Liputan6.com, Jakarta - Para peneliti menganalisa emisi gas rumah kaca yang dilepaskan hasil pertanian makanan. Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa tak ada manfaat lingkungan yang besar dari makan daging organik.
Produksi daging, apakah itu organik atau tidak, punya porsi yang sama dalam menyebabkan perubahan iklim. Ini berdasarkan penelitian terbaru dari Technical University of Munich yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications, seperti dilansir dari laman Fox News, Jumat (25/12/2020).
Advertisement
Baca Juga
"Kami mengharapkan pertanian organik mendapat skor lebih baik untuk produk hewani, tapi untuk emisi gas rumah kaca, sebenarnya tak banyak perbedaan," kata Maximilian Pieper dari Technical University of Munich, penulis utama studi, menurut The Guardian.
Peneliti pun menghitung biaya yang diperlukan untuk mengganti kerusakan iklim. Studi tersebut menemukan produksi konvensional dan organik untuk daging sapi dan domba relatif sama. Ayam organik bahkan dilaporkan lebih buruk untuk iklim.
Pieper menjelaskan bahwa ada bagian dari pertanian organik yang lebih ideal untuk lingkungan karena produksinya mengeluarkan lebih sedikit pestisida. Pestisida, yang membantu mengekang polusi, bisa berbahaya bagi hewan, hormon, dan pupuk.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Budidayakan Produk Nabati Organik
Para peneliti mencatat bahwa membudidayakan produk nabati organik, seperti buah-buahan dan sayuran, punya dampak lebih kecil terhadap lingkungan dibandingkan produk hewani dan produk nonorganik.
"Perbedaan besar adalah efek sederhananya ketika Anda memiliki ladang tanaman dan Anda memakannya secara langsung, itu, pada dasarnya, adalah akhir dari emisi," kata Pieper.
"Tapi, untuk daging sapi, misalnya, Anda membutuhkan 42 kilogram pakan untuk hanya menghasilkan satu kilogram daging sapi. Inefisiensi yang sangat besar ini menjelaskan kesenjangan tersebut," imbuhnya.
Advertisement