, ikuti instruksi di label sunscreen masing-masing," kata dia.
Demi menjawab kebutuhan konsumen di Indonesia, Anessa resmi meluncurkan rangkaian produknya di Indonesia pada pekan lalu. Seluruhnya diproduksi berdasarkan hasil penelitian Shiseido selama lebih dari 100 tahun lalu yang dirangkum dalam teknologi triple defense.
Yuko Nagare dari Global Innovation Center Shiseido Group menerangkan, teknologi pertama disebut thermo booster yang berfungsi melindungi UV lebih kuat saat terpapar panas. Sedangkan, aqua booster berfungsi menstabilkan lapisan sunscreen meski terpapar keringat, air dan goresan. Sensor ionik di dalamnya berfungsi meratakan komponen perlindungan UV sehingga memperkuat komponen proteksinya.
Terakhir adalah water and sweat resistance. Bila sunscreen biasa memungkinkan air masuk dan mengangkat lapisan pelindungnya, hal itu tidak terjadi pada Anessa. Teknologi tersebut diklaim bisa bertahan hingga 80 menit.
"Kami sebut Anessa sebagai beauty sunscreen karena kandungan beauty ingredient-nya tidak hanya melindungi kulit, tetapi juga mencegah photoaging," kata Yuko.
Kandungan dimaksud adalah kolagen, hyaluronic acid, ekstrak daun teh Kyoto, dan tormentilla. Keempatnya bersifat antioksidan yang bisa meredakan peradangan akibat terpapar UV.
"Ada tiga poin utama kenapa kami luncurkan Anessa di Indonesia sekarang. Kondisi di Indonesia, UV Index sangat tinggi, sangat dangerous, bukan orange atau kuning lagi, tapi merah ke ungu. Kedua, risiko penuaan dini sangat tinggi. Enggak hanya perempuan ya, tapi semua masyarakat Indonesia. Penggunaan sunscreen juga masih sangat rendah, baru dua persen yang menggunakan sunscreen. Kita ingin mengedukasi orang Indonesia pentingnya sunscreen," ujar Brand Manager Anessa Indonesia, Maharani Anindita.