Sukses

Mengenal Terapi PRP untuk Atasi Kebotakan Rambut

Terapi PRP memanfaatkan plasma darah pasien sendiri untuk mengatasi kebotakan rambut. Seberapa efektif?

Liputan6.com, Jakarta - Tampil plontos tentu tak masalah. Beda halnya dengan botak, lantaran rambut rontok dan menipis. Hal tersebut bisa jadi mengganggu kepercayaan diri, baik bagi lelaki maupun perempuan. Salah satu solusi untuk mengatasinya adalah dengan terapi platelet rich plasma (PRP).

dr. Endi Novianto dari ZAP Clinic menerangkan, platelet adalah sebutan lain untuk trombosit, salah satu elemen darah yang kaya akan faktor pertumbuhan. Prosesnya diperoleh lewat teknik sentrifugasi dengan mengambil darah dari tubuh pasien sendiri.

"PRP adalah plasma darah yang kaya akan trombosit dan harus otolog (berasal dari tubuh pasien sendiri). Kenapa? Karena kita tidak mau ambil darah yang mungkin tercemar kemudian disuntikkan dari satu orang ke orang lain," kata Endi dalam 45 Minutes Virtual Media Meet Up Eps. 3 : Ampuhnya Darah Sendiri Mengatasi Permasalahan Kulit Kepala, Kamis (15/10/2020).

Kandungan faktor pertumbuhan membuat proses penyembuhan berjalan cepat. Tanpa itu, penyembuhan bisa berjalan sangat lambat dan tidak tumbuh sempurna. "Nah, apalagi yang kondisinya normal, bisa lebih cepat lagi. Seakan kembali muda," sambungnya.

Maka, PRP mulai digunakan untuk memperbaiki berbagai masalah kecantikan, mulai dari peremajaan kulit, baik di wajah maupun non-wajah, pengobatan luka, penyembuhan parut kulit, filler, sampai perbaikan kondisi rambut. Khusus yang terakhir, PRP diaplikasikan dengan disuntikkan ke bagian rambut yang menipis.

"Akan terasa agak sakit sedikit karena disuntikkan jarum di kulit kepala, tapi nggak sampai gimana-gimana karena jarumnya seperti jarum bayi," ucap dia.

Satu jam pertama setelah penyuntikkan disebut sebagai golden period karena 90 persen platelet akan aktif menyebar, dibantu oleh aktivator. Selama delapan jam awal, Anda diminta untuk mendiamkannya saja agar PRP benar-benar meresap. Barulah setelah itu, rambut bisa dikeramas atau diolesi tonik.

"PRP hanya bertahan delapan jam, jadi tidak ada ceritanya PRP dibawa pulang. Darah yang diambil, langsung diaplikasikan, tidak bisa disimpan," imbuhnya.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Tak Semua Orang Bisa

Endi menerangkan, PRP bisa berfungsi sebagai treatment utama bila kerontokan atau kebotakan yang dialami pasien masuk kategori ringan. Sementara, pasien dengan kasus kebotakan atau kerontakan lebih berat, PRP hanya bersifat sebagai booster atau perawatan tambahan. 

Lalu, bagaimana cara menentukan seseorang memerlukan PRP? Ia menyebut, bila seseorang melihat kondisi rambutnya lebih tipis dari setahun sebelumnya. Pasien juga harus menyelidiki penyebabnya karena kebotakan bisa disebabkan berbagai hal, seperti kurangnya gizi seimbang dan stres. 

Kerontokan, sambungnya, adalah hal yang wajar bila rambut yang rontok sekitar 100 helai sehari. Cara menghitungnya menjumlahkan rambut yang tersisa di bantal saat bangun tidur, jumlah rambut yang rontok saat keramas atau tertinggal di shower cap, dan rambut yang tersisa saat menyisir di malam hari.

"Kalau rambut rontok lebih dari seratus lembar sehari, kita musti siap-siap," ujarnya.

Tapi, tak semua orang bisa menjalankan treatment ini. Mereka yang anemia, mengalami disfungsi trombosit, dan sedang terinfeksi tak disarankan menjalani perawat PRP. Seseorang yang sedang mengonsumsi antikoagulan seperti aspirin, maupun vitamin antikoagulan seperti ginko biloba, juga tak bisa menjalani perawatan ini karena kondisi PRP-nya tak akan baik.

"Yang merokok rutin setiap hari juga, PRP yang terbentuk tidak bagus. Nah, kalau sudah adiksi, dikurangi. Tapi, apakah bisa? Bisa, smoking-nya dihentikan dua minggu paling tidak," tutur Endi.

3 dari 3 halaman

Harus Berulang

Hasil terapi, kata Endi, bisa terlihat setelah pertama kali perawatan. Biasanya pasien akan merasa kerontokannya berkurang. Tapi, ketahananannya hanya berlangsung selama 7--10 hari. Maka, pasien disarankan untuk mengulang perawatan maksimal setiap dua minggu sekali.

"Berapa kali efektifnya? Setiap dua minggu sekali selama delapan kali. Jadi sekitar empat bulan treatment PRP supaya hasilnya seperti yang diinginkan," jelasnya.

Setelah delapan kali, dokter akan mengevaluasi lagi. Bila dinilai cukup memuaskan, pasien bisa menjalani perawatan tiga bulan sekali, bahkan enam bulan sekali.

"Usianya nggak ada batasan, dari bayi sampai lansia bisa. Tapi, kalau bayi tak ada masalah, ya sebaiknya tidak. Remaja pun harus dengan persetujuan orangtua," ujarnya.

Mengingat situasi pandemi, ia mengingatkan agar pasien memastikan memilih klinik yang menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Hal itu bisa dilihat apakan petugas medis mengenakan APD lengkap, ruang tersedia penyaring udara HEPA filter atau nano filter, tempat selalu didesinfeksi, dan data pasien dicatat secara lengkap.