Liputan6.com, Jakarta - Mengenakan busana tradisional dalam warna-warna cerah, tiga perempuan Iran yang merupakan penyintas serangan air keras mengatur posisi hendak berpose di depan kamera. Lewat modeling mereka berdaya, menemukan kembali kepercayaan diri yang sempat direnggut secara brutal.
Berdasarkan keterangan video yang diunggah kanal YouTube AP Archive pada Rabu, 18 November 2020, sebuah galeri seni di Iran melawan tabu dengan mempekerjakan penyintas serangan air keras sebagai model untuk pertama kalinya di negara itu.
Tujuannya adalah untuk menantang persepsi umum bahwa hanya orang berpenampilan menarik yang bisa sukses sebagai model. Masoumeh Ataei, salah satu penyintas yang turut serta, diceritakan jadi sasaran serangan air keras dalam perseteruan keluarga.
Advertisement
Baca Juga
Ketika berusaha cerai dari suaminya dalam pernikahan yang di matanya sudah gagal, ayah mertua Ataei melemparkan air keras ke wajahnya. Itu membuat kedua mata perempuan 37 tahun ini tak lagi bisa melihat.
"Mungkin hanya kecantikan wajah seorang wanita yang ia miliki. Ketika itu hancur, sangat sulit bagi seseorang untuk menerima dan sekali lagi kembali ke masyarakat," kata Ataei.
Boleh jadi sulit, tapi bukan mustahil, ia memutuskan untuk menentang ekspektasi kebanyakan orang dengan mengambil pekerjaan modeling. "Saya sangat ragu dan takut mendengar hal-hal yang tak pantas dari orang lain, sekaligus khawatir dengan konsekuensinya. Tapi, orang-orang ternyata memberi tanggapan sangat positif," tambahnya.
Amen Khademi, perancang busana dan pemilik galeri busana Mahuraa, juga mengambil peran dalam gerakan pemberdayaan para penyintas serangan air keras ini. Ia adalah mantan jurnalis yang mengubah karier dengan membuat gaun bertema cerita rakyat Iran.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Meningkatkan Kesadaran Publik
Menurut Khademi, perempuan itu cantik secara bawaan dan pesonanya tak hanya sedalam kulit. Ketika mendalami kisah wanita yang wajahnya benar-benar rusak dan hidup mereka hancur akibat serangan air keras, Khademi langsung berniat menggaet mereka sebagai model untuk memamerkan karyanya.
Meningkatkan kesadaran publik adalah salah satu tujuannya, di sampil menjual pakaian, dan tak sedikit orang segera memuji inisiatif sang desainer. Dua model lainnya adalah Fatemeh Ghasemi yang kehilangan mata kirinya pada 2016 di Teheran dan Zeinab Ghanbari asal Zanjan yang diincar ipar perempuan dan mantan suami pecandu sabu.
Mereka sekarang cukup percaya diri untuk jadi model bagi Mahuraa bersama Masoumeh. "Saya memutuskan jadi model karena saya ingin masyarakat lebih banyak melihat orang-orang seperti kami, sehingga mereka tak akan berpikir kami harus tinggal di rumah dan tak melakukan apa-apa," kaya Ghasemi.
"Sebenarnya satu-satunya tujuan pelempar air keras adalah memaksa kami tinggal di rumah dan tak melanjutkan hidup secara normal," sambungnya.
Pada 2019, Masoumeh bersama empat pria dan wanita lain yang selamat dari serangan air keras pergi ke parlemen Iran dan berbicara dengan anggota parlemen yang menyerukan undang-undang lebih keras terhadap penyerang air keras. Eksekusi atau hukuman penjara seumur hidup adalah saran mereka untuk mencegah kejahatan tersebut.
Para korban juga menuntut respons terhadap penjualan air keras yang mudah. Serangkaian serangan air keras di pusat kota Isfahan pada 2014 memicu kemarahan publik di seluruh negeri, dan penyerang masih buron sampai sekarang.
Advertisement