Liputan6.com, Jakarta - Peluncuran vaksinasi COVID-19 telah menimbulkan perdebatan tentang apakah mereka harus dijadikan syarat wajib pada perjalanan internasional. Dalam argumennya, kepala lobi pariwisata kenamaan mengatakan bahwa hal itu akan menyebabkan kerusakan permanen pada industri pariwisata yang notabene sedang berjuang.
"Saya pikir pemerintah tak akan memerlukan vaksinasi untuk syarat perjalanan tahun depan," ucap Gloria Guevara, kepala Dewan Perjalanan dan Pariwisata Dunia melansir South China Morning Post, Sabtu, 19 Desember 2020.
"Jika melakukan itu, mereka akan membunuh sektor pariwisata. Yang pertama kali mendapat suntikan, termasuk orangtua dan kelompok rentan, adalah orang terakhir yang akan bepergian," kata Guevara.
Advertisement
Baca Juga
Sebaliknya, aturan untuk pengujian virus sebelum keberangkatan kemungkinan besar akan didukung. Alan Joyce, kepala eksekutif Qantas Airways, menyulut perdebatan di seluruh industri bulan lalu ketika mengatakan bukti vaksinasi akan jadi syarat bagi para pelancong yang memasuki atau meninggalkan Australia.
Sejauh ini, belum ada negara yang mewajibkan inokulasi atau mengatakan vaksinasi akan diperlukan untuk orang yang melintasi perbatasan.
Berbicara di sebuah acara yang diselenggarakan Common Trust Network, organisasi nirlaba Swiss, yang didukung World Economic Forum, Guevara mengumumkan pluncuran sistem kesehatan digital yang disebut CommonPass.
'Paspor COVID-19' ini dirancang untuk mengesahkan hasil tes untuk meminimalkan risiko penipuan, mengingat standar setiap negara bisa saja berbeda dalam menerima kunjungan pendatang, termasuk pelancong internasional.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Paspor Kesehatan Digital
Pulau Aruba yang bergantung pada pariwisata di Karibia akan mulai menggunakan sistem CommonPass pada Februari untuk menyaring pengunjung, Dangui Oduber, menteri kesehatan, pariwisata dan olahraga setempat, mengatakan pada acara tersebut.
Pulau Karibia menjalankan proyek percontohan dengan JetBlue Airways untuk pengujian, tapi vaksinasi tak akan jadi agenda setidaknya untuk paruh pertama tahun 2021, katanya.
Penggunaan sistem digital sebagai cara untuk menghidupkan kembali perjalanan sejauh ini memberi hasil yang beragam. Bandara Roma memulai koridor dengan beberapa rute di Amerika Serikat bulan ini, tapi rencana antara Singapura dan Hong Kong ditunda hingga tahun depan di tengah naiknya catatan kasus COVID-19.
Selain CommonPass, IATA sedang mengerjakan aplikasi selulernya sendiri, Travel Pass, dan merencanakan program pengujian dengan British Airways, IAG tahun ini. AOKpass, dari firma keamanan perjalanan International SOS, digunakan pada penerbangan antara Abu Dhabi dan Karachi, serta Islamabad di Pakistan.
Sementara itu, perusahaan teknologi Inggris VST Enterprises (VSTE) minggu ini meluncurkan apa yang digambarkan sebagai paspor publik pertama di dunia yang dirancang untuk keamanan perjalanan udara.
Aplikasi V-Health Passport yang, tak seperti sistem lain, menghindari teknologi kode QR yang justru diklaim tak aman. Mereka memvalidasi identitas penumpang, mengautentikasi hasil tes COVID-19 dan detail vaksinasi atau imunisasi, serta menawarkan kemampuan pelacakan kontak.
"Baik kode biasa maupun QR, semua dapat digandakan dan diretas," kata kepala eksekutif VSTE Louis-James Davis. "Oleh karena itu, saran apa pun untuk menggunakan jenis teknologi ini di paspor kesehatan untuk perjalanan udara memiliki risiko keamanan yang sangat nyata."
Advertisement