Liputan6.com, Jakarta - Siapa yang bisa menebak jumlah danau di Indonesia? Peneliti dari Pusat Penelitian Limnologi LIPI baru-baru ini memaparkan hasil studinya terkait jumlah danau di Indonesia. Hasilnya ternyata tak sesuai dengan yang tercatat pada sejumlah referensi atau literatur-literatur yang beredar.
Aan Dianto, salah seorang anggota tim peneliti, menyebutkan total danau yang ada di Indonesia mencapai 5.807 buah. Jumlah itu terbagi menjadi 1.022 danau alami, 1.314 danau buatan, dan 3.471 yang belum teridentifikasi apakah danau tersebut tergolong danau buatan atau alami.
Advertisement
Baca Juga
"Ada kenaikan signifikan dari referensi sebelumnya yang menyebut sekitar seribuan. Total luasnya sedikit lebih besar dari luas Thailand," kata Aan dalam webinar Database Danau-Danau Indonesia dan Peluncuran Buku Series Identifikasi Danau Indonesia, Kamis, 3 Desember 2020.
Mayoritas danau dikategorikan berukuran kecil, jumlahnya mencapai 3.949 buah, sedangkan yang berukuran sangat kecil mencapai 1.997 buah. Sebanyak 51 danau yang dikategorikan berukuran sedang, sembilan danau besar, dan hanya satu yang dikategorikan sebagai danau sangat besar.
"Satu danau sangat besar adalah Danau Toba di Sumatera Utara," ucapnya.
Dari total danau yang ada, baru 2.038 danau yang sudah bernama. Sisanya masih tanpa nama. Lokasi terbanyak yang memiliki danau berada di Pulau Kalimantan dengan 2.345 buah. Seluruh hasil penelitian identifikasi danau di Indonesia itu kemudian dibukukan dalam lima seri, yakni seri Sumatera; Jawa, Bali, Nusa Tenggara; Sulawesi; Maluku dan Papua; serta Kalimantan.
"Diharapkan dengan penelitian ini, hasil sains akan memperkuat riset berikutnya. Hasil riset juga akan perkuat perumusan kebijakan, dan perkuat stakeholder dalam pengelolaan danau," kata Deputi Kebumian LIPI Ocky Karna Radjasa.
Â
Â
Â
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Masih Menyedihkan
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Teknologi Indonesia (BRIN) Bambang Brodjonegoro berharap data yang dikumpulkan oleh para periset bisa melengkapi database yang telah ada agar menjadi basis untuk pengelolaan ekosistem danau semakin maju dan berkelanjutan. Sejauh ini, ia menyebut pelestarian danau masih kerap dilupakan.
Padahal, danau merupakan salah satu tempat penampung utama sumber air tawar. Belum lagi manfaat ekonomi lainnya yang bisa diperoleh, seperti pendapatan sebagai sarana rekreasi ataupun tempat budidaya air tawar yang berkelanjutan.Â
Akibat tak tertera dalam Undang-Undang Sumber Daya Air, tak ada instansi yang merasa bertanggung jawab dalam pengelolaan dan pelestarian danau. Akibatnya, danau jadi rusak dan terpolusi. "Bahkan sekelas Danau Toba pun, keramba yang ada menimbulkan racun dan mengakibatkan polusi air, serta bau yang tidak sedap," ujar Bambang.
Pemerintah sejak tahun lalu sudah menetapkan 15 danau yang dikategorikan kritis untuk diprioritaskan perbaikannya, termasuk Danau Toba dan Danau Limboto di Gorontalo. "Perbaikan 15 danau itu terus terang belum tunjukkan hasil signifikan. Ngatasi eceng gondok saja sangat susah, perlu alat-alat khusus untuk membersihkannya, dan kedua, menjaga eceng gondok agar tidak muncul lagi," sambung dia.
Pemda, kata Bambang, harus berperan penting dalam pengelolaan danau di daerahnya. Bila memang mereka peduli atas kesejahteraan masyarakat setempat, mereka bakal memprioritaskan perbaikan dan pengelolaan danau yang multimanfaat. "Pemerintah pusat akan intervensi, terutama (pengelolaan) hulunya. Menjaga DAS sampai ke hulu agar danau tidak rusak," imbuhnya.
Advertisement