Sukses

FKN 2020 Upaya Strategis Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia

Tak kalah penting bayi juga harus diberikan perlindungan dari berbagai penyakit dengan imunisasi lengkap.

Liputan6.com, Jakarta – Forum Kesehatan Nusantara (FKN) 2020 yang diselenggarakan oleh NU Circle mengajak semua stakeholder kesehatan untuk menelaah dan menggali kembali berbagai permasalahan dalam sistem kesehatan nasional.

Hal ini dilakukan dalam rangka membantu pemerintah untuk menata ulang ketahanan kesehatan di Indonesia. Namun karena pandemi hampir semua kegiatan dilakukan secara virtual sehingga, FKN 2020 juga diselenggarakan secara daring dengan format talkshow.

Pada sesi pertama FKN 2020 yang dilaksanakan pada 20 November 2020 mengangkat tema “Upaya Strategis Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia”. Forum kali ini mengundang Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, Sp.OG(K), MPH sebagai Ketua Bidang Kesehatan NU Circle untuk menjadi moderator.

Tak kalah menarik, acara ini juga mengundang pembicara dari berbagai spesialisasi dan keahlian dari dalam dan luar negeri. Mereka antara lain, Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH, PhD dan Prof. Dr. Ir. Raldi Artono K. Dalam kesempatan itu, Prof. Madarina menyampaikan poin penting bahwa risiko komplikasi yang terjadi pada ibu hamil dapat berkurang jika sebelum hamil ibu sehat dan bergizi baik, selama kehamilan melakukan pelayanan antenatal ke petugas kesehatan minimal 4 kali.

“Selain itu, saat persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten, kemudahan dalam mengakses layanan rujukan, serta ibu dan bayi mendapatkan layanan neonatal dan nifas,” urai Madarina.

Dirinya juga menambahkan, ASI eksklusif dan MPASI merupakan intervensi terpenting untuk kehidupan bayi dan balita sehingga kekurangan gizi terutama pada 1000 hari pertama kehidupan bisa dicegah. Tak kalah penting bayi juga harus diberikan perlindungan dari berbagai penyakit dengan imunisasi lengkap.

“Tidak jarang bayi yang dilahirkan dari ibu yang memiliki masalah kesehatan misalnya bayi premature yang memerlukan perawatan intensif. Hal yang dilakukan tenaga medis terhadap bayi tersebut salah satunya adalah dengan meletakkan bayi yang baru lahir atau neonatus tersebut di dalam sebuah inkubator bayi,” terangnya.

Prof. Madarina menambahkan, inkubator adalah suatu alat yang digunakan untuk mempertahankan kondisi lingkungan yang cocok untuk neonatus atau bayi baru lahir dan memiliki fungsi yaitu untuk menjaga suhu sebuah ruangan agar tetap konstan atau stabil. Hal ini juga didukung oleh Prof. Raldi, yang menggagas suatu program socio-techno-enterpreneurship tentang layanan peminjaman incubator gratis untuk daerah nusantara yang membutuhkan sejak tahun 2019.

Prof. Raldi menjelaskan, tujuan program ini semata-mata untuk kepentingan masyarakat yang membutuhkan terutama di daerah dengan minimnya fasilitas inkubator. “Tiga tujuan dasar dari inkubator adalah perawatan, fungsi dan keamanan. Agar cakupan layanan ini bisa lebih luas lagi maka perlu dibentuk agen relawan di tiap daerah”, imbuhnya.

Hal tersebut selaras dengan ungkapan Prof. Budi Wiweko yang mengatakan bahwa, bayi dengan premature akan mempengaruhi kualitas kesehatan saat dewasa. Sehingga 100 hari prakonsepsi sampai 1000 hari kelahiran menjadi hal yang penting untuk dipersiapkan bagi ibu dan bayi.

“Disamping itu perlunya perbaikan kualitas layanan, kompetensi tenaga kesahatan, pendampingan dan dukungan keluarga, serta penggunaan teknologi. Penggunaan teknologi akan sangat memungkinkan untuk menurunkan AKI dan AKB”, jelas Budi Wiweko.

FKN 2020 ini diharapkan bisa menggandeng para pengambil kebijakan kesehatan, penyedia layanan kesehatan, media, pengajar dan peneliti, mahasiswa, serta penyandang dana untuk dapat berkontribusi dalam menata ulang kebijakan kesehatan guna menurunkan AKI dan AKB di Indonesia.

Seperti diketahui, kesehatan ibu dan bayi masih menjadi target dalam Sustainable Development Goals (SDGs). Adapun target SDGs penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia adalah kurang dari 25 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2030.

Meskipun telah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah, Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) belum turun secara signifikan. Begitu pula dengan distribusi angka-nya juga tidak merata antar daerah di Indonesia.

AKI merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan ibu dimana hal ini ditempatkan menjadi prioritas utama dalam target SDGs, karena 280 hari pertama dari 1000 hari kehidupan seorang bayi tergantung pada ibunya. Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang digunakan untuk melihat status kesehatan anak, dan kondisi ekonomi penduduk secara keseluruhan.

Angka kematian ibu di Indonesia tertinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya dan ini masih merupakan masalah utama di Indonesia. Tercatat secara umum di Indonesia terjadi penurunan kematian ibu selama periode 1991-2015 dari 390 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup.

Meskipun terjadi kecenderungan penurunan angka kematian ibu, namun tidak berhasil mencapai target SDGs di mana masih jauh dari target tujuan pembangunan berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs) yakni 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030.

Masalah ibu yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan, tidak dapat dilepaskan dari berbagai faktor yang mempengaruhinya, antara lain status kesehatan ibu dan kesiapan untuk hamil, pemeriksaan antenatal (masa kehamilan), pertolongan persalinan dan perawatan segera setelah persalinan, serta faktor sosial budaya.

Jika ditinjau dari pelayanan kesehatan dapat disebabkan fasilitas dan infrastruktur yang tidak memadai. Termasuk jumlah SDM yang terbatas atau belum memiliki kompetensi yang baik.

Tentunya status kesehatan bayi juga sangat terkait dengan beberapa faktor ibu selama hamil dan melahirkan, seperti rendahnya persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan, rendah pemeriksaan selama hamil, dan juga status gizi ibu hamil yang masih rendah.(*)