Liputan6.com, Jakarta - The Goods Dept menandai ulang tahun satu dekade pada Desember 2020 dengan meluncurkan aplikasi belanja online The Goods App. Mengapa platform yang memfokuskan pada pemasaran label dalam negeri terkurasi ini memutuskan meluncurkan aplikasi tersebut?Â
Hendrik Setyo, Head of Marketing The Goods Dept mengaku pembuatan aplikasi itu dimulai tak sengaja. Awalnya, tim hanya iseng untuk meluncurkan aplikasi demi mendukung penjualan daring lewat website yang telah ada sejak lama. Namun, pandemi Covid-19 mengubah semua rencana awal.
Advertisement
Baca Juga
"Kita sudah punya website. Nah, kita mau revamp website itu. Proses jalan akhir tahun lalu, rencananya mau luncurkan di awal tahun. Di tengah tahun rencana baru mau luncurkan Apps. Proyek itu tadinya mau kecil-kecilan aja," kata dia kepada Liputan6.com, Rabu, 2 Desember 2020.
Saat toko fisik tak bisa beroperasi maksimal, bahkan harus ditutup karena aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), pihaknya mengubah strategi marketing sepenuhnya lewat daring. Pembuatan aplikasi pun dikerjakan secara serius. Akhirnya, aplikasi tersebut diuji coba pada awal Oktober.
"Tapi baru kita kasih tahu secara luas akhir November, awal Desember ini," sambung dia.
Ia mengakui secara jangkauan, penjualan lewat e-commerce memang jauh lebih luas. Namun, keberadaan aplikasi dinilai penting bagi riset dan pengembangan produk. Lewat aplikasi yang memanfaatkan intelegensi buatan tersebut, pihaknya bisa mengetahui apa yang menjadi minat konsumen dengan lebih baik.
"Ini bakal jauh lebih targeted dan orang juga lebih senang. Di sisi kita yang jual, kita bisa bantu brand-brand lokal dapat insight. Soalnya kita enggak sekadar jualan doang, tujuan kita nurturing brand-brand itu," tuturnya.
Â
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Kebiasaan Belanja Tak Berubah
Saat ini, sekitar seratus brand lokal bergabung dengan The Goods Dept yang mewakili beragam kategori. Selain fesyen, terdapat pula stationary hingga kebutuhan rumah tangga. Namun, produk yang paling laris di masa pandemi masih berupa tote bag yang merupakan trade mark The Goods Dept, selain payung dan jas hujan yang ludes terjual dalam waktu singkat, beberapa waktu lalu.
"Orang bilang shopping habit saat pandemi berubah, (faktanya) enggak gitu juga. Memang penutupan gerai itu ngaruh secara traffic, tapi kebetulan ada website, shopping habit agar berkurang, tapi sejauh ini oke kok," jelas Hendrik.
Ia meyakini tingkat penjualan akan semakin meningkat dengan keberadaan aplikasi. Dengan aplikasi tersebut, pihaknya bisa leluasa menjajakan produk dengan konsep bercerita. Konsumen pun bisa membeli dengan menekan gambar produk dimaksud.
"Bakal banyak fitur-fitur lain, seperti product comparation. Tapi dalam waktu dekat, kita akan luncurkan sistem membership. Ada levelnya, ada poinnya yang bisa ditukar deengan rupiah," ujar dia.
Advertisement