Sukses

Eksperimen Menantang Batas Seni di Media Art Globale 2020

Media Art Globale (MAG) 2020 mengusung tema Quantum Land yang melibatkan 21 seniman lokal dan internasional.

Liputan6.com, Jakarta - Ekshibisi seni makin menantang dilakukan di masa pandemi. Jarak yang tercipta karena hanya bisa bersapa lewat layar kaca menciptakan kesulitan tersendiri, khususnya dalam membangun kedekatan dengan pengunjung.

Itu pula yang menjadi perhatian Rubi Roesli, seorang arsitek pemilik Biro Arsitek Biru yang menyeberang ke bidang seni instalasi. Tahun ini menjadi penampilannya yang kedua di Media Art Globale (MAG) setelah tahun lalu.

Instalasi yang akan ditampilkannya dalam pameran yang akan berlangsung pada 20--30 November 2020 itu berangkat dari pertanyaannya soal ruang. Sebagai arsitek, ia menilai banyak hal yang tak terjawab soal ruang itu. Pertanyaannya makin menjadi saat pandemi datang. 

"Instalasi saya (membuat orang) harus masuk, agar bisa melihat dan merasakan, kaya arsitektur. Tapi kemudian tiba-tiba hilang, enggak bisa rasakan eksperimen. Akhirnya bikin video art, tapi kan tetapi saja orang bisa lihat apa yang kita bikin tapi tak bisa dirasakan," kata Rubi dalam jumpa pers virtual MAG20, Selasa, 17 November 2020.

Maka, ia pun mengangkat tema mengintegrasikan ruang riil dan ruang digital dalam karya seninya. Ia menantang diri sendiri untuk bisa membuat pemirsa bisa merasakan karyanya.

"Teknologi membawa kita ke realm baru," ucapnya.

Rubi merupakan salah satu dari 21 seniman yang terpilih tampil di MAG 2020. Tahun ini, festival new media art berbasis teknologi dan sains tersebut mengusung tema Quantum Land. Mona Liem, kurator event tersebut, mengartikan tema tersebut sebagai celah harapan untuk terus bergerak di masa sulit.

"Quantum itu sifatnya energi. Ketika bersatu, bisa mempengaruhi satu sama lain, baik positif maupun negatif," kata Mona.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

6 Seniman Terpilih

Ekshibisi nanti dibagi dalam empat ruang, yakni genesis, enigma, nexus, dan magna. Satu lainnya merupakan master workshop. Ruang pamer digital yang ada tak hanya diisi oleh seniman dari Indonesia, tetapi juga internasional. Panitia mengundang mereka mengirimkan proposal.

Dari 60 seniman dari 23 negara yang mendaftarkan diri, terpilih enam talent berbakat, yakni Bayu P. Pratama, Andy Wauman, Fahmi Mursyid, Riyan Kresnandi, Theano Giannezi, dan Wivisual. "Harusnya hanya tiga, tapi jadi enam," kata Mona.

Mereka akan mengisi ruang Magna mereka dinilai berani menyajikan karya cutting edge dengan mekanisme kinetik, bahkan bereksperimen untuk membuktikan bahwa setiap tanaman mempunyai suaranya masing-masing. Mereka dimentori langsung oleh kurator MAG20 dan para artis lainnya sebagai program keberlanjutan dari MAG.

Selain empat ruang pamer, MAG20 juga menyajikan talkshow dan workshop menarik di Realm Master dengan pakar di bidang seni, teknologi, dan neuroscience. Patub Porx Community akan membimbing partisipan tentang cara membuat sablon di T-Shirt, sedangkan Renjani Damais mementori bagaimana melukis di atas papan skate.

"Semoga hal ini menjadi lahan baru orang berkarya dan survive di tahun spesial ini," kata Mona.

Media Art Globale 2020 persembahan Connected Art Platform dapat dinikmati dan diakses di www.mediaartglobale.com. Informasi terbaru juga bisa diikuti lewat media sosial mereka.