Sukses

Alasan Peritel H&M Tutup 250 Toko di Dunia

H&M menutup 250 toko karena pelanggan berbelanja online selama pandemi.

Liputan6.com, Jakarta - Peritel terbesar kedua di dunia H&M berencana menutup ratusan tokonya. Peritel berbasis di Stockholm ini akan memangkas 250 tokonya secara global.

Penutupan akan dilaksanakan pada tahun depan setelah perusahaan mengungkapkan bahwa pandemi Covid-19 telah menarik lebih banyak pembeli belanja online. Meski dikatakan penjualan terus membaik pada September 2020, masih lima persen lebih rendah dibandingkan bulan yang sama pada 2019, seperti dilansir dari BBC, Sabtu, 3 Oktober 2020.

Saat ini perusahaan ini memiliki 5.000 toko di seluruh dunia, tetapi belum jelas berapa banyak penutupan di Inggris. Pihaknya menilai terlalu dini bagi mereka untuk memberikan rincian tentang hal tersebut.

Perusahaan ini memiliki hak kontrak untuk menegosiasikan ulang atau mengakhiri sewa di sekitar seperempat tokonya setiap tahun. Peritel tersebut mengatakan bahwa mereka merencanakan penurunan bersih sekitar 250 toko tahun depan.

H&M mengatakan sekarang akan mempercepat rencananya untuk meningkatkan investasi digital untuk mengatasi permintaan online yang terus meningkat. Perusahaan yang berbasis di Swedia itu mengatakan telah mengambil tindakan cepat dan tegas untuk mengelola dampak virus corona, termasuk perubahan pada pembelian, investasi, sewa, kepegawaian, dan pembiayaan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Saluran Digital

Kepala Eksekutif H&M Helena Helmersson mengatakan,  tantangan yang mereka hadapi masih jauh dari selesai. Namun, pihaknya percaya bahwa yang terburuk ada di belakangnya dan pihaknya berada pada posisi yang tepat untuk keluar dari krisis dengan lebih kuat.

Sofie Willmott, dari firma analitik GlobalData, menunjukkan bahwa penjualan H&M pada September turun hanya lima persen yang menunjukkan relevansi penawaran produknya karena pembeli mulai merasa lebih percaya diri untuk datang ke toko.

Namun dia mengatakan perusahaan harus meningkatkan proposisi online-nya mengingat pentingnya saluran digital, untuk berhasil di pasar yang sangat sulit. Selain itu, Willmot mengatakan H&M harus mempertimbangkan perubahan yang lebih signifikan sehubungan dengan penutupan toko, atau akan terus terhalang oleh properti toko yang berlebihan.