Sukses

Berburu Panorama Labuan Bajo dari Ketinggian di Bukit Sylvia

Walau terkenal sebagai spot melihat matahari terbenam, Bukit Sylvia di Labuan Bajo sebenarnya tak kalah cantik di pagi hari.

Liputan6.com, Labuan Bajo - Biru langit Labuan Bajo pagi itu tak sepenuhnya dalam satu spektrum warna. Di antara gradasinya, kepul putih awan menyebar di sana-sini. "Wah mungkin saja bakal hujan karena dari kemarin sore memang sudah mendung," batin saya kala itu.

Waktu menunjukkan hampir pukul 8.30 WITA saat bersama rombongan, saya menuju ke Bukit Sylvia. Jalan beraspal mulus yang trotoarnya masih sibuk dibangun di kanan-kiri jadi yang pertama menyapa sebelum berganti pepohonan hijau.

Naik, turun, dan sesekali belokan sambung-menyambung. Jalan menuju salah satu destinasi wisata populer di wilayah pesisir Kabupaten Manggarai Barat ini tak besar, cukup untuk dua mobil. Tapi, syukurlah sudah mulus, jadi perut saya yang sudah terisi sarapan aman tak terguncang.

Kurang lebih 15 menit berkendara dari pusat kota, sampailah kami di spot yang juga dikenal dengan nama Amelia Sea View ini. Tak ada pagar besar khas objek wisata, mengambil karcis parkir kendaraan pun tidak, apalagi tiket masuk.

Ada dua titik untuk melihat pemandangan yang langsung saya dapati dari lahan parkir. Tanpa ba-bi-bu, bersama beberapa teman rombongan, kami memilih bukit yang lebih tinggi dulu di sebelah kanan. Sudah ada setapak, jadi tinggal diikuti dengan hati-hati.

Walau tak terlalu tinggi, saya tetap menyarankan memakai alas kaki yang layak. Pasalnya, di jalur menuju spot pertama, jalannya cukup terjal dan berpasir. Salah langkah bisa saja membuat kaki terkilir.

Kurang dari 10 menit, kami sudah sampai di tanah datar yang mulai memperlihatkan panorama lepas pantai Labuan Bajo. Menoleh ke kanan, mata saya dimanjakan kontras hijau daratan dengan biru laut yang kian memutih menuju batas cakrawala.

Karena cukup berawan, gradasi laut yang biasa saya lihat di banyak foto Instagram tak begitu tampak. Untungnya masih sedikit terlihat.

Deretan kapal, di mana beberapa di antaranya merupakan pinisi, "parkir" secara acak, saling berjarak. Tak jauh dari situ, terdapat dermaga kayu yang menambah tekstur dalam bingkai perdana saya melihat Labuan Bajo dari ketinggian.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 4 halaman

Tambahan Tekstur dalam Lanskap

Kendati berawan, sengatan sinar matahari belum pukul 9 pagi kala itu cukup galak. Jadi, lebih baik menyiapkan topi maupun kacamata untuk menghalaunya.

Tempat ini, dengan panorama laut di latar belakangnya, tentu jadi titik menarik untuk swafoto. Karena tahu tak bisa terlalu lama berada di Bukit Sylvia, kami memutuskan tak naik sampai ke atas dan menikmati pemandangan dari ketinggian kami berada saat itu.

Anginnya sejuk, tak sampai membuat jilbab saya "menari" tak terkendali. Karena datang di musim hujan, julangan bukit sambung-menyambung di sini rapat terselimuti rumput hijau, yang tentu berubah kecokelatan selama kemarau.

Tekstur lanskap, ditambah jalan aspal berkelok, dan biru laut membuat saya paham mengapa tempat ini jadi salah satu langganan wisatawan. Walau terkenal akan pemandangan matahari terbenam, namun karena letaknya, Bukit Sylvia juga sebenarnya bisa jadi lokasi menyongsong fajar.

Mendapati dua rupanya tentu bukan agenda yang buruk. Puas berdiam sembari sejenak istirahat setelah menanjak, kami akhirnya turun, menuju sisi kiri bukit supaya mendapati lanskap berbeda.

3 dari 4 halaman

Jadi Pelancong yang Bertanggung Jawab

Hanya butuh beberapa langkah tambahan untuk sampai ke ujung sea view di sisi kiri, kira-kira tak sampai dua menit. Yang membedakan, julangan bukit di sini lebih dominan sampai akhirnya mata melepaskan pandangan pada laut.

Ada semacam kursi panjang dari kayu yang bisa dimanfaatkan untuk sejenak istirahat sembari menikmati pemandangan. Mungkin karena saya datang saat low season dan pandemi COVID-19 masih melanda, rombongan kami jadi grup terlama yang berada di sini.

Hanya ada dua kelompok lain. Yang satu sudah mau pulang saat kami tiba, yang satu baru datang ketika rombongan kami hendak pergi. Sayangnya, saya tak menemukan tempat sampah memadai di sini.

Karenanya, seperti ke destinasi lain, saya sarankan untuk membawa kantong sampah sendiri, berjaga-jaga kalau memang harus membuang sampah. Atau, bisa juga digunakan memungut sampah yang didapati sepanjang jalur pendakian bukit.

Mengingat masa krisis kesehatan global masih berlangsung, perjalanan harus dipertimbangkan sematang mungkin. Bukit Sylvia bisa menunggu, pun dengan Labuan Bajo. Saat kondisi sudah lebih aman, pastikan memasukkan spot ini ke dalam agenda penjelajahan Anda di Flores dan siap-siap terbius panorama menawan khas Labuan Bajo.

4 dari 4 halaman

Daripada Jemput Virus Corona, Mendingan Liburan di Rumah