Liputan6.com, Jakarta - Pandemi COVID-19 telah menghentikan berbagai sektor dalam kehidupan, terutama industri perjalanan dan pariwisata. Industri penerbangan menjadi salah satu yang terguncang hebat karena berbagai aturan pembatasan perjalanan dan kebijakan lockdown yang berlaku di berbagai negara. Banyak warga dunia yang menunda perjalanan udaranya untuk menghindari risiko terpaparnya virus Corona.
Maskapai penerbangan terpaksa memutar otak untuk ide model bisnis baru, demi beradaptasi terhadap keaadaan pandemi. Namun, setidaknya kini maskapai penerbangan dapat sedikit bernapas lega. Pasalnya, studi yang dilakukan Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) dan dikeluarkan pada 15 Oktober 2020, menunjukkan bahwa risiko penularan virus dalam pesawat terbang sangatlah rendah.
Advertisement
Baca Juga
Melansir Asia One, Jumat (16/10/2020), studi tersebut menemukan bahwa, saat penumpang  duduk dalam pesawat dengan mengenakan masker, rata-rata hanya 0,003 persen partikel udara dalam zona pernapasan di sekitar kepala seseorang berisiko menular. Bahkan, hal ini juga berlaku  ketika semua kursi penumpang terisi.
Penelitian itu dilakukan pada penerbangan pesawat United Airlines Boeing 777 dan 767 itu menunjukkan bahwa penggunaan masker dapat membantu meminimalisir paparan infeksi ketika seseorang batuk, bahkan saat orang itu duduk tepat di kursi sebelahnya. Studi tersebut mengklaim mereka hanya menemukan satu kasus positif COVID-19, tetapi tidak menular pada penumpang lainnya.
Sekitar 99,99 persen partikel akan disaring keluar dari kabin dalam waktu enam menit saja karena sirkulasi udara yang cepat melalui ventilasi udara dan sistem filtrasi di pesawat. Diperkirakan bahwa seorang penumpang harus terbang selama 54 jam di pesawat yang membawa orang yang terinfeksi, barulah memenuhi dosis yang cukup untuk menularkan virus pada penumpang yang sehat.
Pihak United Airlines yang bersedia menjadi objek penelitian percobaan tersebut, bersusah payah mempresentasikan hasil studi demi keuntungan industri penerbangan, terlebih perusahaannya. "Hasil (studi) ini berarti peluang Anda terkena Covid di United Airlines hampir tidak ada, bahkan jika penerbangan penuh penumpang," kata Chief Customer Officer United Airlines, Toby Enqvist, lapor Asia One.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kasus Covid-19 dalam Penerbangan
Studi ini dipimpin dan didanai oleh Komando Transportasi, yang mengoperasikan penerbangan Patriot Express, yang menggunakan pesawat komersial seperti United Arlines untuk anggota militer dan anggota keluarganya. Penelitian yang berlangsung selama enam bulan ini melibatkan 300 tes selama 38 jam waktu penerbangan, dan 45 jam pengujian darat.
Penelitian dilakukan dengan melepaskan partikel berukuran sama dengan virus corona di seluruh kabin berdasarkan bagian masing-masing. Kemudian, tiap bagian memiliki 42 sensor untuk mewakili penumpang lain yang berpotensi bersentuhan dengan partikel tersebut. Setiap percobaan, mereka melepaskan 180 juta partikel, setara dengan jumlah partikel yang dihasilkan oleh ribuan batuk.
Sementara itu, pekan lalu, produsen pesawat Boeing, Airbus SE, dan Embraer SA merilis publikasi secara bersamaan. Mereka mengatakan bahwa filter udara kabin mampu membatasi penyebaran virus di pesawat mereka. Kesimpulan mereka didasarkan pada penelitian dinamika fluida komputasi yang mensimulasikan bagaimana partikel bergerak di sekitar kabin.
Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) juga mengatakan telah mengidentifikasi hanya 44 kasus Covid-19 selama penerbangan sejak awal 2020, sedangkan ada sekitar 1,2 miliar penumpang yang telah melakukan perjalanan selama waktu itu.
"Meskipun tidak ada yang benar-benar bebas risiko, penelitian telah menunjukkan bahwa risiko tertular virus di pesawat tampaknya berada dalam kategori yang sama seperti kemungkinan tersambar petir," ungkap Direktur Jenderal IATA, Alexandre de Kata Juniac. (Brigitta Valencia Bellion)
Â
Advertisement