Sukses

Sektor Pariwisata Indonesia Diprediksi Pulih Total pada 2024

Target wisatawan lokal diprediksi kembali ke angka semula di tahun 2023, sementara untuk wisatawan asing pada di 2024.

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi COVID-19 telah menjadi batu sandungan yang bagi kemajuan sektor perekonomian dunia, termasuk di Indonesia. Industri pariwisata, termasuk perhotelan, restoran, dan penerbangan, merupakan sektor yang paling terdampak di masa-masa sulit ini.

Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur, Hari Sungkari, mengungkapkan dampak di sektor pariwisata ini paling terlihat dari sisi tenaga kerja yang terlibat. "Ada sembilan juta tenaga pariwisata yang terdampak, terutama untuk hotel, restoran, dan airlines," ungkapnya dalam sesi virtual Bincang Editor: Potensi dan Kondisi Pariwisata di Era Pandemi, Selasa (17/11/2020).

"Namun, jika ditotalkan dengan tenaga kerja terhubung, seperti supplier, sopir travel, rental mobil, dan sebagainya itu ada 27,5 juta yang terdampak," lanjutnya.

Ia mengatakan bahwa hal ini juga yang menyebabkan pemerintah harus menurunkan target wisatawan domestik dan mancanegara. Hal itu mengakibatkan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) dari 4,8 persen turun hingga 4,0 persen terhadap total PDB nasional.

Ia juga memaparkan bahwa target awal total angka wisatawan asing adalah 18 juta orang, dan sekarang diturunkan di angka 2,8 juta hingga 4 juta pengunjung. Sementara, target wisatawan lokal yang bermula dari 130 juta orang, turun menjadi 120 juta. Meskipun demikian, pemulihan pariwisata lokal Indonesia masih memerlukan waktu hingga tiga hingga empat tahun ke depan.

"Jadi kita akan kembali ke angka 18 juta itu diperkirakan baru tahun 2024 untuk wisatawan asing, sementara untuk wisatawan lokal akan kembali ke angka 130 juta di tahun 2023," paparnya. Ia mengatakan penurunan drastis angka kunjungan wisatawan asing di daerah tertentu, seperti Bali, Lombok, hingga Labuan Bajo turut berdampak hebat dalam industri pariwisata Indonesia.

Selaras dengan pernyataan tersebut, Nila Tanzil, Founder Travel Sparks, dalam kesempatan yang sama, menyampaikan bahwa suasana tempat tinggalnya di Bali memang masih sepi pengunjung hingga saat ini. "Kebetulan saya tinggal di Sanur dan di sini masih sepi sekali. Kalau mau pergi ke mana-mana, seperti ke Canggu atau Ubud, jalanannya juga masih sepi, toko-tokonya masih tutup, restoran-restoran juga masih pada tutup. Meskipun ada yang buka, tetap masih sepi pengunjung," imbuhnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Pariwisata di Era Normal Baru

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI serta lembaga pemerintahan lainnya sedang gencar membangkitkan kembali pariwisata Indonesia. Penggalakkan itu khususnya dilakukan di beberapa destinasi wisata super prioritas, khususnya di Labuan Bajo dan Mandalika.

Namun, masih banyak kekhawatiran atas pelanggaran protokol kesehatan di lokasi-lokasi pariwisata tersebut. Maka, edukasi masyarakat dan penyelenggara tempat wisata tentang pentingnya protokol kesehatan sangat diperlukan, salah satunya melalui peran media.

"Yang perlu (media) lakukan adalah mengedukasi pemirsa, kemudian stakeholders pariwisata, dan juga pemerintah yang harusnya melakukan pengawasan (protokol kesehatan) dari hulu ke hilir," ungkap Mauludin Anwar, Manajer Kreatif Progsus SCTV.

"Media harus hadirkan wajah positif untuk pariwisata, tidak lupa mengkritisi yang tidak sesuai protokol, tapi juga dibarengi dengan publikasi mana praktik yang sudah ideal supaya masyarakat akan menjadi terbiasa dengan normal baru, sehingga pemerintah melakukan juga apa yang harus dilakukan," tambahnya.

Hari Sungkari mengakui perlunya penyesuaian baru dalam sektor pariwisata ke depannya, yang menjadikan kebersihan dan kesehatan sebagai prioritas paling utama untuk dijual. Baginya, pariwisata dapat bangkit kembali selama pengunjung dan penyelenggara sektor pariwisata patuh pada protokol kesehatan.

"Maka dari itu, kita juga sosialisaikan perubahan dalam sektor ini, yang dijual pertama itu keamanan dan kesehatan, menjadikan protokol kesehatan sebagai kebiasan. Untuk itulah, sertifikasi gratis CHSE bagi hotel, restoran, dan destinasi wisata sekarang ini perlu gencar dilakukan," kata dia. (Brigitta Valencia Bellion)