Sukses

Prinsip 6R Pegangan Konsumen Bijak agar Belanjaan Tak Jadi Tumpukan Sampah

Belanja yang benar adalah yang memedulikan apakah sampah barang belanjaan akan bisa diolah kembali.

Liputan6.com, Jakarta - Siapa yang tak suka belanja, apalagi bila uangnya tersedia? Tapi, apakah Anda sudah bersikap bijak saat membeli barang dan jasa? Sebelum menjawab pertanyaan itu, kenali dulu prinsip 6R untuk jadi pegangan dalam berbelanja.

Prinsip 6R bisa dibilang sebagai perpanjangan dari 3R, yakni reduce, reuse, dan recycle. Bedanya, terdapat pada penambahan rethink, refuse, dan repair. Bila digabungkan semuanya, rangkaiannya jadi rethink, refuse, reduce, reuse, recycle, dan repair.

Maurilla Sophianti Imron, pendiri Zero Waste Indonesia, menyebut bahwa prinsip 6R perlu jadi pegangan siapa pun sebelum berbelanja demi mencegah terjadinya sampah tak perlu. Dimulai dari rethink, konsumen diajak memikirkan berkali-kali sebelum memutuskan membeli sesuatu.

"Bagaimana caranya kita cegah sampah dari pintu depan, dari pilihan gaya hidup kita. Jadi konsumen bijak, kita harus selalu pertanyakan kembali apakah kita perlu ini," katanya dalam Webinar Sustainability Day 2020 bertema Ayo Jadi Konsumen Bijak untuk Masa Depan Bersih & Lestari untuk merayakan ulang tahun Unilever Indonesia Foundation ke-10, beberapa waktu lalu.

Selanjutnya, refuse adalah keputusan menolak membeli produk yang tak mendukung gaya hidup keberlanjutan. Di sini lah, pentingnya pola pikir kritis dimiliki. Konsumen semestinya bisa menjawab runutan pertanyaan sebelum memutuskan membeli sesuatu.

"Ngelihat sebuah produk kan panjang chain-nya. Banyak yang harus dipertimbangkan, seperti dari mana produknya datang, materialnya apa, bagaimana diproduksi, terus kalau sudah habis, mau diapakan. Itulah sebetulnya bijak dalam mengonsumsi," kata Mauril lagi.

Menurutnya, pola pikir kritis ini semestinya dimiliki para ibu sebagai pengambil keputusan sehari-hari di rumah tangga. Ibu yang membekali diri dengan pengetahuan cukup, secara tak langsung, ia akan melibatkan anggota keluarga, bahkan sekitarnya untuk peduli terhadap lingkungan lebih baik, termasuk soal lebih minim produksi sampah.

"Kalau boleh jujur, salah satu titik balik aku melakukan ini semua adalah karena jadi seorang ibu. Punya anak membuatku semangat melakukan sesuatu untuk lingkungan," ucap Mauril.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 4 halaman

Kerja Kolektif

Dilanjutkan dengan prinsip reduce yang berarti mengurangi tingkat konsumsi, reuse yang bisa digunakan kembali, dan recycle yang berarti mendaur ulang barang bekas pakai agar berguna kembali. Terakhir, repair yang berarti memperbaiki barang agar bisa dimannfaatkan kembali.

Ia mengingatkan bila setiap orang menerapkan prinsip yang sama, meski hanya sedikit-sedikit, akan sangat berdampak pada pelestarian lingkungan. Dampaknya akan lebih besar lagi bila banyak pihak yang terlibat, termasuk para produsen.

"Kita akan memiliki pilihan lebih banyak dan memudahkan sebagai konsumen," tuturnya seraya menyebut hasil survei WWF yang menyebut 63 persen konsumen bersedia membeli produk maupun layanan yang berkelanjutan.

Penyanyi Andien pun sepakat dengan pernyataan tersebut. Ia berpendapat pelestarian lingkungan merupakan kerja kolektif. Dengan keterlibatan semua pihak, termasuk setiap individu, dampaknya akan sangat besar terhadap bumi yang lebih hijau, bersih, sehat, dan lestari.

"Aku berharap ini tak sekadar tren, tapi jadi gaya hidup berkelanjutkan. Kalau disuguhkan di ras supermarket ada dua pilihan produk. Yang satu bagus saja, tapi yang satu bagus tapi memiliki visi misi sustainability, aku pilih yang satu itu karena memiliki purposes di dalam produknya," ucap Andien.

Ia berharap makin banyak konsumen yang terlibat sehingga bisa menciptakan demand yang ditangkap sebagai peluang oleh produsen. Bila sedikit yang mau terlibat, ia menilai konsumen tak akan punya banyak pilihan untuk mendukung gaya hidup berkelanjutan.

"Dari dulu kita ingin beli (produk ramah lingkungan), tapi yang ada impor semua sehingga harganya melangit banget," ucapnya.

3 dari 4 halaman

Pentingnya Partisipasi Produsen

Tingginya minat tersebut ditangkap sebagai peluang pasar yang menjanjikan oleh Unilever. Sejumlah inisiatif diluncurkan lewat sederet brand yang bernaung di bawah mereka. Inisiatif tersebut terbagi ke dalam lima pilar, yakni penggunaan bahan baku dari sumber daya alam terbarukan, mengurangi jejak karbon tinggi, penggunaan air yang lebih sedikit, pengelolaan kemasan plastik sekali pakai, dan penggunaan bahan baku yang lebih ramah lingkungan.

Effendi Yonatan, Product Development Manager PT Unilever Indonesia, Tbk, menjelaskan, dalam kaitan penggunaan bahan baku terbarukan, Unilever mulai memanfaatkan bahan baku berbasis tanaman dalam produk pembersih dan pewangi pakaian, serta produk sanitasi. Sementara, penghematan air dilakukan dengan meluncurkan produk sekali bilas. Berdasarkan riset, penggunaan air terbanyak saat mencuci adalah pada tahap pembilasan.

"Terkait pilar daur ulang, dari segi kemasan dan informasi pada kemasan botol, ada kode tipe packaging-nya. Sahaja misalnya diidentifikasi dengan kode 4, yaitu LDPE. Tujuannya adalah memudahkan proses pemilahan nanti," kata Effendi.

Sementara, penggunaan bahan baku ramah lingkungan diterapkan lewat penghilangan kandungan senyawa fosfat dalam produk deterjen serbuk. Pasalnya, fosfat sulit terurai dalam air dan membuat eceng gondok tumbuh subur di ekosistem air.

"Kalau itu terjadi, lambat laut, biota dalam air akan berkurang karena kekurangan oksigen," jelasnya.

Di luar faktor lingkungan tersebut, tak ketinggalan soal harga yang jadi sorotan. Unilever menyatakan pihaknya memerhatikan hal tersebut agar makin banyak konsumen yang tertarik dengan produk-produk ramah lingkungan.

"Ramah lingkungan, ramah di kantong, harganya okay," kata Veronika Utami, Home Care Director PT Unilever Indonesia, Tbk.

4 dari 4 halaman

Infografis Jurus Kelola Sampah