Sukses

Pusat Penelitian Kakao Berskala Global Hadir di Pasuruan

Kehadiran pusat penelitian kakao di Pasuruan ini guna mengembangkan praktik-praktik pertanian yang berkelanjutan.

Liputan6.com, Jakarta - Terletak di garis khatulistiwa menjadikan Indonesia sebagai negeri yang cocok untuk menggarap usaha pertanian dan perkebunan tanaman tropis, termasuk kakao. Tanah Air pernah berada di peringkat ketiga di dunia sebagai produsen kakao pada 2014 dan menempati posisi enam sejak 2018 hingga kini.

"Namun sayangnya, potensi tersebut belum bisa secara optimal digunakan sebagai sumber kekuatan bahan baku industri pengolahan kakao di dalam negeri," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam konferensi pers daring, Rabu, 7 Oktober 2020.

Pertanian kakao Indonesia masih dihadapkan rendahnya rata-rata hasil panen per hektar jika dibanding rata-rata global. Guna menjawab tantangan tersebut, Mondelez Internasional membuka pusat penelitian tanaman kakao berskala global di Pasuruan, Jawa Timur.

Executive Vice President, Research, Development and Quality, Mondelez International, Rob Hargrove, menyebut kakao jadi bahan baku utama cokelat yang sangat penting. Dengan terus meningkatnya permintaan cokelat dari konsumen menjadikan keberlanjutan pasokan kakao sangat penting bagi konsumen dan untuk bisnis pihaknya.

"Kendala pada pertanian kakao sangat kompleks. Maka perlu dukungan dari seluruh pihak dalam mata rantai yang terlibat," ungkap Rob.

Ia melanjutkan, ada berbagai inisiatif yang dilakukan Mondelez Internasional, yakni terus berupaya menemukan dan mengembangkan teknologi pertanian kakao yang inovatif. Hal ini agar industri di lahan pertanian jadi berkelanjutan, salah satunya dengan Pasuruan Cocoa Technical Centre (PCTC). 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Praktik Pertanian

Vice President Research Development & Quality - Chocolate, Mondelez International, Michelle Pickering, mengatakan, pusat penelitian kakao ini bentuk komitmen pihaknya untuk berkontribusi menciptakan pertanian kakao yang berkelanjutan. Para ilmuwan di pusat penelitian ini akan menggunakan teknologi canggih untuk mengembangkan praktik pertanian kakao.

"Penelitian akan dilakukan dari pembibitan, kondisi penanaman, sampai pemrosesan pasca-panen. Nantinya, praktik-praktik pertanian akan dipergunakan oleh petani yang tergabung dalam Cocoa Life," lanjutnya.

Program Cocoa Life di Indonesia telah berlangsung sejak 2013. Saat ini telah memberdayakan lebih dari 43 ribu petani kakao di delapan kabupaten yang tersebar di empat provinsi, yakni 25 persen dari total petani kakao di seantero dunia yang jadi bagian program tersebut.

PCTC dilengkapi fasilitas penelitian berteknologi yang ditunjang laboratorium, area pasca-panen, fasilitas percobaan agronomi, serta area pembibitan seluas lima hektar. Ada pula fasilitas greenhouse yang berfungsi sebagai pengaturan jumlah air, cahaya, dan pupuk untuk meneliti kondisi terbaik pada penanaman kakao. Serta, fasilitas nursery difungsikan untuk meneliti cara pembibitan kakao yang paling optimal.