Liputan6.com, Jakarta - Awan mendung baru mulai bergerumul saat saya sampai di Klinik Dermaplus di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat siang, 23 Oktober 2020. Di sebelah kanan dekat pintu masuk klinik kecantikan ada tempat cuci tangan, fasilitas penting di masa pandemi COVID-19.
Mendorong pintu, suhu tubuh saya langsung diperiksa salah satu staf. "36,5 derajat ya, silakan masuk," katanya. Setelahnya, saya diarahkan memakai hand sanitizer, dan dimintai KTP sebagai bagian dari pendataan pasien.
"Dulu kami hanya bertanya ke pasien, tapi sekarang akan dimintai KTP dan menuliskan form sebelum tindakan (treatment)," SPV Klinik Dermaplus, Dwi Aktivisionis Hia menjelaskan pada Liputan6.com.
Advertisement
Baca Juga
Saya juga diberi shoes cover untuk dipakai selama berada di area klinik kecantikan. Sembari menunggu, saya memerhatikan area cashier diberi pembatas akrilik yang melindungi seluruh sisi. Tak ada pasien lain yang menunggu bersama saya saat itu, hanya kurang lebih tiga orang staf.
"Kami memang sengaja membatasi kunjungan. Jadi, sebisa mungkin pasien akan diaturkan jadwalnya supaya tak menumpuk. Paling banyak hanya akan ada lima pasien yang menunggu. Itu pun dibagi lagi, dua di atas, tiga bisa di area bawah karena lebih luas," ucap Dwi.
Karena belum ada hasil rapid test dalam 14 hari terakhir, saya melakukannya terlebih dulu dan menunggu hasil kurang lebih 10 menit. Setelah dinyatakan negatif, karena saya akan melakukan perawatan wajah, bagian itu dibersihkan terlebih dulu.
Usai cuci tangan, saya diberikan hairnet untuk dipasang dan sebentar melepas masker saat wajah dibersihkan. Sementara, staf klinik kecantikan yang melakukan tindakan memakai APD, termasuk sarung tangan, masker, hairnet, dan pelindung wajah.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dilengkapi HEPA Filter
Setelahnya, saya diarahkan berkonsultasi dengan dokter. Terhalang pembatas akrilik, dr. Monika Hadimuljono, Sp.KK menanyakan beberapa hal perihal kondisi kulit saya, disambung menjelaskan perawatan apa yang akan dilakukan.
Ia pun meminta saya berbaring di bed yang sudah dilengkapi disposable cover. "Jadi, setelah digunakan satu pasien, bed cover langsung dibuang. Kemudian, didisinfeksi dulu sebelum dipasang yang baru," saya mengingat penjelasan Dwi.
Setelah secara jelas melihat kondisi kulit wajah saya, saya diarahkan ke ruang treatment di lantai dua, diminta tetap memakai masker tentunya. Saya diminta berbaring sembari menunggu dr. Monika mempersiapkan ragam komponen yang dibutuhkan.
Perawatan inflammtory acne vulgaris menggunakan mesin Vbeam Prima yang saya jalani mengharuskan kedua mata saya ditutup. dr. Monika kemudian menjelaskan sensasi yang bakal dirasakan. "Dimulai ya treatment-nya," tuturnya sudah memakai APD lengkap.
Tak lama ternyata, perawatan yang saya jalani sudah selesai sebelum 10 menit berjalan. Setelahnya, saya dipersilakan meninggalkan ruang treatment untuk menunggu obat luar tubuh yang sudah dipersiapkan, dan keseluruhan rangkaian perawatan pun selesai.
Karena hanya diperuntukkan bagi satu pasien, spons, kuas masker, dan masker medis yang disediakan untuk pasien bisa dibawa pulang.
"Sudah beberapa waktu sejak kami pakai HEPA filter di ruangan mapun di ruang tunggu untuk membantu sirkulasi udara. Ruang tunggu pun dibersihkan dengan disinfektan secara berkala," Dwi menjelaskan.
Ia menambahkan, pasien setiap harinya dibatasi, yakni maksimal 10 orang, kecuali di hari Sabtu, paling banyak lima pasien saja. Klinik Dermaplus beroperasi pukul 10.00--18.00 WIB pada Senin--Jumat, dan Sabtu pukul 10.00--14.00 WIB.
"Setiap pelanggan yang mau melakukan perawatan harus booking, bisa by phone atau WhatsApp. Nanti akan ditanya tujuannya untuk konsultasi saja atau treatment. Kalau treatment, ada persyaratan, seperti melampirkan hasil negatif rapid test maksimal 14 hari sebelum kedatangan, atau melakukan rapid test di tempat," tandasnya.
Advertisement