Liputan6.com, Jakarta - Setiap negara memiliki hidangan khas tersendiri, salah satunya Vietnam. Negara Asia Tenggara itu memiliki hidangan omelet yang terbuat dari cacing pasir, yang bernama Cha ruoi, yang merupakan hidangan musiman.
Banyak orang Vietnam menganggap hidangan terbuat dari cacing laut sepanjang dua inci itu tak sedap dipandang mata. Namun, sebagian orang menganggap makanan itu memberi kelezatan dan rasa seperti kaviar atau makanan yang terbuat dari telur ikan.
Advertisement
Baca Juga
Setiap tahun, pada akhir musim gugur, warung-warung jajanan di Vietnam utara, khususnya di Hanoi, menyajikan hidangan yang sangat istimewa yang sekilas terlihat sangat biasa, tetapi sebenarnya mengandung bahan yang sangat khas, seperti dilansir dari laman Oddity Central, Selasa, 24 November 2020.
Chả rươi terlihat seperti hidangan telur matang yang dicampur dengan berbagai bumbu. Namun, teksturnya yang seperti daging dan rasa seafood-nya berasal dari bahan yang memberi nama pada camilan tersebut, cacing pasir.
Telur kocok, kulit jeruk keprok, bawang bombay, adas manis, dan rempah-rempah, sebelum ditambahkan cacing laut. Hasilnya adalah telur dadar yang tampak biasa.
Cacing pasir “palolo” tak hanya ada di Vietnam, tapi juga dapat ditemukan di sepanjang pantai di banyak negara yang berbatasan dengan Samudra Pasifik. Beberapa di antaranya China, Jepang, Indonesia, atau Samoa.
Cacing pasir digoreng itu bisa disajikan dengan roti panggang, dipanggang menjadi roti atau bahkan dimakan hidup-hidup. Namun, makanan ini hanya bisa dikonsumsi banyak orang Vietnam hanya satu atau dua bulan dalam setahun karena ada hubungannya dengan kebiasaan kawin makhluk laut. Selain itu, hanya sebagian ulat palolo yang dipanen untuk dikonsumsi.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Hidup di Dasar Laut
Cacing pasir terus hidup di dasar laut dan bisa mengalami epitoky atau proses pembentukan individu reproduktif beberapa kali dalam setahun. Karena itu manusia hanya memanen beberapa bagian reproduksi yang terapung-apung ini.
Berabad-abad yang lalu, para nelayan dan petani tidak tahu kapan kumpulan cacing yang merayap akan muncul ke permukaan, jadi melihat mereka adalah masalah keberuntungan. Orang-orang akan melompat ke dalam air dan menangkap cacing sebanyak mungkin dengan menggunakan jaring atau tangan kosong.
Namun saat ini, para petani di Vietnam sudah mulai mengisi danau dan sawah mereka dengan cacing karena mereka dapat hidup di lumpur. Saat cacing muncul pada hari-hari tertentu dalam kalender lunar, mereka hanya mengeringkan danau mereka untuk memanen bahan yang berharga itu.
Tetapi karena ulat pasir telah menjadi sumber daya yang berharga baik di Vietnam dan China, para petani tidak lagi mengkonsumsinya, dan lebih memilih menjualnya untuk mendapatkan keuntungan. Sebelum ditambahkan ke telur dadar chả rươi, cacing pasir harus direbus untuk menghilangkan tentakel dan bau amisnya. Yang terakhir, bau amisnya bisa dibasmi dengan kulit jeruk keprok segar.
Advertisement