Sukses

Pandemi Covid-19 Paksa Orang Indonesia Lebih Rajin Cuci Tangan Pakai Sabun, tapi...

Masih banyak pekerjaan rumah yang belum tuntas untuk membuat cuci tangan pakai sabun menjadi kebiasaan melekat.

Liputan6.com, Jakarta - Mayoritas orang Indonesia tahu pentingnya cuci tangan pakai sabun (CTPS), tetapi kesadaran untuk melakukannya sehari-hari masih rendah di berbagai daerah. Namun, pandemi Covid-19 mengubah hal tersebut seiring gencarnya sosialiasi tentang protokol kesehatan.

"Kesadaran masyarakat terhadap CTPS ini saya kira meningkat tajam dan itu menggembirakan buat saya. Karena ada tantangan, lawannya Covid.. Khasnya orang Indonesia, kalau ada ancaman hatinya bergerak, oh iya, akhirnya terpaksa saya harus cuci tangan, dan sebagainya," kata Agus Suprapto, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan, Kemenko PMK, dalam webinar Kampanye Nasional Cuci Tangan Pakai Sabun, Kamis (15/10/2020).

Namun, bukan berarti mencuci tangan pakai sabun sudah menjadi kebiasaan semua orang Indonesia. Banyak faktor yang memengaruhi perilaku warga untuk membiasakan hidup bersih dan higienis, seperti pendidikan di dalam rumah tangga, ketersediaan fasilitas cuci tangan pakai sabun, serta penerapan reward and punishment.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2018, baru setengah populasi di Indonesia yang berusia di atas 10 tahun yang telah mempraktekkan perilaku cuci tangan yang benar. Kesenjangan antar-provinsi terkait penerapan perilaku itu juga masih sangat lebar.

"Bahkan di DKI Jakarta yang menjadi episentrum pandemi Covid-19, baru tercatat 73 persen yang memiliki akses terhadap fasilitas cuci tangan," ujar Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Kirana Pritasari.

Maka, ia meminta agar semua pemangku kepentingan lebih menaruh perhatian terhadap masalah ini. Semua pihak bertanggung jawab menjadikan mencuci tangan pakai sabun sebagai perilaku yang melekat agar investasi yang sudah ditanam, baik waktu sosialisasi maupun fasilitas cuci tangan tidak terbuang percuma.

"Jangan sampai kita kembali ke perilaku lama yang kurang baik sehingga akhirnya harus investasi lagi, baik investasi waktu sosialisasi ataupun fasilitas," sahut Kirana.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Solusi Perbaikan Perilaku

Sementara, Wali Kota Bogor Bima Arya memaparkan hasil survei yang dilakukan Lapor Covid-19 dan Nanyang Technology of Institute Singapura terkait kebiasaan mencuci tangan. Hasilnya, sebanyak 33 persen warga mengaku selalu mencuci tangan, 59 persen mengaku sering cuci tangan, dan 8 persen warga jarang atau kadang-kadang cuci tangan.

"Angka ini menurut saya mengkhawatirkan karena semestinya 80 persen sering cuci tangan. Angka ini juga menunjukkan betapa pentingnya lakukan edukasi," kata dia.

Survei juga mendata perihal siapa yang didengarkan perihal pentingnya kebiasaan mencuci tangan. Hasilnya menunjukkan tenaga medis berada di urutan pertama, diikuti tokoh agama, pejabat dan selebritas. 

"Penting sekali merangkul tenaga medis dan tokoh agama untuk menyosialisasikan pentingnya cuci tangan dengan sabun," kata Bima sembari menambahkan pihaknya membentuk tim merpati untuk mengedukasi dan menyosialisasikan perilaku hidup bersih dan sehat kepada warga.

Edukasi pula yang disebutkan Kirana dalam menjadikan cuci tangan pakai sabun menjadi perilaku melekat. Baik pendidikan di dalam keluarga maupun di sekolah, semua sama perannya mendidik individu melaksanakan salah satu poin PHBS tersebut.

Di samping itu, ia juga menambahkan para pemangku kepentingan menyediakan fasilitas cuci tangan yang memadai. "Misalnya, bagaimana tempatkan tempat cuci tangan di pasar. Mohon maaf, tempat cuci tangan biasanya ditempatkan di toilet di belakang. Itu kan menyulitkan ibu-ibu untuk mengaksesnya. Sebaiknya ditempatkan di pintu masuk, di depan," kata dia.