Liputan6.com, Jakarta - Berbicara tentang Hari Ibu 2020 tak lepas menyoal tentang kondisi perempuan. Di masa pandemi mereka menghadapi dampak Covid-19 yang sangat kompleks di berbagai sektor kehidupan.
"Keguncangan ekonomi karena pandemi, membawa implikasi pada kesempatan kerja, pemenuhan hak dan risiko PHK (pemutusan hubungan kerja) bagi perempuan, penurunan pendapatan dan kesejahteraan pekerja perempuan, penurunan produktivitas karena beban ganda," kata Komisioner Komisi Nasional Perempuan Mariah Ulfah Anshor melalui pesan tertulis kepada Liputan6.com, Jumat, 18 Desember 2020.
Advertisement
Baca Juga
Hal lain yang juga sangat dirasakan adalah soal transisi luring ke daring. Perempuan kelahiran Indramayu, Jawa Barat, 15 Oktober 1960 ini menilai, dalam situasi kesenjangan gender terkait dengan akses digital menjadi hambatan penting bagi perempuan dalam mengakses berbagai pelayanan publik, memastikan pemenuhan hak konstitusionalnya, maupun terlibat dalam berbagai urusan publik dan proses-proses pengambilan keputusan.
"Ibu tangguh adalah ibu yang dengan semangat gotong royong tidak hanya untuk menyelamatkan diri dan keluarganya dari pandemi (corona Covid-19), tapi juga menyelamatkan tetangga dan masyarakat di lingkungannya serta bangsa. Mereka dapat berperan dengan kemampuannya masing-masing, baik secara sendiri-sendiri maupun diorganisir oleh OMS (Organisasi Masyarakat Sipil)," lanjut peraih Saparinah Sadli Award pada 2004.
Ia mencontohkan, beberapa praktik baik terkait daya lenting dari ibu-ibu yang diinisiasi oleh organisasi masyarakat sipil. Di antaranya melalui berbagai skema ekonomi solidaritas yang menguatkan sektor ekonomi usaha kecil yang menawarkan nilai baru ekonomi berbagi dan berkelanjutan yang digerakan perempuan.
"Model-model tersebut bisa kita temukan di lingkungan masyarakat, baik di perkotaan maupun pedesaan," terang Maria.
Dalam pandangan Maria, peran keluarga mempunyai peran penting untuk membantu beban berat seorang ibu, terutama dalam masa pandemi corona Covid-19. "Membantu ikut melakukan advokasi terkait kebijakan penanganan pandemi, baik jangka pendek, menengah, dan panjang," kata Maria.
Salah satunya, Maria mencontohkan, perlunya penyelamatan dan perlindungan dengan mengedepankan strategi perlindungan dan prioritas bagi perempuan dan kelompok rentan atau marjinal, fokus pada penyediaan jaringan pengaman sosial.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Pembagian Peran
Dihubungi secara terpisah, psikolog Maharani Ardi Putri atau yang akrab disapa Putri Langka mengatakan di masa pandemi peran perempuan, khususnya ibu menjadi bertambah. Ia tak hanya sebagai ibu rumah tangga, pekerja, tapi juga pendamping anak-anaknya di rumah.
"Peran ibu memang sangat besar saat ini. Selama membimbing anak-anaknya di rumah, seorang ibu juga banyak yang harus bekerja. Jadi, peran ibu selama pandemi corona Covid-19 saat ini benar-benar tangguh," ujar Putri Langka saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, 18 Desember 2020.
Selain itu, seorang ibu juga berperan terhadap upaya pencegahan corona Covid-19. Merkea tak henti-hentinya mungkin harus memberikan pengertian kepada anak-anaknya agar mereka mematuhi protokol kesehatan.
"Di keluarga saya, saya selalu meminta untuk anak saya untuk memakai masker, termasuk saat keluar rumah, seperti saat mereka ingin membeli sesuatu. Selain itu, ia harus didampingi oleh orang yang benar-benar saya tahu kondisi kesehatannya," ujar pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Pancasila ini.
Sementara itu, saat Putri sedang tak enak badan, maka ia harus pakai masker dan meminta agar anaknya tak berdekatan dengan dirinya. Sementara saat mereka pulang dari sesuatu tempat, maka mereka harus cuci tangan dan lainnya serta harus ganti baju. "Jadi, sebisa mungkin harus menjelaskan kepada mereka bahwa ini (protokol kesehatan) memang harus diterapkan," imbuh Putri Langka.
Saat ini sebagai orangtua juga harus memiliki toleransi yang besar terhadap anak. Mereka juga tentu tersiksa dengan kondisi seperti ini. Toleransi itu juga penting untuk menghindari keributan sekaligus agar sekeluarga tak stres akibat pandemi ini.
Toleransi contohnya, anak tidak membereskan kamarnya atau mainannya berantakan. Ajak saja anak untuk membantu membereskan jangan mereka diteriaki. Hal lain adalah orangtua kadang ribut dengan anak karena mereka bermain gadget. Main gadget memang tidak bagus, tapi berantem terus dengan anak juga tidak bagus.
"Jadi, kalau anak dilarang main gadget, maka orangtua harus memberikan alternatif lain. Melarang anak untuk bermain gadget, kemudian pergi (tanpa memberikan solusi) itu tidak bertanggung jawab namanya," tegas Putri Langka.
Advertisement