Liputan6.com, Jakarta -Â Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kembali menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Transisi. Selama masa PSBB transisi sejumlah sektor industri dan perdagangan dilonggarkan, termasuk usaha tempat makan seperti restoran dan kafe. Mulai 12 Oktober 2020, mereka diizinkan melayani pengunjung dengan protokol kesehatan ketat selama PSBB Transisi.
"Untuk pasar rakyat, mal, pertokoan restoran langsung beroperasi dengan kapasitas 50 persen," kata Anies dalam keterangan tertulis,11 Oktober 2020, dilansir dari kanal News Liputan6.com. Sektor tersebut boleh beroperasi pukul 06.00-21.00 selama PSBB Transisi.
Untuk restoran atau kafe, terdapat protokol lain, seperti jarak antar meja dan kursi min 1,5 meter, kecuali untuk satu domisili. Lalu, pengunjung dilarang berpindah-pindah atau berlalu-lalang (melantai). Selain itu, alat makan-minum disterilisasi secara rutin. Dan pelayan memakai masker, face shield, dan sarung tangan.
Advertisement
Baca Juga
Hal itu juga didasari pedoman dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Mereka sudah meluncurkan program dan buku panduan protokol kesehatan yang mengacu pada unsur Cleanliness, Health, Safety, dan Environment (CHSE). Lalu, bagaimana penerapannya di lapangan?
Liputan6.com mencoba makan di restoran cepat saji McDonald’s atau McD di kawasan Jalan Panjang, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Kamis, 15 Oktober 2020. Sebelum memasuki restoran, ternyata memang ada yang berbeda. Kita diharuskan mengisi informasi pribadi di sebuah lembaran kertas, seperti mengisi nama, nomor kartu identitas dan nomor telepon. Setelah itu, seperti biasanya, suhu tubuh kita diukur dengan thermo gun dan dipersilakan kalau suhu tubuh kita maksimal 37,3 derajat celcius.
Sampai di dalam, kita harus memesan lewat sebuah layar elektronik untuk memesan makanan atau minuman, bukan lagi di meja pemesanan atau meja kasir. Ada dua layar elektronik ukuran besar yang tersedia dan ada petugas yang melayani atau mengarahkan kita tentang cara memesan makanan. Setelah selesai memesan dan membayar, kita diarahkan untuk duduk dan makanan akan diantarkan.
Situasi restoran di malam itu agak lengang sehingga bisa memilih meja di lantai satu, karena sepertinya sebagian pengunjung memilih duduk di lantai dua. Saat duduk, kita baru dibolehkan untuk membuka masker, karena saat akan masuk dan melakukan penesanan kita tak boleh melepas masker.
Tak lama kemudian, makanan dan minuman yang sudah dipesan pun datang. Di masa PSBB transisi ini, kita juga tak bisa mengambil saus sambal sendiri karena memang tidak disediakan. Semuanya sudah disiapkan dalam bentuk sachet . Selain itu, semua karyawan terlihat memakai masker dan face shield serta sarung tangan dan menjalankan protokol kesehatan dengan cukup disiplin.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Isi Buku Tamu
Kalau Anda ingin menambah pesanan, Anda bisa langsung ke meja pesanan atau meja kasir, jadi tak perlu ke layar elektronik lagi. Setelah itu, pesanan bisa diambil di meja pengambilan pesanan di samping meja kasir. Setelah selesai makan, kita harus meninggalkan restoran melalui pintu keluar.
Meski buka 24 jam, selama PSBB transisi, restoran McD ternyata tidak melayani makan di tempat selama seharian penuh. Di depan pintu masuk dituliskan kalau jam buka untuk makan di tempat maupun take away adalah dari pukul 06.00 sampai 21.00.
"Iya selama PSBB transisi ini kita hanya melayani makan di tempat dari jam enam pagi sampai jam sembilan malam.Yang untuk take away juga sama waktunya. Tapi kita tetap buka 24 jam buat layanan online dan drive-thru. Tapi kalau restorannya di dalam mal ya harus mengikuti aturan dari mal bersangkutan," terang salah seorang karyawan.
"Kalau isi form ini baru dari Senin (12 Oktober) kemarin, tapi ini diisi sama mereka yang makan di tempat aja. Kalau untuk pengunjung lebih dari satu orang atau beberapa orang, cukup satu orang saja yang mengisi formnya," sambungnya.
