Liputan6.com, Jakarta - Travel blogger Trinity Traveler kembali memulai perjalanan di masa pandemi, setelah tujuh bulan berada di rumah saja. Pada 19 September 2020 lalu, ia bertolak ke Turki dan pulang ke Tanah Air sepekan kemudian.
Berjalan-jalan di masa pandemi tak bisa lagi dilakukan sebebas dulu. Trinity mau tak mau beradaptasi dengan sejumlah kebiasaan baru saat berjalan-jalan di Turki. Beberapa tips traveling di masa pandemi dibagikan sang travel blogger.
"Tentunya tetap pakai masker terus. Aku saking concern banget sama hal ini, aku juga pakainya yang surgical. Lebih breathable juga," katanya saat dihubungi Liputan6.com, Senin, 28 September 2020.
Advertisement
Baca Juga
Masker selalu digunakan Trinity ketika berada di luar ruangan, termasuk di pesawat. "Bayangin di pesawat 11 jam pakai masker engap banget. Bahkan, kalau aku tambah lagi face shield," tambahnya.
Tindakan pencegahan tersebut juga diterapkannya saat berada di bandara. "Karena kita enggak tahu ketemu dengan orang segitu banyak tapi ternyata lumayan sepi saja," kata Trinity.
Selain menggunakan masker, face shield, dan menjaga jarak, ada beberapa barang yang juga selalu ia bawa. "Kita tetap harus selalu bawa disinfektan, hand sanitizer, tisu basah, tisu kering, mau ke toilet saja aku bersihin dulu," ungkapnya.
"Benar-benar kita jangan lengah, ikut peraturan, kalau misalnya dari luar negeri mau balik ke Indonesia lebih baik tes PCR di negera yang sebelumnya," tutur Trinity.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pakai Masker Belasan Jam Sehari
Saat berjalan-jalan di Turki, Trinity harus mengenakan masker selama belasan jam. "Menurutku lebih baik parno daripada cuek. Aku pakai masker seharian bisa 15 jam karena jalan-jalan ke mana-mana," kata Trinity.
Sebelum bertolak ke destinasi, ia telah terlebih dahulu memantau Turki dan memutuskan berangkat karena kurva kasus Covid-19 di sana telah melandai. Riset juga ia laksanakan dan mengetahui pariwisata di Turki mempromosikan Safe Tourism.
"Di sana dia dipromosikannya Safe Tourism, di mana-mana ada sertifikasinya, semua fasilitas pariwisata yang berhubungan, misalnya hotel, restoran, transportasi itu harus punya sertifikasi itu," tambahnya.
Meski ada fasilitas yang belum bersertifikasi, namun disarankan pengunjung memakai yang telah memiliki sertifikasi. Penanganannya pun mengutamakan kehigienisan dan meminimalkan kontak dengan manusia.
"Di sana memang melihat orang-orangnya kita juga merasa lebih aman dibanding di Indonesia karena orang-orangnya patuh dan hand sanitizer ada di mana-mana, ada di setiap sudut, bahkan di pasar dan hand sanitizer-nya bisa pakai siku, lebih banyak yang touchless. Misalnya kayak di toilet airport antar-wastafelnya saja sudah dibatasi, sabun dan airnya pakai yang otomatis," ungkapnya.
Advertisement