Liputan6.com, Jakarta - Belajar dari rumah jadi salah satu solusi menekan transmisi COVID-19 di masa pandemi. Alhasil, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara digital jadi adaptasi yang dilakukan tak sedikit pelajar di berbagai jenjang.
Praktiknya pun mau-tak mau mengubah pola belajar, di mana paparan layar dan mengetik jadi kebiasaan wajar. Padahal, salah satu faktor berpengaruh dalam penalaran dan kompetensi pembelajaran anak adalah kemampuan literasi.
Salah satu penerapannya dengan menulis di buku tulis. Berdasarkan keterangan resmi yang diterima Liputan6.com, Kamis, 1 Oktober 2020, banyak peneliti mengatakan, mencatat dengan gadget dinilai kurang efektif dibanding tulisan tangan untuk belajar.
Advertisement
Baca Juga
Menurut Psikolog Marcelina Melissa, kebiasan menulis sangat penting, terutama bagi anak-anak di jenjang pra-akademis, seperti TK, maupun siswa kelas satu dan dua. "Ini usia krusial untuk membuat tulisan tangan yang firm," ungkapnya lewat pesan.
Di samping, cara anak mengenggam alat tulis acap kali kurang tepat, yakni dengan lima jari. Cara menggenggam alat tulis yang salah dapat membuat anak cepat lelah dalam menulis. Efek jangka panjangnya, bisa-bisa anak jadi tak suka menulis.
"Akhirnya menghambat proses belajar karena kecepatan (menulis) berkurang," imbuhnya. Menulis, kata psikolog yang praktik di Brawijaya Clinic bersama Tiga Generasi ini, punya peran krusial dalam perkembangan motorik halus.
"Ada juga (pengembangan) kemampuan kognitif. Bahasa juga masuk karena belajar kata-kata, belajar huruf, belajar pelafalan, dan perbendaharaan kata. Tapi, titik beratnya ada di perkembangan motorik halus," ungkap Marcelina.
**Ingat #PesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Gerakan Mendorong Kebiasaan Tulis Tangan
Sejak 2017, buku tulis SiDU berkomitmen jadi bagian dari peningkatan berkelanjutan untuk pendidikan nasional guna memberdayakan anak-anak Indonesia melalui kebiasaan menulis. Inisiasi ini pun diwujudkan dalam program bertajuk “Ayo Menulis Bersama SiDU.”
Terlepas dari banyak gagasan yang sudah diesksekusi, di masa pandemi ini, SiDU berharap dengan diterapkannya PJJ, kegiatan menulis di buku tulis terus dilakukan.
Psikolog Marcelina menyarankan, trik menyeimbangkan sistem PJJ dengan kebiasaan menulis. "Misal, okay dikasih pembelajaran secara online, tapi lembar kerjanya harus dicetak dan itu harus (diisi) pakai pensil," katanya.
"(Bagi) anak-anak TK, lembar kerja diperlukan karena mereka masih tracing, menulis angka dan huruf, posisi juga penting. Kalau di keyboard, semua huruf, mau mengetik b, itu pasti b, tapi tulisan tangan tidak begitu. Banyak anak yang menulis b kecil, jadi d kecil, dan itu harus dikoreksi," sambungnya.
Dengan begitu, anak punya kemampuan mempersepsikan bentuk angka dan huruf. "Ada memori di situ yang jadi bagian dari kognitif," tandasnya.
Advertisement