Sukses

Sekolah Ancam Tuntut Muridnya yang Berhijab karena Pakai Rok Terlalu Panjang

Padahal rok lebih pendek akan mencederai keyakinan murid berhijab dari keluarga Muslim itu.

Liputan6.com, Jakarta - Lagi, catatan kasus diskriminasi busana menyeruak ke tengah publik. Sebuah sekolah di London Barat, Inggris mengancam akan menuntut orangtua murid ke pengadilan karena rok putri mereka yang berhijab "terlalu panjang."

Sementara di sisi lain, melansir laman The Sun, Sabtu, 16 Januari 2021, keluarga Muslim itu mengatakan bahwa rok lebih pendek akan bertentangan dengan keyakinan mereka.

Siham Hamud, murid berusia 12 tahun, telah mengenakan rok sepergelangan kaki ke sekolah selama bertahun-tahun. Tapi, orangtua Hamud mengatakan, ia diberitahu bahwa itu adalah seragam yang salah, bulan lalu.

Ayah Hamud, Idris, mengaku bahwa putrinya dipulangkan setiap hari selama bulan Desember dan diminta kembali dengan rok yang lebih pendek, tapi ia menolak. Uxbridge High School di London Barat menegaskan bahwa anak perempuan harus memakai celana panjang hitam atau rok dari pemasok resmi.

Idris mengatakan, rok seragam sekolah di atas lutut dan bertentangan dengan keyakinan mereka, seperti halnya celana panjang. Sekolah pun mengancam menuntutnya dan sang istri, Salma, atas ketidakhadiran yang tidak sah.

Pria 55 tahun yang merupakan seorang pelatih atletik itu menambahkan, "Anak perempuan saya tak diberi pendidikan karena keyakinan agamanya." Hamud sendiri merasa perilaku yang diterimanya sebagai bentuk perundungan.

Kepala Sekolah, Nigel Clemens, mengatakan bahwa masalah seragam sekolah itu tunduk pada kebijakan sekolah sehingga ia tak dapat berkomentar lebih lanjut.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Meniadakan Diskriminasi Busana

Kondisi 180 derajat justru tampak di Selandia Baru. Dalam menghormati keberagaman, pihaknya justru merilis seragam hijab bagi anggota kepolisian pada November 2020.

Adalah Zeena Ali, perempuan 30 tahun yang tak hanya dinyatakan lulus sebagai petugas polisi di bulan tersebut. Ia juga jadi orang pertama yang mengenakan seragam hijab bagi anggota kepolisian Negeri Kiwi.

Menurut laporan nzherald, saat serangan teror Christchurch terjadi, Ali terinspirasi untuk bergabung dengan polisi guna membantu komunitas Muslim. Menjelang kelulusan, ia turut berkontribusi dalam mendesain pakaian yang berfungsi untuk peran barunya, tanpa mengorbankan cara berbusana sesuai keyakinan.

Ia menjelaskan bahwa proses desain seragam hijab sebenarnya sudah dimulai, bahkan sebelum ia menjalani pendidikan di Police College. Ali akhirnya membantu menguji coba berbagai bahan dan gaya, serta menawarkan rekomendasi, juga perbaikan.

Seragam hijab menurutnya berperan sebagai solusi bagi perempuan yang sempat terpikir bergabung dengan kepolisian. Tapi, mereka tak yakin bagaimana peran tersebut akan berjalan selaras dengan agama atau budaya.

3 dari 3 halaman

Pakai Masker Boleh Gaya, Biar COVID-19 Mati Gaya