Liputan6.com, Jakarta - Pandemi corona Covid-19 yang melanda seantero jagat menjadi hantaman hebat bagi beragam sektor. Tidak terkecuali dengan para pelaku usaha kecil yang harus memutar otak agar dapat bertahan di masa krisis seperti saat ini.
Masyarakat kini diharuskan beradaptasi akan kebiasaan baru dengan menerapkan protokol kesehatan demi menekan transmisi Covid-19. Hal tersebut juga turut diberlakukan mereka, para pedagang kuliner jalanan saat menyuguhkan sajian kepada konsumen.
Satu di antaranya adalah Heri Purwanto, seorang pedagang Bakwan Malang yang berjualan di kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat. Pria yang telah berdagang selama 10 tahun ini mengungkapkan nestapa yang ia rasakan terkait pendapatan yang menurun drastis karena pandemi.
Advertisement
Baca Juga
"Saya biasanya belanja 10 kilogram daging untuk satu hari dan normalnya sehari habis 350 mangkuk, tapi semenjak pandemi hanya 60--70 mangkuk," kata Heri kepada Liputan6.com, Sabtu, 17 Oktober 2020.
Keadaan ini terjadi mengingat pelanggan utama Heri adalah para pekerja kantoran yang berada di sekitar tempat ia berjualan, berkurang karena adanya pemberlakuan masuk secara bergantian. Kondisi tersebut terasa kian berat selepas Idul Adha 2020.
"Habis Lebaran Haji itu jatuh dan parah banget. Tapi setelah itu ada peningkatan sedikit," lanjutnya.
Keadaan yang tak menentu mendorong Heri untuk tetap bertahan. Meski kecewa, ia tak lantas menyerah begitu saja dengan kondisi pandemi Covid-19 dan memilih tetap optimis walau penjualan tak seperti sebelumnya.
"Berhubung masih bisa jualan, sedapat mungkin saya bertahan karena kebutuhan dan untuk biaya anak sekolah. Saya jualan dengan bawa sedikit," tambahnya.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Terapkan Protokol Kesehatan
Mengingat masa pandemi, Heri tak melupakan protokol kesehatan yang telah ditetapkan. "Saya selalu pakai masker, rajin mencuci tangan dengan sabun. Saya menuruti protokol kesehatan untuk mencegah," ungkapnya.
Jaga jarak juga ia berlakukan dengan pembeli yang datang. Begitu pula soal mencuci mangkok, di mana ia selalu menyediakan sabun cuci dan air yang diambil dari sebuah tempat kursus bahasa di dekat tempatnya berjualan.
"Saya berharap semoga pandemi ini cepat berlalu," tutupnya.
Advertisement
Cerita Pedagang Mi Ayam
Cerita pahitnya berjualan di masa pandemi corona Covid-19 juga dibagikan oleh Hadi Sumarno, pedagang mi ayam di kawasan Cikini, Jakarta Pusat. Ia biasanya berjualan di depan sebuah gang di Jalan Cikini Raya.
"Dulu saya bawa lima kilogram mi habis satu hari. Sekarang (masa pandemi) hanya dua kilogram. Satu kilogram itu sekitar 10 mangkuk," kata Hadi kepada Liputan6.com, Sabtu, 17 Oktober 2020.
Senada dengan Heri, penjualan Hadi pun menurun karena masa pandemi mendorong munculnya pemberlakuan shifting bagi para pekerja yang berada di tempat ia berjualan. Kendati demikian, ia tetap bertahan dan berjualan.
Hadi yang telah berjualan mi ayam sejak era 80-an ini memang menggantungkan hidupnya dari berjualan mi ayam. Karena itu, pria asal Cilacap tersebut tak menyerah dengan keadaan dan beradaptasi pada protokol kesehatan yang diberlakukan.
"Saya sering-sering cuci tangan pakai sabun, pakai masker. Selesai ada yang makan saya langsung cuci mangkok dengan sabun," tambahnya.
Meski penjualan menurun, ia tetap bersyukur dengan adanya beberapa pembeli. "Yang lewat sepi, tapi kalau ada yang beli biasanya bungkus," ungkap Hadi.