Liputan6.com, Jakarta - Hari-hari berbeda selama pandemi COVID-19 nyaris setahun terakhir menjadi tantangan sekaligus peluang. Kegiatan rutin terkendala dengan segala keterbatasan seiring pandemi. Namun, momen ini juga memberi peluang untuk meraih target yang relatif lebih sulit digapai pada masa normal, seperti mendapatkan berat badan ideal.
Salah satu kisah sukses datang dari Chrysanthi, seorang profesional di Jakarta. Ia berhasil menurunkan berat badan secara signifikan dengan stabil. Pada Juni 2020 berat badannya 75 kilogram, di akhir Desember 2020 timbangan menunjukkan angka 51 kilogram.
Advertisement
Baca Juga
"Sekarang badan jadi lebih ringan dan jarang sakit," kata Chrysanti. "Baju-baju yang kekecilan juga jadi muat lagi."
Selama masa pandemi, Chrysanti menjalani program diet secara mandiri. Motivasi utamanya untuk meningkatkan kesehatan dan kebugarannya. Penampilan lebih menarik itu bonusnya.
Memiliki tinggi badan 153 centimeter, berat 75 kilogram tentu sudah berlebih. Saat itu, dia sering mengalami gangguan kesehatan seperti mudah pusing, mudah lelah, juga sakit di punggung. Tekanan darah dan kadar gulanya juga sering merangkak. Kini, dia merasa lebih sehat nan segar.
Teman-teman dan kerabatnya pun terpukau melihat perubahannya saat bertemu atau melihat foto terbarunya di media sosial. "Wah Santhi reborn, tambah segar," kata Yoga Wicaksono, salah satu teman.
Mereka pada umumnya, terutama yang berat badannya berlebih, mengajukan pertanyaan senada. "Kok bisa?"
Chrysanti sering bingung jika mendapat pertanyaan seperti itu. Alhasil, dia hanya menceritakan apa yang dilakukannya kurang lebih selama tujuh bulan itu hingga berat badannya bisa turun secara konsisten dan stabil.
Â
Saksikan Video Pilihan Ini
Konsistensi Adalah Kunci
Saat hendak menjalani program diet untuk kesehatan itu, Chrysanthi berpegang pada landasan sikap sabar dan konsisten. Sikap sabar itu terutama untuk menjalani proses dan menerima hasilnya.
"Sabar saja setiap hari turun satu ons, sabar juga kalau kadang malah naik," katanya.
Dia malah merasa aman dan stabil saat turun berat badan pelan-pelan seperti itu. Sebelumnya dia pernah mengikuti program-program penurunan berat badan secara cepat dan instan. Akibatnya malah merasa kurang sehat, dan tak lama kemudian naik lagi.
Selain sabar, landasan pikiran yang tak kalah penting adalah konsisten. Pola makan saat diet tentu berbeda dengan sebelumnya. Menjalani sesuatu yang tidak biasa tentu butuh napas panjang untuk konsistensi.
"Saya ingat motivasi ingin lebih sehat, jadi terus semangat," ujarnya.
Dengan sabar dan konsisten itu, kini dia memetik hasilnya. Berat badannya ideal dan lebih sehat.
Nah, bagaimana aktivitasnya selama diet termasuk pola makannya?
Â
Advertisement
Makan Berkualitas dan Olah Raga Tipis-Tipis
Sederhananya, yang dia lakukan adalah makan terbatas namun berkualitas, dan olahraga tipis-tipis. Chrysanti menjelaskan pola makan dan pola aktivitas hariannya, sebagai berikut.
Pagi hari dalam kurun jam 06.00-08.00, olah raga ringan jalan kaki setengah jam sampai satu jam. Lanjut sarapan sayur, buah, dan minum air hangat campur sesendok cuka apel.
Pagi jelang siang pukul 10.00 waktunya camilan sehat berupa bekatul yang dicampur air hangat dan healthy snack bar. Siang hari pukul 12.00 makan besar dengan porsi nasi merah/kentang, sayur, sop, lauk (protein hewani dan nabati).
Sore hari sekitar 15.30 camilan sehat lagi. Petang sekitar pukul 18.00 makan malam dengan menu putih telur, buah, dan karbohidrat komplek. Malam hari sekitar pukul 21.00, kalau 'lapar mulut' makan cemilan buah kering.
Aktivitas makannya itu diimbangi dengan konsumsi air putih yang cukup. Untuk aktivitas olah raga, saat beratnya di atas 60 kilogram, dia masih menambah jalan sore dengan durasi seperti pagi.
Pada awalnya, Chrysanti mengakui, pola makan dan aktivitas itu berat baginya. Sebelumnya, dia makan dan ngemil sesukanya saja tanpa kenal waktu.
Namun pelan-pelan dia terbiasa dengan pola itu, dan sekarang tubuhnya sudah beradaptasi dan nyaman. Di berat badan sekarang bahkan dia sudah mulai agak 'nakal'.
"Sehari dalam seminggu ada cheating day," katanya sambil tertawa.
Di hari 'libur diet' itu dia mengkonsumsi makanan berat atau camilan yang tidak masuk dalam daftar amannya semisal makanan yang mengandung kalori berlebih. Namun hari berikutnya dia membayar 'dosa' dengan menambah porsi olah raga sore hari juga jalan kaki.
Terkait kisah suksesnya itu, Chrysanthi mengingatkan bahwa suatu pola diet yang cocok bagi seseorang, belum tentu cocok bagi orang lain. "Orang kan beda-beda," katanya.
Shinta, seorang temannya, menyebut laku Chrysanti itu sebagai 'happy diet'. Dia juga mengaku akan meniru demi kesehatan dan mengejar berat badan yang nyaris ideal.
"Dari semua itu yang berat adalah menahan hasrat untuk ngemil," kata dia yang berprofesi sebagai dokter itu.