Sukses

Diet Ekstrem yang Pernah Dijalani Mendiang Diego Maradona

Nyatanya, kebiasaan makan yang salah telah lama lekat dengan figur Diego Maradona.

Liputan6.com, Jakarta - Terselip di antara perjalanan sebagai salah satu pesepak bola legendaris, mendiang Diego Maradona juga menyimpan momen-momen sarat nelangsa. Salah satunya saat Maradona mesti menjalani diet ekstrem.

Mengutip laman Independent, Kamis (26/11/2020), pada 2005 lalu, pemain yang lekat dengan julukan Hand of God ini menderita apa yang para dokter sebut sebagai obesitas morbid. Kala itu, perut Diego Maradona 'dijepit' hingga setengah ukuran dalam apa yang disebut bypass lambung.

Operasi senilai 15 ribu dolar pun sempat berlangsung di resor tepi laut Cartagena de Indias di Kolombia. Maradona berharap ahli bedah obesitas terkenal di kota itu dapat bekerja dengan ajaib. Namun, operasi tersebut bukan tanpa risiko.

Setelah pulang dari klinik, ia tetap tinggal di sebuah flat mewah di distrik Bocagrande kota yang eksklusif untuk melanjutkan rawat jalan. Maradona pun menghabiskan satu bulan untuk diet liquids-only sebelum kembali ke Kuba untuk mengatasi masalah mendesak lainnya, kecanduan kokain.

Mengingat kecanduan itu, keputusan menjalani operasi perut di Kolombia, pusat pemrosesan kokain di dunia, mungkin sedikit berisiko. Tapi, Dr Holguin berkata, "Kelebihan berat badan sering kali menyebabkan orang beralih ke obat-obatan atau alkohol. Kehilangan berat badan seharusnya menaikkan kepercayaan diri."

"Ia selalu mengatakan bahwa ia telah dibawa ke puncak gunung, tapi, begitu sampai di sana, tak ada yang memberitahunya apa yang harus dilakukan," kata mantan istri Diego Maradona, Claudia Villafane.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Kebiasaan Makan yang Bermasalah

Dalam periode itu, Diego Maradona bersikeras menjaga tubuhnya dengan menerapkan liquids-only diet. Sesuai namanya, dijelaskan bahwa Maradona hanya mengonsumsi 'air suci' dan sejumput garam setiap harinya.

Penerapannya sempat berhasil membuat Maradona kehilangan hampir setengah dari berat badan. "Orang-orang bertanya pada saya apakah ia pemberontak," kata Dr Holguin dari Klinik Cartagena.

"Saya katakan, tidak, ia sangat baik, orang yang luar biasa. Jika terus diet, ia harus menurunkan berat badan hingga enam kilogram sebulan. Jika berolahraga dan menjauhi narkoba, ia seharusnya bisa untuk kembali berolahraga, bermain golf," sambungnya,

Namun, perjalanan tersebut tak selalu mulus. Dua tahun setelahnya, menurut laporan smh.com.au, Maradona harus dilarikan ke rumah sakit setelah mengonsumsi terlalu banyak makanan, alkohol, dan rokok. Perjuangan mengendalikan kebiasaan makan setelahnya hampir selalu jadi isu bagi Maradona.

Riwayat kesehatannya pun bukan satu yang bersih. Maradona dinyatakan meninggal dunia karena henti jantung di rumahnya di Tigre, Argentina pada Rabu pagi, 25 November 2020, waktu setempat.

Dua pekan sebelumnya, Maradona baru saja menjalani operasi karena mengalami sumbatan darah di otak. Pengacara Maradona, Matias Morla, sempat mengucapkan rasa lega karena operasi kliennya berjalan lancar.

Tapi, siapa bisa melawan takdir? Sebelum meninggal, Maradona juga sempat mengisolasi diri karena diduga terpapar COVID-19.

3 dari 3 halaman

Infografis Protokol Kesehatan Vaksin Terbaik