Liputan6.com, Jakarta - Selandia Baru telah secara resmi mendeklarasikan keadaan darurat perubahan iklim dan berjanji akan membentuk pemerintah karbon netral pada 2025. Hal ini penting, melansir laman Lonely Planet, Minggu (6/12/2020), karena prediksi suram planet yang semakin memanas dituangkan dalam laporan baru.
Perdana Menteri (PM) Selandia Baru Jacinda Ardern menyebut, krisis iklim sebagai salah satu tantangan terbesar di zaman sekarang. Pernyataan ini membuat Negeri Kiwi bergabung dengan 32 negara lain, termasuk Kanada, Prancis dan Inggris, dalam menyusun rencana jangka panjang untuk mengurangi emisi.
Parlemen yang baru dilantik telah berjanji memimpin dengan memberi contoh. Ardern mengatakan, sektor publik akan netral karbon di tahun 2025. Termauk di dalamnya hanya membeli kendaraan listrik atau hibrida dan mengurangi armada mobilnya sebesar 20 persen.
Advertisement
Baca Juga
Juga, menghapus semua boiler berbahan bakar batu bara dari gedung-gedung layanan publik dengan menetapkan standar hijau baru. Pemerintah pun akan memperkenalkan anggaran pertama dari tiga anggaran emisi tahun depan.
Penyusunannya dijelaskan mempertimbangkan target yang lebih ambisius untuk Selandia Baru di bawah Perjanjian Paris. Di samping, mengadopsi rencana untuk memenuhi kewajiban internasional antara 2021--2030 yang mencakup pengurangan setengah emisi karbon global di tahun 2030.
Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) telah memperingatkan bahwa 2020 berada di jalur untuk jadi tahun terpanas dalam catatan. Menurut badan PBB, 2011--2020 bakal jadi dekade terpanas dalam dengan enam tahun terpanas sejak 2015.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Upaya Kolektif Kurangi Emisi
WMO mengatakan bahwa 2020 telah jadi "satu tahun lagi yang luar biasa untuk iklim kita." Catatannya berupa suhu ekstrem, kebakaran hutan yang menghancurkan, banjir, kekeringan, dan rekor jumlah badai.
Inisiasi untuk mengurangi emisi pun diambil berbagai pihak, di mana upaya ini terus didorong secara kolektif agar hasilnya lebih tampak. Salah satunya dari dunia penerbangan yang dipermasalahkan karena jejak karbon dalam operasionalnya.
Pada September lalu, Airbus telah merilis tiga konsep pesawat terbang komersial tanpa emisi pertama di dunia. Masing-masing konsep pesawat dijelaskan mewakili pendekatan berbeda untuk mencapai gol penerbangan tanpa emisi.
Rencananya, pesawat-pesawat ini bakal mulai terbang pada 2035. Pihaknya telah mengeksplorasi berbagai jalur teknologi dan konfigurasi aerodinamis, namun berujung mengandalkan hidrogen sebagai sumber tenaga utama. Mereka yakin pemanfaatannya menjanjikan bahan bakar penerbangan yang bersih.
Juga, menganggap penggunaan hidrogen sebagai solusi bagi sektor penerbangan dan banyak industri lain untuk memenuhi target netral iklim.
Advertisement