Sukses

Dilema Boncel Si Orangutan, Korban Habitat yang Dibabat

Habitat Boncel si orangutan makin sempat karena hutan dibabat, tapi ia lah yang harus menyingkir.

Liputan6.com, Jakarta - Boncel si orangutan semestinya bisa hidup tenang tanpa terusik manusia. Menikmati makanan yang disediakan alam di habitatnya, kawasan hutan di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

Tapi, fakta lapangan menunjukkan hal berbeda. Ia terpaksa ke luar hutan dan memakan tanaman nanas milik warga di Desa Sungai Pelang setelah tempatnya tinggal makin menyempit karena terus dibabat.

Nasib Boncel terbilang masih baik. Ia segera diselamatkan tim gabungan Wildlife Rescue Unit (WRU) Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalbar Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I dan IAR Indonesia, bukan berakhir dikuliti seperti beberapa kasus mengerikan yang pernah terjadi.

Orangutan jantan yang diperkirakan berusia 30--40 tahun itu bukan individu yang tak dikenal. Sebelumnya, juga pernah diselamatkan tim gabungan SKW I Ketapang bersama YIARI  dan ditranslokasi pada Agustus 2021 lalu di Hutan Desa Sungai Besar.

Tim kembali menemukan Boncel sekitar dua bulan kemudian. Itu pun setelah tim mengamati dan mengidentifikasinya. Maka, tim terpaksa kembali mentranslokasikan kembali orangutan itu.

Proses translokasi yang memakan waktu tujuh jam itu berjalan lancar. Dokter hewan IAR Indonesia yang memeriksa kondisi Boncel menyatakan kondisi orangutan tersebut sehat dan siap untuk langsung ditranslokasikan.

Dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Jumat (8/1/2021), lokasi translokasi Boncel tetap hutan yang sama. Tetapi kali ini, titik pelepasan berada lebih jauh di dalam hutan untuk memastikannya tidak lagi keluar hutan dan memasuki kebun warga.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Hanya Solusi Sementara

Proses translokasi merupakan solusi sementara. Kasus Boncel salah satu buktinya. Masalah besarnya adalah soal habitat orangutan yang semakin sempit.

"Berulangnya translokasi ini menunjukkan bahwa upaya pelestarian satwa liar yang dilindungi merupakan kerjasama semua pihak. Masyarakat dapat mendukung dengan melakukan upaya pencegahan kerusakan dan perbaikan habitat satwa liar," ujar Kepala BKSDA Kalimantan Barat (Kalbar), Sadtata Noor Adirahmanta di Pontianak, 30 Desember 2020.

BKSDA Kalbar mencatat ancaman terhadap kelangsungan hidup orangutan bertambah sejak kebakaran besar melanda sebagian hutan habitat orangutan wilayah di Ketapang pada 2019. Hutan yang terbakar dan masifnya pembukaan lahan menyebabkan banyak orangutan kehilangan tempat tinggal dan dan sumber penghidupannya.

Orangutan-orangutan ini pergi meninggalkan rumahnya yang hancur dan masuk ke kebun warga untuk mencari makan, menyebabkan tingginya jumlah perjumpaan manusia dengan orangutan yang tidak jarang menimbulkan konflik yang dapat merugikan orangutan dan manusia itu sendiri.

3 dari 3 halaman

Data Kebakaran Hutan dan Bencana Kabut Asap di Indonesia