Liputan6.com, Jakarta -Â Ajang Jakarta Fashion Week (JFW) 2021 yang sedang berlangsung kembali mencuatkan konsep sustainable fashion atau fesyen berkelanjutan. Hal itu karena permasalahan mengenai limbah di dunia, termasuk di Indonesia, belum juga terselesaikan. Salah satu sumber limbah paling banyak di Bumi berasal dari pakaian.
Jadi tak heran jika saat ini kampanye aksi cinta Bumi dengan memilih sustainable fashion semakin gencar digaungkan. Lalu, apa sebenarnya arti fesyen berkelanjutan dan kenapa kita harus menerapkannya?
Menurut Komunitas Zero Waste Indonesia (ZWID) dalam keterangan tertulis pada Liputan6.com, Sabtu, 28 November 2020, fesyen berkelanjutan adalah praktik dalam fesyen yang mengedepankan nilai-nilai dari berbagai pihak yang terlibat di dalamnya, khususnya lingkungan dan kemanusiaan.
Advertisement
Baca Juga
Tujuan dari fesyen berkelanjutan adalah untuk menyatukan berbagai kalangan di industri fesyen: perancang, produsen, distributor, hingga konsumen (pemakai) untuk bekerja sama demi mengubah cara suatu item fesyen bersumber, diproduksi, dan dikonsumsi ke arah yang lebih baik.
Sebagai konsumen, menerapkan fesyen berkelanjutan berarti artinya sadar. Setiap individu secara sadar membeli, memakai (mengonsumsi), memiliki pakaian yang sesuai dengan nilai fesyen berkelanjutan. Mengetahui nilai mana yang diri kita dukung, selalu ada dampak positif maupun negatif bagi keberlangsungan lingkungan dan kemanusiaan dalam setiap pilihan kita dalam berpakaian.
Sedangkan dari sisi produsen (pemilik merek, pelaku industri, pebisnis), dengan menerapkan fesyen berkelanjutan berarti memproduksi pakaian dengan memperhatikan dampak bagi lingkungan dan kemanusiaan, sehingga tujuan utamanya adalah agar dalam proses produksi jejak karbon yang dihasilkan dapat ditekan seminimal mungkin.
Dalam keterangan tertulis yang dibuat oleh Amanda Zahra Marsono, Naurah Nazhifah dan S.Yurizdiana dari Komunitas Zero Waste Indonesia, saat ini sudah semakin banyak masyarakat yang mulai aware mengenai fesyen berkelanjutan dan juga isu-isu seputar industri fesyen.
"Tentu hal ini merupakan hal yang positif. Kami melihat peningkatan awareness mengenai fesyen berkelanjutan terjadi pada seluruh pelaku ekonomi," terang mereka.
Mengenai konsep fesyen berkelanjutan di pekan mode seperti JFW, menurut Komunitas Zero Waste Indonesia, sesungguhnya bisa dijadikan momentum untuk menggaungkan konsep fesyen berkelanjutan kepada masyarakat. Namun program apa yang ditawarkan lebih detailnya hingga saat ini, mereka belum mendapatkan gambaran lebih lanjutnya apakah akan ada fokus kepada fesyen berkelanjutan.
Saksikan Video Pilihan Berikut ini:
Bukan tentang Menyelamatkan Bumi
ZWID sendiri mempunyai dua program untuk lebih memperkenalkan fesyen berkelanjutan, yaitu Edukasi melalui platform digital #TukarBaju dan Pop up Event #TukarBaju.#TukarBaju merupakan kampanye yang digagas oleh Zero Waste Indonesia di 2019 untuk menyuguhkan solusi atas sampah fesyen dan limbah tekstil di Indonesia.
Kampanye ini memiliki peran dan tanggung jawab yang besar dalam meningkatkan awareness serta memberikan informasi kepada masyarakat mengenai isu-isu industri fesyen. Salah satu produsen atau brand lokal yang menerapkan konsep fesyen berkelanjutan adalah Sejauh Mata Memandang.
Menurut Chitra Subiyakto selaku founder dan creative director Sejauh Mata Memandang, fesyen berkelanjutan adalah bagaimana kita memperpanjang masa pemakaian setiap produk yang kita konsumsi, kita beli dan kita punya agar tak terbuang ke TPA atau masuk ke sungai atau laut dan menjadi sampah.
