Liputan6.com, Jakarta - Saat triathlon, Anda harus berenang 3,8 km, bersepeda 180 km, dan lari maraton penuh yang dilakukan secara berurutan. Dalam kondisi itu, Anda tentu ingin berpakaian seringan mungkin. Kenyamanan tersebut tak lantas membuat Nur Syahariah Jusoh menanggalkan hijab sebagai bagian dari keyakinannya.
Melansir laman South China Morning Post, Rabu (4/11/2020), perempuan yang akrab disapa Nursya tersebut tercatat mengikuti balapan yang berlangsung selama 14 jam di tengah cuaca panas terik di Langkawi, Malaysia, tahun lalu. Ragam rintangan tersebut ternyata bukan masalah bagi ibu 43 tahun itu.
Ia tak hanya melewati garis finis, tapi juga dinobatkan sebagai peserta wanita tercepat Malaysia di lomba tersebut. Keberhasilannya sebagian disebut karena generasi baru busana olahraga dilengkapi hijab.
Advertisement
Baca Juga
Saat Nursya pertama kali berlari pada 2013, di samping pakaian lari, ia hanya memakai selendang untuk menutupi rambutnya. Ia tak menutup leher dan dada karena takut kepanasan. Baru pada 2018, dengan pilihan lebih baik, ia beralih ke jilbab penuh yang menutupi kepala, leher, dan dada.
"Dengan pemilihan bahan yang sesuai, saya mulai merasa nyaman dan terus meningkatkan performa saya dalam olahraga, khususnya triathlon. Saya memenangkan beberapa acara triathlon sambil mengenakan hijab," katanya.
Nursya menyadari kekuatan pakaian yang tepat, dalam kasus ini busana olahraga, pada orang yang tepat. "Saya pikir saya telah menginspirasi Muslim lain karena setelah saya menyelesaikan (Ironman Triathlon), saya menerima banyak pesan dari perempuan berjilbab yang mengatakan bahwa saya menginspirasi mereka," tuturnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Perkembangan Pemanfaatan Material
Busana olahraga berhijab sebenarnya pertama kali diluncurkan pada 2001. Putusan pengadilan Belanda dalam kasus seorang gadis Muslim yang dikeluarkan dari kelas olahraga pada 1999 karena jilbabnya yang dianggap tidak aman jadi latar belakang inovasi tersebut.
Solusi pengadilan, di mana anak perempuan harus mengenakan leher polo dengan topi renang karena mereka akan menutupi area yang sama, sayangnya kurang populer di kalangan umat Muslim.
Terlepas dari penemuan itu, busana olahraga dilengkapi hijab telah berkembang pesat. Saat ini, banyak label maupun desainer menggabungkan teknologi yang membuat busana tersebut tetap lapang, lembut, ringan, dan menyerap keringat. Dari segi tampilan, busana itu juga cukup stylish.
Semakin menonjolnya hijab dilengkapi teknologi material mutakhir mencerminkan bagaimana bisnis memanfaatkan apa yang dipatok sebagai pasar modest wear senilai 402 miliar dolar Amerika pada 2024, menurut State of the Global Islamic Economy.
Ini juga terasa seperti dakwaan terhadap tokoh agama patriarkal, serta bisnis seperti pengecer barang olahraga, Decathlon, yang tahun lalu menarik busana olahraga dilengkapi hijab untuk pelari wanita di Prancis setelah kehebohan Islamofobia di negara itu. Padahal di Asia Tenggara, pakaian olahraga dilengkapi hijab mencetak lebih banyak poin menarik di kalangan wanita Muslim.
Advertisement