Pengalaman tidak jauh beda juga dirasakan Rinaldy saat mengunjungi sebuah restoran di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan pada Kamis, 15 Oktober 2020. Sebelum memasuki restoran MJS atau lebih dikenal dengan Mbah Jingkrak Setiabudi itu, pria yang akrab disapa Rinaldy itu harus mengisi buku tamu dan data pribadi. Usai mengisi, seperti biasa dilakukan pengukuran suhu tubuh.
"Ya agak aneh juga sih, baru kali ini makan di restoran diminta data pribadi. Tapi karena sudah peraturannya dan kebetulan memang sudah janjian ketemu sama teman ya kita ikutin aja. Selain itu, ya kita mesti pakai masker kecuali waktu makan atau minum, dan pakai hand sanitizer," jelasnya pada Liputan6.com, Jumat, 16 Oktober 2020.
Advertisement
Ada Batasan Waktu
Untuk jaga jarak sudah diatur oleh pihak restoran dan kapasitas pengunjung juga dibatasi. Di dalam restoran juga disediakan beberapa tempat untuk mencuci tangan dan tersedia hand sanitizer.
"Kalau untuk pemesanan ya seperti biasa. Pembayarannya juga bisa cashless dan kalaupun cash bisa kita taruh di baki kecil yang juga jadi tempat uang kembalian. Mungkin bedanya, karyawannya semua memakai face shield, masker dan sarung tangan, dan juga agak jaga jarak dengan tamu," terang Aldy.
Protokol kesehatan yang cukup ketat juga diterapkan di sebuah restoran di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan. Menurut Rini pada Liputan6.com,Jumat, 16 Oktober, beberapa hari lalu ia dan beberapa temannya menyambangi Kedai Tansu yang berkonsep outdoor.
"Prosesnya ya seperti itu, isi buku tamu, harus pakai masker, mencuci tangan dan jaga jarak. Tempatnya memang outdorr tapi protokol kesehatannya cukup ketat dan bagus juga. Pas kiita mau duduk di satu meja yang ternyata baru dipakai pengunjung lain, kita diarahkan ke meja lain karena meja yang kita pilih mau disemprot disinfektan dulu dan harus dikosongkan beberapa waktu," tutur Rini yang juga tinggal di kawasan Jakarta Selatan.
Selain itu, waktu makan pengunjung dibatasi hanya 90 menit. Menurut Rini, sekitar 15 menit sebelum waktunya habis, karyawan restoran akan menginformasikan kalau waktu kita tinggal 15 menit lagi.
"Ya, ada bagusnya juga, kita jadi nggak lama-lama nongkrong atau ngobrol. Kalau makan dan minum sudah selesai, ngobrol sebentar terus pulang, itu kan buat kebaikan kita juga," lanjut Rini.
Tanpa Masker
Di sejumlah restoran sepertinya protokol kesehatan bisa diterapkan dengan baik dan konsisten. Namun untuk warung makan atau tempat makan dalam skala lebih kecil kemungkinan masih agak sulit atau bahkan tidak diterapkan sama sekali.
Saat berkunjung ke sebuah restoran masakan Padang di kawasan Rawa Belong, Jakarta Barat, Kamis, 15 Oktober 2020, suasananya memang tidak terlalu ramai. Dari delapan meja yang tersedia, hanya dua meja yang ada pengunjungnya,jadi tak ada masalah untuk jaga jarak.
Tempat mencuci tangan juga tersedia. Sayangnya, pegawai restoran tak ada yang mengenakan masker. Saat melayani pembeli, baik yang makan di tempat maupun yang dibawa pulang juga hampir tidak ada perbedaan dengan masa sebelum pandemi. Sejumlah pengunjung ada yang memakai masker, tapi ada juga yang tidak.
Di hari yang sama, kami juga menyambangi sebuah warteg di kawasan yang sama. Warteg yang cukup besar itu memang hanya ada dua orang yang sedang makan di tempat. Tapi lagi-lagi pegawai warteg sama sekali tidak memakai masker maupun sarung tangan.
Suasana warteg pun hampir sama seperti saat sebelum pandemi. Hanya saja, di bagian luar ada tempat untuk mencuci tangan. Sedangkan para pengunjung, ada yang memakai masker dan ada juga yang tidak.
Advertisement