Liputan6.com, Jakarta - Thai Airways menambah daftar panjang maskapai penerbangan yang terancam bangkrut akibat pandemi corona COVID-19. Maskapai nasional Gajah Putih tersebut sudah menyiapkan rencana restrukturisasi ke pengadilan kepailitan Thailand.
Thai Airways akan melakukan beberapa langkah untuk mengurangi biaya operasional perusahaan. Dilansir dari laman Bangkok Post, Selasa, 9 Februari 2021, mereka memutuskan untuk menghentikan operasional tiga jenis pesawat, yaitu Airbus A-330-300, Airbus 380, dan Boeing 747, sebagai bagian dari rencana rehabilitasinya. Airbus A380 termasuk salah satu pesawat penumpang terbesar di dunia.Â
Advertisement
Baca Juga
Selain itu, Thai Airways juga akan mengurangi jumlah pilot menjadi 905 orang saja. Untuk itu, pihak maskapai akan memutuskan hubungan kerja atau mem-PHK sekitar 395 pilot. Mereka juga tidak akan membuka lowongan pekerjaan untuk pilot hingga 2022 mendatang.
Langkah ini diambil berdasarkan situasi industri penerbangan saat ini yang terhantam pandemi corona. Pandemi yang sudah terjadi hampir setahun ini sangat berdampak pada industri penerbangan dengan larangan perjalanan yang diberlakukan di berbagai negara.
Thai Airways juga telah meminta perusahaan leasing, produsen mesin, dan perusahaan jasa untuk mengurangi beban biaya mereka.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Buka Restoran dan Jualan Roti Goreng
Dalam beberapa bulan terakhir, Thai Airways sudah melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan pemasukan tambahan bagi perusahaan, mulai dari membuka restoran di pesawat, sampai berjualan roti goreng yang dikenal sebagai Pa Tong Go.
Sebelumnya, pada November lalu, Thai Airways juga telah menjual 34 unit pesawat penumpangnya yang terdiri dari pesawat Boeing dan Airbus. Penjualan pesawat tersebut sebagai bagian dari upaya restrukturisasi utang senilai 11,4 dolar AS miliar atau 350 miliar baht.
Thai Airways kehilangan statusnya sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Thailand ketika Kementerian Keuangan mengurangi kepemilikannya di maskapai itu hingga di bawah 50 persen. Hal itu membuat perusahaan mencari bantuan dengan cara berutang.
Advertisement