Sukses

Cerita Akhir Pekan: Wajah Kuta Bali yang Kini Sepi

Bali begitu terdampak akan hantaman pandemi corona Covid-19 yang nyaris melumpuhkan sektor pariwisata, termasuk di kawasan Kuta.

Liputan6.com, Kuta - Pariwisata, sektor utama tumpuan Bali terdampak hebat kala corona Covid-19 melanda. Sungguh tak terbantahkan pandemi perlahan mengubah wajah Pulau Dewata kian terpuruk, termasuk Kuta, salah satu jantung pergerakan wisata.

Guna menekan transmisi Covid-19, beragam kebijakan diterapkan di Tanah Air, juga dalam hal pembatasan ruang lingkup wisata untuk pelancong dalam dan luar negeri. Hampir 10 bulan sudah Bali bertahan di tengah jeritan sendu para pelaku usaha wisata yang bergerak dari skala kecil hingga besar.

Tak terasa, tahun telah berganti. Hingga di awal 2021 menyapa, belum tampak benar adanya pemulihan yang signifikan untuk pariwisata Pulau Dewata. Kawasan Kuta yang biasanya dibanjiri para pelancong domestik juga mancanegara, terasa sunyi tanpa hiruk pikuk seperti dulu.

Sepanjang Jalan Legian, Kuta, deretan toko yang menyuguhkan berbagai jasa dari restoran, atraksi wisata, sampai wellness, jauh dari kata ramai. Tak sedikit toko yang tutup dan ditumbuhi tanaman liar, tanda telah lama tak ditempati.

Belum lagi, pemandangan jejeran toko dengan rolling door tertutup dan di depannya terpasang spanduk bertuliskan "dikontrakan". Tak ada lalu lalang wisatawan ataupun turis yang membawa papan selancar.

Yang terlihat hanya segelintir orang yang berjalan di trotoar atau penjaga toko sepi pengunjung yang tampak mengenakan masker. Tak ada pula kepadatan di jalan yang kerap terjadi di libur Tahun Baru, di mana biasanya didominasi kendaraan pribadi berplat dari luar Bali.

Namun di salah satu toko yang menjual salah satu merek pakaian renang ternama, tampak disambangi beberapa wisatawan domestik. Mereka sibuk memiliki ragam produk, ada yang hanya berdua, ada pula yang datang bersama keluarga.

Langit Bali di awal tahun diselimuti langit biru dan awan putih. Di sisi lain, kondisi berawan perlahan bergerak ke arah selatan, dari terik matahari hingga bakal berganti mendung, dan hujan yang siap mengguyur kawasan Kuta dan sekitarnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 4 halaman

Pantai Kuta

Bergerak menuju Pantai Kuta, jalanan masih diselimuti sepi. Keheningan sesekali dipecah dengan suara kendaraan yang lewat. Namun wisatawan dalam jumlah tak cukup besar, keluar masuk ke deretan hotel yang tegak berdiri menghadap pantai ikonik tersebut.

Ramai lancar di tepi pantai, tanda kendaraan yang berusaha mencari parkir. Tampak ibu-ibu penjaja kain dan gelang khas Bali serta mereka para ibu yang biasa menawarkan jasa kepang berupaya tetap bertahan.

Kencangnya angin pantai dan debur ombak turut mengisi keheningan, selain deru kendaraan. Di beberapa sudut juga tampak banyak imbauan terkait pentingnya menerapakan protokol kesehatan di tengah masa pandemi Covid-19.

Begitu pula ada wastafel cuci tangan di gapura pintu masuk Pantai Kuta. Para pengunjung yang datang ke spot wisata populer ini menikmati panorama dengan masker di wajah mereka.

3 dari 4 halaman

Ada Asa

Di antara banyaknya toko yang tutup di kawasan Jalan Legian, semangat bertahan juga ditunjukkan dari beberapa pelaku usaha. Satu di antaranya adalah Mariani, pemilik Pardi Shop.

Perempuan asal Madura ini setidaknya telah 15 tahun berdagang di kawasan wisata Kuta. Ia pun menjual beragam produk, mulai dari kaus, gaun, topi, sandal, tas, kain, hingga handuk dengan hiasan khas Bali.

"Sepi banget, jarang dapat (jualan) karena adanya corona ini," kata Mariani kepada Liputan6.com, Jumat, 1 Januari 2021.

Mariani menjelaskan, sejak pandemi Covid-19, banyak pelaku usaha yang memilih menutup toko karena bangkrut. Hal ini disebabkan mereka tidak mampu lagi membayar kontrak.

Kondisi yang ia alami pun jauh dari kata untung. "Punya uang sedikit untuk makan. Kadang-kadang dapat sedikit enggak cukup buat belanja," lanjutnya.

Selama pandemi, Mariani menuturkan tak ada wisatawan asing yang singgah di tokonya. Namun, meski sedikit, ada wisatawan lokal yang belanja. Terkadang, ada pula yang hanya melihat-lihat saja.

"Ada dua (pengunjung), kadang enggak ada sama sekali yang masuk," ungkapnya.

Asa Mariani tak putus, ia tetap bertahan dan membuka toko meski terimpit krisis. "Mulai bulan Maret corona masuk, langsung enggak ada sama sekali. Mulai bulan Desember ini mendingan," tutupnya.

4 dari 4 halaman

Infografis Daripada Jemput Virus Corona, Mendingan Liburan di Rumah Saja