Sukses

Patuhkah Pengunjung dan Pemilik Warung Makan Menjalankan Protokol Kesehatan 3M dan CHSE?

Pemilik warung makan disebut tak selalu menggunakan masker karena belum jadi gaya hidup.

Liputan6.com, Jakarta - Di masa pandemi COVID-19, protokol kesehatan harus diterapkan, termasuk di tempat makan, mulai dari restoran, kafe sampai warung makan, termasuk juga warung tegal (warteg). Tempat makan diharuskan menerapkan protokol 3M dan sebaiknya mempunyai sertifikat Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan) dan Environment Sustainability (Kelestarian Lingkungan) (CHSE).

Lalu, apakah warung makan sudah menerapkan ketentuan tersebut? Sejumlah warung makan yang tergabung sebagai mitra Wahyoo Group, diklaim sudah banyak yang menerapkan protokol kesehatan, terutama 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Itu dilakukan, baik oleh pemilik tempat usaha maupun pelanggan.

Meski begitu, menurut CEO Wahyoo, Peter Shearer, masih banyak pemilik warung makan yang belum terbiasa menggunakan masker. Alasannya, penggunaan masker masih belum jadi gaya hidup bagi pedagang kuliner.

"Hasil pemantauan saya pribadi banyak pemilik warung makan yang mungkin tak terbiasa memakai masker. Ini mungkin belum jadi habit, mudah-mudahan bisa segera jadi kebiasaan," ungkap Peter dalam Mini Talkshow bertajuk "Inovasi Warung Makan Menghadapi Pandemi," Jumat (22/1/2021).

Peter pun mengingatkan pada para pedagang kuliner yang jadi mitra Wahyoo untuk mengenakan berbagai alat pendukung protokol kesehatan. "Makanya kami ingatkan dan kasih imbauan. Berbagai alat protokol kesehatan ini buat lebih nyaman," katanya.

Bukan hanya pemilik warung makan, hal yang sama juga dilakukan para pembeli. Kesadaran menggunakan masker sebagai bagian dari protokol kesehatan juga masih kerap diabaikan.

Dalam hal ini, Peter pun menyarankan agar para pelanggan yang masuk ke warung wajib mengenakan masker. Bila perlu, pelanggan yang tak pakai masker dilarang untuk masuk. Peter mengakui penerapan protokol kesehatan di masyarakat penuh dengan tantangan.

"Menjadikan protokol kesehatan sebagai gaya hidup masyarakat ternyata bukan sesuatu yang mudah. Ini tantangan besar buat menjadikan masker sebagai habit baik untuk masyarakat atau pelanggan kita," lanjutnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Sertifikasi CHSE

Sementara itu, beberapa warung makan mitra Wahyoo melakukan inovasi agar para pengunjung mau menjaga jarak saat menyantap makanan. Salah satunya dilakukan Tuti Awwiyah, seorang pemilik warteg di kawasan Jakarta Barat.

Ia memberi semacam sekat di tiap meja agar para pengunjung tak duduk berdekatan. Ia juga menyiapkan tempat cuci tangan di depan wartegnya. Sejauh ini, menurut Tuti, para pelanggan cukup displin menerapkan jaga jarak saat menyantap makanan.

Peter menambahkan, Wahyoo sudah menerapkan warung new normal di beberapa tempat makan sehingga pemilik warung pun sudah teredukasi perihal 3M dan protokol kesehatan.

Secara tak langsung, mereka menghimbau setiap konsumen yang datang untuk mengikuti peraturan warungnya. Mereka juga menyarankan agar makanan dibungkus jika ingin jauh lebih nyaman. Hal itu diterapkan di semua warung mereka, walaupun sudah dipasang sekat pembatas.

Mengenai sertifikasi CHSE, Peter mengakui bahwa standardisasi yang dibantu sertifikasi jadi misi mereka dalam membuat warung makan lebih higienis dan aman.Tapi, untuk mencapai standardisasi dan sertifikasi yang baik tentu memerlukan proses.

"Saat ini kami masih dalam proses itu, proses membuat warung makan bisa sesuai CHSE. Karena itu warung kami masih belum ada yang mendapatkan sertifikat CHSE. Semoga lewat proses yang sedang berlangsung, ada warung makan kami yang bisa mendapatkan sertifikat CHSE," pungkas Peter.

3 dari 3 halaman

Cara Aman Pesan Makanan via Online dari Covid-19