Sukses

6 Fakta Unik Kepulauan Seribu, Ternyata Punya Monas Sendiri

Selain punya monas, Kepulauan Seribu juga jadi rumah beberapa situs wisata religi.

Liputan6.com, Jakarta - Siapa bilang Jakarta hanya tentang julangan gedung pencakar langit nan intimidatif? Melihat wajah lain Ibu Kota, pelancong biasanya pergi ke Kepulauan Seribu. Sebelum pandemi COVID-19, kapal kayu dari Dermaga Kaliadem maupun kapal cepat di Marina ramai dipadati pelancong, apalagi saat akhir pekan.

Kepulauan Seribu sendiri merupakan kabupaten administrasi DKI Jakarta yang wilayahnya meliputi gugusan kepulauan di Teluk Jakarta. Terdapat sekitar 342 pulau yang masuk dalam area ini. Beberapa di antaranya tentu sudah tak asing bagi turis, entah itu pulau wisata maupun pulau resor.

Kendati sudah begitu populer, bisa saja ada sejumlah fakta unik tentang kawasan ini yang belum Anda ketahui. Dari sekian banyak, berikut beberapa di antaranya yang dihimpun dari berbagai sumber, Kamis, 14 Januari 2021.

1. Kekayaan Flora dan Fauna

Sejak dijadikan objek wisata, warga setempat berupaya meningkatkan kelestarian lingkungan, baik di darat, laut, maupun di bawah permukaan laut. Termasuk dalam upaya itu, yakni pelestarian terumbu karang dan membuka penangkaran penyu. 

Dikelilingi terumbu karang dan pesisir nan lapang membuat kawasan ini tercatat kaya akan flora dan fauna, entah yang hidup di darat maupun air.

Hewan darat yang hidup di wilayah Kepulauan Seribu antara lain elang bondol, biawak, burung pecuk ular, dan ular sanca. Sementara hewan lautnya, termasuk penyu hijau, penyu sisik, udang biru kecil, dan ikan badut.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 7 halaman

2. Nama-Nama Pulau yang Unik

Nama bukan sekadar nama, di mana setiap penetapannya pasti punya sejarah. Pulau Tidung, misalnya. Pada era kolonial, pulau tersebut dijadikan tempat tinggal oleh orang yang melarikan diri dari Belanda.

Dengan kata lain, pulau itu jadi tempat berlindung, makanya disebut Pulau Tidung. Nama-nama pulau tak kalah unik lainnya adalah Pulau Ayer, Pulau Bidadari, Pulau Pari, Pulau Karang Congkak, Pulau Kotok, Pulau Pelangi, dan Pulau Harapan.

3 dari 7 halaman

3. Monasnya Kepulauan Seribu

Tak hanya di Jakarta Pusat, "Monas" ternyata ada di Kepulauan Seribu. Monasnya Kepulauan Seribu atau biasa disebut Jakarta Coral Garden ini didirikan bukan di daratan, melainkan di bawah laut dalam rangka Coral Day. Jika ingin melihatnya, Anda bisa berkunjung ke Pulau Pramuka.

Monas mini dibangun sebagai wujud kepedulian warga pada terumbu karang yang ada di Kepulauan Seribu. Berada di kedalaman kurang lebih lima meter dan memiliki tinggi 2,5 meter, Monasnya Kepulauan Seribu dikelilingi 12 rak yang berisi 16 bibit terumbu karang.

4 dari 7 halaman

4. Jejak Sejarah di Pulau Onrust

Sejak Batavia dibangun pada 1610, Pulau Onrust yang sekarang sepi sudah dijadikan sebagai pangkalan Angkatan Laut (AL). Karenanya, penduduk lokal yang tinggal di sekitar pulau menyebutnya sebagai Pulau Kapal.

Karena perannya, Onrust telah jadi saksi bisu perebutan kekuasaan. Pada 1615, VOC membuat dok kapal di sini. Namun, itu tak bertahan lama karena porak poranda diserang Inggris sekitar 1800.

Di zaman Van Der Capellen (1827), Onrust dibangun ulang dan difungsikan lagi sebagai galangan kapal. Puncaknya, antara tahun 1911--1933, Pulau Onrust jadi lokasi karantina jemaah haji yang pulang dari Makkah.

Walau tak sepenuhnya utuh, sampai sekarang sisa-sisa cerita sejarah itu masih tersimpan di reruntuhan bangunan-bangunan tua di Pulau Onrust.

 

5 dari 7 halaman

5. Situs Wisata Religi di Kepulauan Seribu

Di Pulau Panggang terdapat makam Al-Habib Ali bin Ahmad bin Zein Aidid, ulama asal Hadramaut yang menyebarkan Islam di wilayah itu pada abad ke-18.

Di tanah yang sama, bersemayam pula Pendekar Darah Putih yang dulu memimpin masyarakat Pulau Panggang berjuang melawan perompak. Terdapat pula makam Syarif Maulana Syarifuddin di Pulau Kelapa, sementara di Pulau Panjang ada pusara Sultan Mahmud Zakaria.

6 dari 7 halaman

6. Mercusuar yang Menjulang Tinggi

Kepulauan Seribu punya mercusuar yang menjulang tinggi. Ada yang peninggalan zaman Kolonial, ada pula yang dibangun setelah Indonesia merdeka.

Mercusuar setinggi 65 meter di Pulau Edam dibangun tahun 1879. Di Pulau Sabira yang disebut Noord Wachter oleh Belanda mercusuarnya lebih tua lagi, berdiri sejak 1869. Sementara itu, menara suar di Pulau Saktu berusia jauh lebih muda sebab baru dibangun pada  1981. (Melia Setiawati)

7 dari 7 halaman

Daripada Jemput Virus Corona, Mending Liburan di Rumah