Sukses

Strategi Bisnis Kecantikan Agar Tetap Relevan di Tengah Pandemi

Sektor kecantikan ditantang ragam pembatasan berskala yang menghambat para pembeli untuk pergi ke pusat perbelanjaan.

Liputan6.com, Jakarta – Sebelum pandemi corona COVID-19 melanda dunia, sektor kecantikan di Indonesia sedang berada dalam sebuah transformasi yang cukup besar, dengan banyaknya merek lokal yang hadir melalui platform di media sosial. Mereka menantang merek-merek besar dengan memberikan kesan yang lebih fresh dan kekinian.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak bisnis kecantikan yang bergantung pada toko-toko offline sebagai pemasukan utamanya. Akibat dari COVID-19 ini, sektor kecantikan ditantang oleh berbagai pembatasan berskala yang menghambat para pembeli untuk pergi ke pusat perbelanjaan.

Para pelanggan kini tidak dapat lagi secara fisik pergi ke toko dan mencoba produk kecantikan yang mereka inginkan. Alhasil, berbagai merek kecantikan gencar berinovasi dan membawa interaksi serupa secara online seperti melakukan live instagram, giveaway, atau bahkan webinar dengan influencer.

“Saya selalu tahu bahwa online dan media sosial adalah satu-satunya cara kami dapat beroperasi. Saat ini, bahkan merek-merek besar memilih untuk mempromosikan produk mereka melalui pemasaran online & media sosial.

Kami merasa mendapatkan keunggulan karena sudah hadir secara online lebih lama. Walaupun kami lebih kecil, kami juga menjadi lebih gesit untuk melakukan manuver agar dapat bisa melalui masa-masa pandemi yang terbilang aneh dan sulit ini,” terang Irwaty Sarah, pendiri Bening Bersinar, sebuah marketplace kecantikan lokal.

Meskipun merek kecantikan menutup kehadiran offline mereka, menurut McKinsey, industri ini masih merupakan industri yang menghasilkan $500 miliar secara global pada tahun 2019. Walau mungkin sulit untuk mencapai angka tersebut dengan adanya pandemi COVID-19, memindahkan penjualan produk secara online adalah salah satu cara untuk menutupi kerugian lebih banyak lagi.

Xendit, perusahaan teknologi finansial yang bergerak di bidang pembayaran sangat mendukung penuh para pemain di industri kecantikan untuk go-online di saat pandemi seperti ini. “ Untuk terus relevan bahkan di tengah pandemi, bisnis kecantikan harus mulai merambah ke online. Di Xendit, kami pun melihat semakin banyak bisnis kecantikan yang berintegrasi dengan kami. ” kata Tessa Wijaya, Co-Founder dan COO Xendit.

Xendit memberikan kebebasan bagi pelanggan untuk memilih pembayaran yang paling sesuai untuk mereka, antara lain e-Wallet (OVO, Dana, Linkaja), virtual account, bahkan gerai ritel (Alfamart & Indomaret).

Saira Nasar, pendiri Beauty of Saira mengakui bahwa dia melihat peningkatan penjualan online selama pandemi. “Kami masih menjual produk kami seperti biasa melalui situs web dan media sosial kami. Saya rasa selama pandemi ini, penjualan online telah meningkat hingga 30% dengan sebagian besar pembayaran datang melalui virtual account.”

Walaupun situasi saat ini terbilang menantang, bisnis kecantikan harus terus menerapkan strategi jitu agar tidak semakin tertinggal. Bisnis kecantikan harus fokus terhadap pengembangan bisnis tanpa harus memikirkan hal-hal yang dapat diautomasi seperti menerima pembayaran.

“Salah satu dari banyak cara agar operasi kami tetap efisien adalah dengan mengotomatiskan sebanyak mungkin hal, seperti sistem pembayaran, dan menurunkan tenaga kerja yang diperlukan untuk menangani operasi yang sehat. Kami menggunakan Xendit dan merasa sangat terbantu, ” jelas Irwaty.

Kehadiran merek-merek lokal yang lebih menarik di pasaran mungkin menjadi titik baru bagi masa depan industri kecantikan di Indonesia. Bisnis kecantikan yang tadinya kerap diasosiasikan dengan interaksi tatap muka akan mulai bergeser menuju dunia maya yang serba mudah dan efisien.