Liputan6.com, Jakarta - Lebih dari 20 ribu turis mengunjungi Taj Mahal pada Sabtu, 2 Desember 2020. Situasi itu terjadi setelah Survei Arkeologis India (ASI) mencabut pembatasan jumlah pengunjung yang diberlakukan sejak pandemi Covid-19 terjadi.
Perubahan juga terjadi dalam proses penjualan tiket. Sebelumnya, pengelola Taj Mahal hanya memberikan akses lewat pembelian online. Tetapi mulai hari pertama 2021, pengelola kembali membuka penjualan tiket langsung di tempat.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari Times of India, Senin (4/1/2021), berdasarkan data dari ASI, total tiket terjual pada 2 Desember 2020 mencapai 20.190 buah, 15.000 di antaranya terjual lewat online. Taj Mahal baru kembali buka pada hari itu mengingat setiap Jumat, monumen tersebut ditutup untuk umum.
Pada 18 Desember 2020, pemerintah pusat telah mencabut pembatasan jumlah pengunjung ke sejumlah situs bersejarah yang dikelola ASI di seluruh negara. Prosedur operasional standar yang telah direvisi menyebutkan penjualan tiket visik ke berbagai situs itu bisa diaktifkan kembali, tetapi angka per hari akan ditetapkan berdasarkan pertimbangan arkeolog dengan pejabat distrik setempat.
Berdasarkan keputusan bersama, pimpinan arkeolog Agra, Vasant Swarnkar dan DM Prabhu N Singh telah menaikkan jumlah pengunjung ke Taj Mahal menjadi 10ribu orang pada 18 Desember dan kembali meningkatkan menjadi 15ribu tiket pada 27 Desember. Tetapi, penjualan tiket on the spot tetap ditiadakan.
Sebelumnya, pengunjung Taj Mahal hanya diperbolehkan maksimal 5.000 orang per hari setelah warisan dunia UNESCO itu dibuka kembali pada 21 September 2020. Kompleks pemakaman Mumtaz Mahal itu sempat ditutup selama 188 hari akibat pandemi Covid-19.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Dibayang-bayangi Lonjakan Kasus Covid-19
Pencabutan pembatasan tingkat kunjungan itu bukan tanpa risiko. Otoritas kesehatan India memperingatkan bahwa revisi aturan tersebut bisa menimbulkan kerumunan di tempat wisata yang berisiko tinggi meningkatkan kasus Covid-19.
Terbukti, antrean panjang mengular di kawasan wisata tersebut. Sejumlah potret yang diambil AFP memperlihatkan sejumlah orang tak memperhatikan jarak aman dan berdiri sangat dekat satu sama lain saat masuk ke dalam area Taj Mahal. Itu belum termasuk para turis yang harus balik kanan karena kehabisan tiket hari itu.
Pejabat kesehatan federal memperingatkan bahwa kepadatan yang berlebihan di tempat-tempat wisata dapat menyebabkan lonjakan lain dalam kasus virus Corona. Hal itu diperparah dengan kekhawatiran atas varian baru dari Inggris yang lebih menular dan telah terdeteksi di India.
India mencatat jumlah kasus virus Corona tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat dan hampir 148.500 orang telah meninggal. Namun, kasus harian telah mencapai titik terendah dalam enam bulan setelah mencapai puncaknya sekitar 98.000 pada bulan September. (Melia Setiawati)
Advertisement