Liputan6.com, Jakarta - Sebagian vlogger makanan Tiongkok boleh jadi akan menganggap tindakan keras pemerintah sebagai pil pahit untuk ditelan. Rancangan undang-undang baru tentang sampah makanan, yang dipelopori Presiden Xi Jinping, telah diserahkan ke komite hukum tertinggi setempat, minggu lalu.
Melansir laman South China Morning Post, Kamis, 31 Desember 2020, tertuang di sana bahwa siapa pun yang mengunggah video dan mempromosikan makan berlebihan atau mukbang akan dikenakan denda hingga 100 ribu yuan (Rp212 juta).
Lewat sejumlah klip, influencer biasanya melahap makanan dalam jumlah besar dalam waktu sesingkat mungkin, di mana ini telah jadi bentuk hiburan daring yang populer. Tren ini sudah berkembang pesat tak hanya di China, tapi juga banyak negara lain.
Advertisement
Baca Juga
Beberapa video yang paling banyak dilihat, seperti pada aplikasi Douyin atau TikTok China, memuat wanita muda cantik dan mungil dengan porsi makan banyak. Misalnya, seperti 10 mangkuk mi pedas, 15 hamburger, bahkan 17 kilogram (kg) domba panggang.
Dengan adanya undang-undang baru, pemerintah meminta tren mukbang segera berakhir. Di bawah undang-undang baru yang sedang dipertimbangkan Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional, acara pesta makan ini akan dilarang.
Undang-undang tersebut disertai denda sebesar 1,5 ribu dolar Amerika (Rp21 juta) sampai 15,3 ribu dolar Amerika (Rp217 juta) bagi siapa pun yang terlibat dalam "sampah makanan" di acara televisi atau melalui platform daring.
Lalu, restauran juga akan dikenakan denda jika membujuk atau menyesatkan konsumen untuk memesan makanan secara berlebihan. Menurut rancangan undang-undang anti-limbah makanan yang baru, pengunjung restoran dengan sisa makanan berlebihan juga akan dikenai "biaya tambahan" dalam jumlah yang belum ditentukan.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pengurangan Sampah Makanan
Otoritas setempat sebenarnya sudah memulai sejumlah program demi mengurangi sampah makanan. Di Haining, Provinsi Zhejiang, pegawai negeri yang makan di kantin staf, baru-baru ini, diperintahkan untuk memastikan mereka makan semua makanan mereka.
Tan Qinyi, yang bekerja di biro sains dan teknologi, mengatakan bahwa pemerintah kota yang mengelola kantor-kantor pemerintah akan melakukan inspeksi acak untuk memeriksa apakah ada yang gagal meninggalkan piring kosong setelah makan di kantin staf.
China meluncurkan kampanye "Kosongkan Piring Anda" pada 2013 untuk mengekang pesta makanan dan resepsi mewah para pejabat. Sejak itu, ide-ide, seperti piring yang lebih kecil dan mengambil sisa makanan, telah dipromosikan.
Kesadaran publik telah meningkat sampai batas waktu tertentu. Tapi, sampah makanan tetap jadi tantangan besar, menurut Hu Xingdou, seorang pengamat politik ekonomi independen di Beijing.
"Memesan makanan yang berlebihan sering kali digunakan untuk menunjukkan kemurahan hati pada mitra bisnis dan tamu. Karena konsumerisme semakin marak dalam beberapa tahun terakhir, beberapa orang memamerkan kekayaan mereka dengan memesan terlalu banyak makanan dan senang berbagi foto secara virtual," katanya.
Zhang Yuping, seorang pelayan di sebuah restoran pizza di Beijing, memiliki perasaan campur aduk tentang musim perayaan. Biasanya ini adalah waktu utama berbisnis, yang berarti lebih banyak pendapatan, jam kerja lebih panjang, dan lebih banyak limbah makanan untuk ditangani.
"Saya senang melihat pelanggan santai dan menikmati suasana festival di restoran kami," kata Zhang. "Tapi, saya juga tertekan melihat tumpukan piring pizza, sayap ayam, keripik, dan minuman yang tersisa. Beberapa bahkan sama sekali tak tersentuh."
"Rekan saya dan saya harus mengambil satu jam ekstra untuk membereskan dan membersihkannya setiap hari selama minggu ini dengan jumlah limbah yang mencengangkan," tuturnya. (Melia Setiawati)
Advertisement