Sukses

Wisata Kemanusiaan di Tengah Pandemi Covid-19, Jadikan Jalan-Jalan Tidak Sekadar Senang-Senang

Wisata kemanusiaan bukan sepenuhnya konsep baru, tetapi kini jadi relevan dengan situasi pandemi Covid-19 yang menyulitkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Liputan6.com, Jakarta - Wisata kemanusiaan baru-baru ini mencuat kembali setelah disinggung oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno saat berdiskusi dengan Palang Merah Indonesia (PMI), pekan lalu. Konsep lama tersebut dinilai relevan untuk mengatasi persoalan yang menyelimuti sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dalam negeri akibat pandemi Covid-19.

Dalam Bincang Editor, Selasa sore, 5 Januari 2021, Menparekraf kembali berharap agar wisata kemanusiaan (travel for humanity) itu menjadi solusi sekaligus alternatif kegiatan berwisata yang positif bagi wisatawan. "Wisata kemanusiaan termasuk salah satu pilar yang akan kita kembangkan ke depan, yaitu inovasi, adaptasi, dan kolaborasi," kata Sandi.

Ide awalnya adalah mendonor darah atau plasma untuk membantu sesama. Pelaksanaannya juga bisa berkembang dengan menyumbangkan peralatan kesehatan, seperti APD dan bantuan sosial lainnya. Pelaku wisata bisa dilibatkan dengan membuat paket wisata berbasis kemanusiaan ini.

"Ini merupakan varian atau produk wisata jenis baru dan juga termasuk perluasan dari kepedulian kita terhadap saudara-saudara kita yang terdampak COVID-19," kata Sandiaga.

Ia juga menilai wisata kemanusiaan bisa menjadi bagian dari wellness tourism. Wisatawan tidak hanya berlibur menikmati keindahan alam, tetapi juga mendapatkan pengalaman yang lebih bermakna di suatu destinasi. Selain itu, dengan wisata kemanusiaan ini wisatawan juga diharapkan dapat menjaga kearifan lokal, mengikuti tradisi atau budaya di tiap destinasi, serta memiliki aspek keberlanjutan.

"Ini merupakan salah satu paradigma yang baru. Selama ini kita fokus pada quantity, yang dilihat dari segi jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara. Namun, saat ini fokusnya adalah quality, wisata yang menghadirkan pengalaman penuh makna," ujar Sandiaga.

Sejauh ini, ia melihat Bali sebagai destinasi prioritas untuk pengembangan wisata kemanusiaan. Apalagi, Pulau Dewata masing menjadi destinasi paling diminati wisatawan. Namun, eksekusinya masih akan dikoordinasikan dengan pihak terkait.

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Efek Bola Salju

Sementara, Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo menambahkan bahwa esensi wisata kemanusiaan adalah gotong-royong dan membantu sesama. Ia optimistis konsep tersebut bahkan akan terus berlanjut meski pandemi telah usai.

"Kita juga melihat tren-tren saat ini. Kalau berbicara tentang ekraf tentu tren socialpreneurship juga berkembang. Jadi, saya kira dengan banyaknya anak muda saat ini yang tergerak bekerja untuk memberikan impact yang baik bagi masyarakat, ke depan harapannya banyak anak muda yang tergerak berwisata sekaligus memberikan manfaat bagi sesama," imbuh Angela.

Pimpinan Redaksi Liputan6.com, Irna Gustiawati, mengapresiasi rencana pengembangan wisata kemanusiaan yang digaungkan oleh Menparekraf. Ia menyatakan wisata kemanusiaan merupakan terobosan yang diharapkan bisa menginspirasi anak-anak muda Indonesia sekaligus mengurasi perasaan bersalah ketika seorang memutuskan berwisata di tengah pandemi Covid-19. 

"Ini yang tidak kita dengar pada 2020, mudah-mudahan tahun 2021 ini semakin banyak yang menggaungkan masalah kemanusiaan dan semakin banyak orang yang mau berwisata berbasis experience dan wisata yang bertanggung jawab," ujar Irna.

3 dari 3 halaman

Tips Liburan Aman Saat Pandemi