Sukses

Sambut Hari Batik Nasional, Kain Batik Sepanjang 74 Meter Amanat Jokowi Membentang di Museum Nasional

Kain batik yang diamanatkan Presiden Jokowi setahun lalu itu dinamakan kain Batik Garuda Nusantara.

Liputan6.com, Jakarta - Perayaan Hari Batik Nasional pada 2 Oktober 2020 bakal dimeriahkan dengan pembentangan kain Batik Garuda Nusantara (BGN) sepanjang 74 meter bertemakan 'Mengusung Batik sebagai Branding Bangsa'. Karya ini merupakan hasil kerja sama Yayasan Tjanting Batik Nusantara (TBN) didukung oleh Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Sebagai pusaka dan warisan budaya bangsa Indonesia, batik menjadi salah satu identitas bangsa yang penting di kancah dunia. Terlebih, batik sudah diakui oleh bangsa lain hingga memperoleh pengakuan internasional dari UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi sejak tahun 2009 lalu.

Bertepatan dengan perayaan 10 tahun pemberian penghargaan internasional oleh UNESCO dan HUT kemerdekaan RI ke-17 pada 2019, Yayasan TBN menginisiasi pembuatan batik sepanjang 74 meter tanpa potongan. Pembantikan dilakukan di kedua sisi kain sehingga total panjang pembatikan mencapai 148 meter, melebihi tinggi Monas.

Pheo Hutabarat, Ketua Pembina Yayasan Tjanting Batik Nusantara menyebut proses pembatikan dimulai saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri pembukaan proses pencantingan batik pada 1 Agustus 2019. Bertempat di stasiun MRT Bundaran HI, ia menamai kain tersebut sebagai Kain Batik Garuda Nusantara (BGN).

Kain tersebut diawali dengan motif “Gurdo” yang berarti Garuda, sebagai representasi simbol Garuda Pancasila sebagai dasar NKRI. Ia juga menyampaikan bahwa Jokowi membubuhkan tanda tangan pada kain batik tersebut.

"Untuk pertama kalinya dalam sejarah, suatu kain batik ditandatangani oleh seorang Kepala Negara Republik Indonesia," ujarnya dalam konferensi pers, Jumat (2/10/2020). Pembentangan perdana mahakarya Batik Garuda Nusantara ini dilakukan secara virtual pada malam ini, pukul 19.00 WIB, melalui YouTube Batik Perdamaian Dunia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Branding Indonesia

Terdapat lima motif batik yang diaplikasikan pada kain BGN tersebut. Diawali dengan motif Garuda (Gurdo) sebagai simbol negara Indonesia, pembuatan batik dilanjutkan dengan motif tradisional lainnya seperti Parang, Truntum, Sido Mukti, Sekar Jagad, dan diakhiri motif baru “Garuda Nusantara”. Motif tersebut sama dengan motif batik yang sebelumnya terpilih dalam Diplomasi Batik Indonesia oleh Kementerian Luar Negeri.

Proses pembuatan kain BGN ini melibatkan kurang lebih 90 pembatik nusantara, dengan total waktu kurang lebih 216.000 jam, atau lebih dari satu tahun lamanya. Kain BGN ini juga disebut menggunakan sekitar 3000 canting dan pewarna alam dalam proses pembuatannya. Sementara, proses penyelesaiannya disempurnakan oleh maestro batik Indonesia, yakni Nur Cahyo asal Pekalongan, Jawa Tengah.

Pheo juga mengungkapkan semangat mereka dan para pengrajin tidak luntur meskipun mereka harus menoreh perjuangan ekstra saat pandemi COVID-19 melanda. Hal ini juga dilakukan berkat dukungan dari berbagai pihak termasuk Presiden Jokowi saat itu yang mengamanatkan bahwa setelah batik diakui secara internasional oleh UNESCO, hendaknya batik dapat diusing menjadi salah satu branding bangsa (nation branding).

"Bapak Jokowi juga mengatakan bahwa batik harus dilestarikan menjadi branding Indonesia. Kami menangkap amanat itu dan kami berjuang selama setahun walaupun COVID datang," ungkap Pheo.

3 dari 3 halaman

Dukungan dan Kolaborasi Pemerintah

Bagi Pheo, proyek ini merupakan pelaksanaan dari prinsip gotong-royong. Artinya, proyek ini berjalan berkat kolaborasi dan dukungan nyata yang juga diberikan oleh Kemenlu dan Kemendikbud RI.

Yusron B. Ambary, selaku Direktur Diplomasi Publik, Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri RI juga mengungkapkan bahwa karya ini adalah hasil dari kerja keras yang dilakukan bersama-sama. "Saya melihat inilah contoh government and community saling membantu dalam melengkapi keterbatasan yang ada. Maka dapat dikatakan ini bukanlah karya kami, tetapi ini adalah karya gotong-royong bangsa kita," imbuhnya.

Direktur Pemanfaatan dan Pengembangan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Restu Gunawan juga mengatakan turut mengapresiasi usaha Yayasan TBN hingga mencapai hasil menakjubkan ini. "Saya kira ini adalah sebuah kerja keras yang luar biasa, untuk itu kami mengapresiasi karya ini. Ini membuktikan hal yang dinyatakan UNESCO kalau batik memiliki tiga makna, tidak hanya motif, tapi juga teknik dan nilai budaya, yang negara lain tidak punya," katanya.

Baginya, mudah saja bagi negara lain jika ingin mengklaim warisan budaya tersebut, tetapi tidak dengan nilai budaya yang merupakan bagian penting dalam kehidupan masyarakat sejak lahir hingga menutup usia. Inilah yang menurutnya membuat Kemendikbud memperjuangkan perlindungan batik sebagai warisan budaya nusantara agar semakin diapresiasi baik secara global maupun oleh orang Indonesia sendiri. (Brigitta Valencia Bellion)