"Kenapa kita harus menerakan fesyen berkelanjutan? Karena kita sudah masuk dalam krisis iklim, rasanya kita egois sekali kalau kita tidak ikut memikirkan sebuah karya atau produk yang bertanggung jawab. Ini bukan karena tentang menyelamatkan Bumi tapi mengenai menyelamatkan manusia dan generasi mendatang," terangnya pada Liputan6.com, Sabtu, 28 November 2020.
"Sebagai produsen kita berusaha meminimalisir dampak karya kita terhadap kerusakan bumi. Meskipun tidak sempurna, kami belum menyatakan diri kami sebagai sustainable brand, karena untuk disebut sebagai sustainable jalannya masih sangat panjang, tapi paling tidak kita berusaha ke arah itu," tambahnya.
Salah satu yang dilakukan Sejauh Mata Memandang adalah tidak menggunakan bahan polyester karena mengandung plastik yang tidak mudah hancur dan bisa menjadi sampah abadi. Mereka lebih memilih bahan-bahan yang hasil akhrnya bisa lebih terurai seperti cotton, organic cotton, linen, dan tencel.
Advertisement
Memulai dari Hal Kecil
Yang terbaru, mereka membuat kain dari sisa bahan perca dari beberapa konveksi di pulau Jawa yang kemudian diproses ulang lalu ditenun. Hasilnya akan ditampilkan di gelaran JFW pada hari ini, Minggu (29/11/2020).
Bagi para penyelenggara pekan mode di Indonesia, salah satunya Surabaya Fashion Parade (SFP), fesyen berkelanjutan adalah konsep busana yang memikirkan kelangsungan hidup manusia masa depan.
"Kami dari kalangan fashion terutama dari Indonesian Fashion Chamber (IFC) sudah mulai memikirkan hal tersebut, mungkin belum dalam langkah besar, tapi paling tidak brand kami memulai dari hal kecil," terang Alben Ayub Andal Ketua SFP 2020 pada Liputan6.com, Jumat, 27 November 2020.
Alben sendiri mendaur ulang dengan membuat baju-baju pesta dari bahan sisa lace, bordir kain aplikasi dan tulle serta sangat sedikit menggunakan bahan yg baru. IFC sendiri membuat banyak event yang berskala besar seperti SFP dan skala kecil seperti road to SFP.
"Sebelum acara besar biasanya kami akan datang ke daerah-daerah untuk mengajar di berbagai sekolah fashion dan keterampilan. Kami juga bekerjasama dengan pemerintah turun ke daerah untuk menyampaikan info sustainable fashion ke para UKM dan teman-teman lainnya di bidang fashion," jelas Alben.
Mereka juga terjun langsung ke berbagai komunitas fesyen mengajarkan mereka bagaimana efektif sustainable fashion pada kelangsungan kehidupan dan kemakmuran umat kedepannya.
"Dengan contoh Surabaya Fashion Parade sebagai tolak ukur diharapkan para insan fashion bisa mendorong geliat fashion bukan hanya di masa pandemi tapi juga untuk kelangsungan kehidupan masyarakat luas," harap Alben.
Pengaruh Pekan Mode
Konsep fesyen berkelanjutan juga berusaha diterapkan oleh penyelenggara Jember Fashion Carnival (JFC). Menurut Iwan, Presiden Jember Fashion Carnaval lewat pesan tertulis pada 26 November 2020, pemahaman awal sustainable fashion adalah fashion ramah lingkungan.
Namun kalau diuraikan lagi sebenarnya lebih pada menjaga keseimbangan agar tidak banyak mencemari lingkungan. Bisa dari bahannya dan bisa juga dari perilaku manusianya. Iwan menambahkan, pekan mode memang bisa jadi salah satu cara untuk lebih memperkenalkan fesyen berkelanjutan, tapi mungkin bisa terlalu berpengaruh untuk masyarakat luas.
"Pengaruh pekan mode buat memperkenalkan fesyen berkelanjutan memang belum begitu besar. Kita belum bisa menjangkau masyarakat kebanyakan, hanya di kalangan terbatas saja," tutur Iwan.
Di sisi lain, Chitra Subiyakto mengatakan pekan mode seharusnya sudah mulai menampilkan karya-karya yang lebih peduli lingkungan karena jadi sarana dan media yang cukup efektif untuk menyampaikan pesan bagi para pelaku fesyen.
"Tidak harus sempurna, bisa dimulai dari langkah yang kecil yang lama-lama bisa menjadi besar. Jadi kalau pekan mode pesannya berfokus pada fesyen berkelanjutan itu bagus sekali supaya pesannya bisa sampai lebih luas lagi, dan beberapa pekan mode sudah mulai melakukan langkah itu," ujar Chitra.
Advertisement