Liputan6.com, Jakarta - Seiring perubahan kebiasaan selama pandemi COVID-19, terdapat benda-benda yang meningkat penggunaannya, di mana jenis sampahnya lebih banyak ditemukan. Direktur Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP), Tiza Mafira, pun menjelaskan beberapa sampah dalam kategori ini berdasarkan catatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
"Kemasan sekali pakai dari belanja online dan delivery meningkat dua kali lipat. Sampahnya antara lain berupa bubble wrap, selotip plastik, rafia plastik, dan itu semuanya plastik sekali pakai," katanya saat jumpa pers virtual, Selasa, 29 Desember 2020.
Di samping, terdapat pula jenis plastik sekali pakai yang mulai bermunculan dengan narasi seolah-olah menanggapi pandemi. "Disebutnya sebagai pilihan lebih sehat dan higienis," katanya menambahkan bahwa galon sekali pakai masuk dalam kelompok ini.
Advertisement
Baca Juga
Wacana-wacana itu kemudian, menurut Tiza, membuat masyarakat yang sedang berusaha sebaik mungkin mengamankan kesehatan jadi bingung. Apalagi, informasi sekarang begitu cepat menyebar secara virtual, dan bisa saja langsung dipercayai tanpa pemeriksaan fakta lebih mendalam.
Menanggapi data tersebut, GIDKP yang keras menyuarakan gerakan menolak barang serba sekali pakai, mengaku telah menyusun beberapa program. Dalam upayanya, mereka juga berdiskusi dengan berbagai pihak, terutama perusahaan e-commerce.
"Sudah melakukan dialog (dengan perusahaan e-commerce) bagaimana perannya untuk menangani itu. Tapi, sekarang memang belum banyak hasil yang kelihatan," katanya soal penanganan sampah baru di masa krisis kesehatan global.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Masalah Sampah yang Tak Kunjung Selesai
Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, M Reza Cordova, menyatakan bahwa adanya peningkatan sampah medis di muara sungai menuju Teluk Jakarta. Ini berdasarkan identifikasi sampah menuju Teluk Jakarta melalui Sungai Marunda dan Cilincing pada Maret--April 2020, di mana ada tujuh tipe dan 19 kategori sampah.
Sampah plastik mendominasi sampah di muara sungai sebanyak 46--57 persen dari total sampah yang ditemukan. "Jumlah sampah secara umum sedikit meningkat atau sebesar lima persen, namun mengalami penurunan berat sebesar 23-28 persen," kata Reza menurut News Liputan6.com.
Dalam riset tersebut, ditemukan pula sampah alat pelindung diri (APD), seperti masker, sarung tangan, baju hazmat, dan pelindung wajah. "Sampah APD tersebut menyumbang 15--16 persen dari sampah di kedua muara sungai, yaitu sebanyak 780 item atau 0,13 ton per harinya," ucapnya.
Advertisement