Sukses

Kemenparekraf Kembangkan 4 Subsektor Ekonomi Kreatif di Labuan Bajo

Melalui program AKSILARASI, pengembangan sebsektor ekonomi kreatif di Labuan Bajo ini bakal dilangsungkan secara berkala selama lima tahun.

Liputan6.com, Jakarta - Berupaya mengembangkan sektor ekonomi kreatif, Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI melalui Direktorat Industri Kreatif Musik, Seni Pertunjukan, dan Penerbitan menggagas program AKSILARASI.

AKSILARASI sebagai akronim dari Aksi, Selaras, dan Sinergi merupakan program pendampingan yang mementingkan keterhubungan pemerintah pusat dan daerah. Juga, kerja sama antara pelaku kreatif berbasis urban, digital, dan akademik dengan pelaku kreatif di wilayah destinasi yang berbasis tradisi, rural, serta komunal.

Secara umum, program AKSILARASI dilaksanakan di beberapa lokus destinasi prioritas dan destinasi super prioritas, seperti Labuan Bajo, Mandalika, Danau Toba, dan Likupang. Labuan Bajo sendiri dipilih jadi lokus kegiatan AKSILARASI karena telah ditetapkan sebagai destinasi super prioritas oleh pemerintah pusat.

Tahapan program inkubasi karya di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat dilaksanakan pada 1--20 November 2020 sesuai protokol Cleanliness, Health, Safety, dan Environment (CHSE). Dalam media gathering virtual pada Rabu (18/11/2020), dijelaskan bahwa program yang juga didukung Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores ini mengusung tema "Merawat Ingatan Merayakan Peradaban."

Program ini akan dilaksanakan selama lima tahun dengan tahapan per tahun yang telah direncanakan dengan proses pendampingan terhadap komunitas, kelompok, maupun masyarakat. Empat subsektor termasuk di dalamnya, yakni musik, penerbitan, seni rupa, dan pertunjukan tari.

Penyelenggaraannya melibatkan 195 peserta yang mayoritas warga Labuan Bajo, komunitas di Kabupaten Manggarai Barat, dan beberapa seniman dari wilayah kabupaten lain di Flores. Pengembangan subsektor musik didampingi Ivan Nestorman.

Sementara Anti Yank, Jecko Siompo, dan Bambang Prihadi bertanggung jawab mendampingi subsektor seni pertunjukan tari. Subsektor seni rupa didampingi Heri Pemad, Elia Nurvista, serta Hendra Hehe; dan subsektor penerbitan didampingi Windy Ariestanty dan Dicky Senda.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Proses Pendampingan

Direktur Musik Seni Pertunjukan dan Penerbitan, Mohammad Amin, menyatakan bahwa kegiatan pendampingan program AKSILARASI sudah dimulai sejak September 2020.

"Pendampingan dilakukan dalam bentuk daring dan luring. Inkubasi dilakukan mulai 3 sampai 16 November untuk menghasilkan 16 produk unggulan yang akan terus disempurnakan pada masa lima tahun program pendampingan," paparnya.

Pada Kamis, 19 November 2020, akan diadakan uji publik secara daring agar karya-karya tersebut dapat dinikmati. "Kami sekaligus mengundang penangap karya untuk memberi masukan konstruktif terhadap produk yang dihasilkan," ujar Amin.

Direktur Utama Badan Otorita Labuan Bajo Flores (BOP LBF), Shana Fatina, mengatakan, "Komunitas kreatif di Labuan Bajo akan berperan penting untuk pertumbuhan kota dan mendukung terwujudnya produk pariwisata berkualitas di Labuan Bajo dan Flores yang memiliki alam dan budaya berkualitas premium. Ke depan, pemerintah hadir untuk menjaga ekosistem ini tumbuh."

"Keberagaman dan kebudayaan itu adalah esensi dari wisata premium. Kita akan mengemas para pelaku industri kreatif ini hingga lima tahun ke depan, kita akan dampingi sehingga menghasilkan produk kreatif baru yang nantinya akan menjadikan identitas dari Labuan Bajo Flores," pungkas Shana.

Ivan Nestorman tim kreatif musik menyatakan bahwa produk kreatif musik berasal dari akar tradisi yang dikemas ulang. "Kami punya tiga produk, Sompo, Flores Human Orchestra, dan Labuan Bajo World Band," katanya.

"Semua berasal dari tradisi, apalagi Flores terkenal punya singing society seperti yang ditulis Jaap Kunst tahun 1940-an. Karya ini punya pesan. Karya Sompo itu artinya menandu, kita menandu pariwisata premium di Labuan Bajo dengan gotong-royong," ujar Ivan.

3 dari 3 halaman

16 Produk Ekonomi Kreatif

Asgar yang memiliki nama pena Asgar Maipang, perwakilan peserta AKSILARASI asal Pulau Rinca yang mengikuti program inkubasi subsektor penerbitan, mengaku kegemaran menulis adalah latar belakang keikutsertaannya.

"Selama menjalani prosesnya bukan hanya menulis, tapi dibina untuk mencintai budaya sendiri. Bayangkan anak muda menulis budaya potensi alam wisata alam di sekitarnya itu luar biasa. Harapan ke depan kegiatan ini tak hanya tahun ini saja. Ada pun tulisan anak-anak lokal, mungkin itu bisa di-support," ujar penggiat literasi di Manggarai Barat ini.

Sebanyak 16 produk kreatif lahir dari program AKSILARASI dengan proses perenungan, kerja keras, kolaborasi, serta kecintaan akan alam dan budaya lokal yang dimiliki komunitas kreatif di Labuan Bajo, Manggarai Barat, dan Flores. Keberadaannya membawa pesan pelestarian dan konservasi sumber daya budaya, serta keragaman lingkungan hidup.