Sukses

Di Balik Pernikahan Santai yang Viral, Pakai Kaus Lama di Lemari hingga Jahit Gaun Pengantin Sendiri

Ketimbang ekspektasi sosial, pasangan pengantin yang pernikahannya dinilai santai ini memilih memenuhi ekspektasi diri mereka sendiri.

Liputan6.com, Jakarta - Tak pernah terlintas dipikiran pasangan pengantin bernama Cica dan Reza bahwa konsep pesta pernikahan mereka bakal jadi sensasi jagat maya. Pasalnya, yang mereka lakukan semata merepresentasi kepribadian keduanya.

"Sehari-hari juga pakai baju nggak pernah ribet," kata Reza soal pemilihan busana pengantin melalui pesan suara pada Liputan6.com, Jumat, 27 November 2020. "Kaus hitam yang dipakai Eja (sapaan akrab Reza) juga itu baju sehari-hari dia, bukan beli baru," Cica menambahkan.

Sesuai video di media sosial, pasangan yang menjalani long distance relationship Depok-Abu Dhabi ini berpenampilan kompak serba putih. Sorotan dalam busana mempelai pria berupa kimono berwarna senada yang ternyata merupakan produk label lokal, koolastuffa.

"Konsep baju sebetulnya itu ide Cica. Pas banget ngelihat referensi pasangan nikah, si cowok pakai kimono. Jadi, ya sudah direalisasikan saja," tutur Eja. Sementara saat akad, pria yang berprofesi sebagai barista ini memilih kemeja putih tanpa kerah berpadan celana sarung bermotif batik.

Lalu, dari awal, dengan persepsi tak mau ribet, ia pun memilih pakai sandal gunung sebagai pelangkap penampilan. Senada dengan Eja, Cica memilih busana yang merefleksikan kepribadiannya.

Menjahit sendiri gaunnya, Cica mengatakan, keputusan ini diambil atas dasar pesimis bahwa ada penyewa busana pengantin yang memiliki outfit sesuai postur tubuh mungilnya. "Makanya jahit sendiri saja. At least, nggak kegombrongan," imbuhnya.

Di sisi lain, penggemar band FSTVLST ini memang berniat memakai kembali busana tersebut setelah acara pernikahan selesai. "Jadi, nggak cuma jadi pajangan, nggak mubazir," ia mengakui. Karena menjahit sendiri, Cica punya keleluasaan menentukan model busana mana pilihannya jatuh pada turtleneck dress.

"Veil yang gue pakai juga nggak beli. Itu properti foto yang gue punya. Terus bandonya beli di marketplace," tutur si pengantin perempuan. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 4 halaman

Memenuhi Ekspektasi Diri Sendiri

"Kalau menuruti ekspektasi sosial, nggak akan ada habisnya. Gue juga nggak terbiasa mengikuti ekspektasi sosial. Orang pengin punya rambut panjang, gue nggak mau, terus kenapa?" katanya menjawab konsep yang bisa dilabeli tak sesuai 'buku manual' pernikahan pada umumnya tersebut.

Eja menambahkan, ketimbang memenuhi ekspektasi sosial, mereka memilih memenuhi ekspektasi diri sendiri. Catatan pentingnya, pelaksanaan ini sudah melalui persetujuan kedua belah pihak keluarga.

Mereka pun bukan sengaja melawan tabu, melainkan hanya memanfaatkan apa yang ada. "Misal, rambut gue kan pendek nih, masa mau extention karena nggak bisa pakai sanggul," Cica mengatakan. "Cari yang simpel saja. Dari awal nggak pengin ribet," Eja menambahkan.

Pernikahan secara lebih santai sendiri bukanlah narasi baru. Menurut pasangan yang sudah 8 tahun pacaran tersebut, kunci realisasinya ada di komunikasi, negosiasi, terutama ke pihak keluarga, dan pakai uang sendiri.

"Karena pertamanya gue malah pengin nikah di KUA saja (sebelum pandemi), tapi nggak boleh. Akhirnya setuju pakai acara, tapi konsepnya ngatur sendiri. Alhamdulillah keluarga Eja juga setuju," ujarnya.

Reza menambahkan, ia dan Cica lebih leluasa mengatur semuanya karena mendanai sendiri pernikahan mereka.

3 dari 4 halaman

Tahu Poin-Poin Esensial dalam Menyelenggarakan Pernikahan

Mengidentifikasi poin-poin esensial dalam menyelenggarakan penikahan pun tak kalah penting, dan menurut Eja dan Cica, tahu apa yang diingini masuk di dalamnya. "Kami tahu kemampuan kami seberapa," kata Cica.

Kemudian, komunikasi, tak peduli sekecil apa pun keputusan yang mau diambil atau sudah diambil soal pernikahan. Semua harus dilaporkan ke pasangan dan keluarga. Pemahaman ini penting mengingat mereka LDR

"Fokus ke tujuan. Jangan jadikan omongan atau komentar orang di luar sana jadi menggoyahkan rencana. Lalu, utamakan kenyamanan. Bagaimana pun kerennya acara pernikahan, kalau lo ga nyaman, buat apa? Dikenang pun bakal bikin gondok doang," tuturnya.

Terakhir, jangan lupa juga komunikasi ke semua pihak yang terlibat, terutama vendor dekorasi, dokumentasi, dan MC. "Soalnya walau terkesan santai, tetap saja ada masalah salah paham waktu persiapannya," tandas Cica.

4 dari 4 halaman

Infografis Beda Kartu Nikah dengan Buku Nikah