Liputan6.com, Jakarta - Wacana Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memotong jatah hari libur akhir tahun tak sepenuhnya ditanggapi negatif oleh kalangan pengusaha sektor wisata. Bagi PHRI Jakarta, dipotong atau tetap seperti semula tak akan memengaruhi sektor pariwisata Jakarta secara signifikan.
"Yang terasa bagi yang di luar kota (Jakarta) ya, karena cenderung warga dari kota besar kan liburnya ke mana-mana. Saya juga baru dapat input kalau Jogja sudah teriak, tamu bakal batalkan reservasi," kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Jakarta Khrisnadi kepada Liputan6.com, Jumat malam, 27 November 2020.
Advertisement
Baca Juga
Ia mengatakan pandemi Covid-19 membuat situasi makin tidak bisa diprediksi. Perubahan mendadak bisa sewaktu-waktu terjadi sehingga para pelancong juga tak leluasa membuat rencana perjalanan.Â
"Contohnya pada waktu PSBB dibuka, kan kendor sekitar Juni-Juli. Begitu dibuka, mereka enggak keluar kota, nginep di hotel yang ada malnya, supaya anak-anaknya bisa berenang, mereka bisa belanja. Tapi kemudian diperketat lagi, kosong lagi hotel karena ngapain mereka ke hotel, malnya kan ditutup," tutur Khrisnadi.
Lagipula, hotel-hotel di Jakarta sebenarnya lebih membutuhkan pergerakan para pebisnis dari luar kota. Sementara, tamu leisure umumnya mencari tempat di luar kota untuk berwisata. Bila pemangkasan jatah hari libur benar diputuskan pemerintah, hal itu akan memengaruhi preferensi tempat di luar kota yang akan dikunjungi wisatawan, misalnya dari yang berencana melakukan perjalanan jauh, menjadi memilih destinasi-destinasi yang lebih mudah dicapai, seperti Bogor, Puncak, Carita, dan Bandung.
"Tamu lokal apa mau datang ke Jakarta? Mau belanja? Ke Lebaran masih jauh, ke Natalan juga nanggung. Pas Agustus kan ada dua kali libur tanggal merah, kemudian Oktober lima hari berturut-turut, daerah yang menikmatinya (peningkatan kedatangan tamu)," sahut dia.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Dukung Keputusan Pemerintah
Ia mengklaim pihaknya akan mendukung apapun keputusan pemerintah, apalagi hal itu menyangkut kesehatan masyarakat. Angka kasus positif Covid-19 di DKI belakangan kembali mencetak rekor, begitu pula di rumah sakit-rumah sakit sekitar daerah penyangga yang kembali dipenuhi pasien.
"Sekarang ini sudah dicoba (pengetatan). Memang (kebijakan) trial and error, tapi siapa negara di dunia yang berhasil lakoni ini dengan baik seratus persen? Kalau dilihat dari kondisi kita, solusi ini memang terpaksa diambil goverment walau dari pengusaha pasti ada yang kesal," ucap Khrisnadi.
Meski demikian, sektor wisata tak serta-merta bisa disalahkan. Banyak kasus penyebaran infeksi Covid-19 melibatkan klaster keluarga, menandakan bahwa saat hari libur, ada kecenderungan mereka memanfaatkannya untuk mengunjungi keluarga atau sanak famili yang sudah lama tidak dikunjungi.
Saat berkumpul itulah, banyak yang lupa untuk menjalankan protokol kesehatan 3 M, yakni memakai masker, mencuci tangan memakai sabun, dan menjaga jarak aman. Sementara, situasi di Jakarta malah diprediksi akan sangat lengang selama libur panjang akhir tahun.
"Kita harus jaga diri dewe-dewe. Cluster keluarga makin banyak. Kita secara individu harus tahu diri, jangan lengah. Kalau tidak, kita bawa pulang virus dan tulari anggota keluarga yang lain," kata dia.
Â
Â
Advertisement